10. Still Dirty?

273 25 2
                                    

"24 tahun yang lalu, di sekolah asrama terdapat siswa A yang setiap hari dibully oleh teman-temannya karena ayahnya hanya seorang tukang bersih-bersih. Mereka selalu menyuruhnya untuk membersihkan koridor setiap ia lewat, dan mereka menumpahkan makanan ke kepalanya.

Suatu hari, si A sudah tidak tahan dan memutuskan untuk gantung diri di toilet. Pada malam kematiannya, seorang siswi yang tengah mandi pada tengah malam melihat tulisan mengerikan di kaca yang ditulis dengan darah, 'MASIH KOTOR?'"

"Ceritamu sungguh murahan." Ledek Jane.

"Hei, itu cerita sungguhan! Aku diceritakan oleh kakakku!" Balas Claire.

"Justru karena diceritakan, makanya aku tidak percaya." Timpal Horace.

"Kalau begitu, kalian buktikan saja!" Tantang Mary. "Aku sih percaya dengan cerita Claire."

Horace dan Jane saling pandang sejenak, namun akhirnya mereka setuju.

Malamnya, mereka pergi ke asrama tua itu yang diceritakan Claire. Ternyata letaknya tidak jauh dari lingkungan rumah mereka. Adapun barang yang mereka siapkan hanya berupa senter dan alat perekam.

"Ayo." Horace memanjat pagar, diikuti oleh Jane. Halaman gedung yang luas menyapa keduanya dengan suasana horor yang mencekam. Jane merinding, namun ia berusaha menahannya karena tidak ingin dicap penakut.

Horace membuka pintu yang sudah lapuk digerogoti rayap. Ia menyalakan alat perekam dan mulai berbicara.

"Halo.. siswa A? Apakah kau ada disini?" Tanyanya berani. "Beri tanda pada kami jika kau ingin berkomunikasi."

"Dia tidak akan mau kau suruh begitu." Jane merampas perekam dan pergi ke lantai atas. "Kita harus langsung mendatangi tempat bunuh dirinya."

Jane memimpin jalan, di belakangnya ia bisa merasakan langkah Horace yang berderap mengikutinya. Ia memasuki toilet wanita yang diceritakan Claire. Begitu masuk kesana, ia disuguhi oleh pemandangan yang buruk.

Genangan air dimana-mana, sarang laba-laba di pojok dinding, juga debu yang beterbangan. Jane masih menerawang lantai kamar mandi, dan ketika ia melihat ke samping...

"WUAH!" Ia memekik ketika menemukan sesuatu di kaca.

'MASIH KOTOR?'

"Gila, tulisan itu masih ada di sana!"

"Jane? Ada apa?" Horace yang tadinya masih menelusuri lorong menyusul Jane ke kamar mandi. Ia menutup mulut begitu melihat kaca tersebut. "Astaga.."

Jane meneguk ludahnya, berusaha untuk berani. Ia mendekati kaca tersebut. Aneh, kenapa bau anyirnya masih tercium? Jane mencoleknya dan.... darah itu membekas di tangannya.

"H-Horace.." Jane tercekat. "I-ini... darah segar."

"Hahaha!" Horace tiba-tiba tertawa, membuat Jane kebingungan mengapa tiba-tiba si cowok seperti itu.

"Horace, kenapa kau tertawa? Ini tidak lucu!"

"HAHAHAHAHA!" Tawanya kini terdengar lebih keras, bulu kuduk Jane merinding. Apakah temannya ini kesurupan? Mengapa ia tertawa menakutkan padahal tidak ada yang lucu di sekitar mereka?

Sosok Horace yang tinggi tiba-tiba terpecah dan berubah menjadi menyeramkan. Gadis bertubuh mungil dengan kulit yang basah dan terkelupas, seakan direndam selama bertahun-tahun. Kuku-kukunya seperti akan patah dan pada lehernya terdapat bekas tali yang menjerat. Kedua matanya yang hitam pekat menatap Jane dengan bengis, tersenyum menunjukkan gigi tajamnya.

"Masih kotor?" Kepalanya berputar 360 derajat.

"AAAAAAAAA!!!!" Jane berteriak kencang, menembus sosok itu dan berlari langkah seribu menuju lantai dasar.

Horace (asli) yang ternyata masih mendekam di bawah dan menerawang lobby asrama terkejut mendengar teriakan Jane.

"Jane?" Setelah ia memanggilnya, ia mendengar derapan langkah yang terburu-buru. Dapat ia lihat dengan jelas Jane yang berkeringat, juga sosok menyeramkan yang terbang mengejarnya.

"LARI!" Teriak Jane lagi. Horace langsung mematuhinya. Mereka berlari dengan kecepatan tinggi menuju gerbang, melompatinya dan berlari lagi menuju rumah masing-masing. Mereka tidak pernah kembali ke asrama itu lagi setelahnya.

***

Esoknya, mereka meminta maaf pada Claire karena telah ceroboh dan sok berani. Mary turut meminta maaf pada 'korban A' karena seenaknya menantang mereka. Empat kawan itu saling memaafkan, namun mereka tetap penasaran pada perekam yang dibawa Horace dan Jane untuk investigasi. Mereka pun mendengarkan hasil rekaman itu.

"Halo.. siswa A? Apakah kau ada disini? Beri tanda pada kami jika kau ingin berkomunikasi."

Tidak ada respon. Satu menit kemudian, suara Jane keluar.

"Dia tidak akan mau kau suruh begitu. Kita harus langsung mendatangi tempat bunuh dirinya."

Derap langkah Jane menuju lantai atas terdengar. Anehnya, tidak terdengar langkah kaki yang lain, padahal saat itu Jane dengan jelas mendengar suara langkah Horace.

"Aku saat itu masih di lantai bawah, mungkin kita bisa menemukan beberapa bukti disitu." Terang Horace. Jane hanya membeku.

"WUAH!"

"Gila, tulisan itu masih ada di sana!"

"Bagus bukan tulisanku? Aku menulisnya ulang dengan darahku untuk menyambutmu."

Suara itu membuat keempatnya tercekat. Itu bukan suara Jane maupun Horace. Itu... A.

"H-Horace.. i-ini darah segar.."

"Hahaha. HAHAHAHAHAHA!"

"AAAAAAAAAAA!!"

"LARI!"

Rekaman cukup sampai di sana. Suasana masih hening, tidak ada yang berani mengucapkan sepatah katapun. Horace dan Jane adalah yang paling ciut di antara mereka.

Jane yang masih membisu merasa aneh. Seperti ada sepasang tangan yang menyentuh pundaknya, dan gigi besar nan runcing tersenyum kepadanya.

"Masih kotor?"
























Maaf lama update nya kawan :v
Cerita ini terinspirasi dari reality show 'IOI Ghost Story City'
Para Kpopers pasti tahu :v
Jangan lupa untuk voment ya😉

Btw, happy new year 2k18🎉🎆😊

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang