Zira tidak bisa tidur. Tubuhnya berguling kesana kemari, namun tidak menemukan posisi yang nyaman. Dilihatnya tiga temannya yang sudah pulas. Saat ini mereka tengah mengadakan study tour. Zira yang sedari tadi kelelahan di bis, sekarang malah membuka lebar matanya.
Ia tidak tega menyalakan televisi, bahkan menyalakan lampu. Main ponsel pun, benda itu sedang mengisi daya di stop kontak yang terletak di ujung kamar.
Kemudian muncullah ide lain. Mengenakan jaket, Zira kemudian keluar kamar, mengendap-endap menuju kamar teman sekelasnya yang terletak di ujung koridor.
Ia mengetuk pintu tersebut secara beruntun dan keras, tidak peduli apabila orang dari kamar lain akan bangun karenanya. Ia terus melakukan hal itu, bahkan menggoyangkan gagang pintu sampai akhirnya sebuah suara terdengar dari dalam.
"Siapa?"
Zira terkikik kencang. Ia mencoba menciptakan suara hantu.
Sementara di sisi lain, empat orang anak gadis mulai ketakutan. Mereka pikir Zira adalah hantu.
Zira pun melakukan hal itu kembali. Selang beberapa detik, pintu kamar terbuka dan ia tertawa kencang melihat wajah takut dari temannya.
Ia kembali melakukan hal itu pada temannya yang lain dan ketika ia mengantuk, ia memutuskan untuk kembali ke kamar.
Ia membuka kamar. Dikunci.
Diketuklah pintu tersebut. "Heh, bukain."
"Siapa?" Ucap suara dari dalam.
"Zira."
Krek. Pintu dibuka.
Zira merebahkan diri di kasurnya, tepatnya di samping teman perempuannya yang sudah terlelap. Ia memejamkan mata. Sedetik kemudian, ia merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya. Apakah temannya kedinginan? Atau ia memang bergerak dalam tidurnya?
Gadis SMA itu membuka mata, lalu menengok. Tepat saat itu, ia berpapasan dengan mata seorang gadis yang rusak. Darah terus mengalir dari sana, tidak terkecuali dari atas dahinya. Wajahnya retak, rahangnya hampir terlepas. Baunya busuk.
"AAAA!!" Teriak Zira, lantas melompat dari ranjang dan berlari keluar. Syukurlah, pintunya tidak dikunci. Diluar, ia menarik napas dalam. Mencoba memikirkan apa yang terjadi.
Tadi itu hantu, Zira tidak salah lihat. Kalau begitu, dimana teman yang satu ranjang dengannya?
Sambil menenangkan diri, ia melihat-lihat sekitar. Tidak gelap karena lampu koridor masih menyala, namun hawanya terasa aneh. Ia melihat kamar yang lain. Nomor 309, 310, 311..
Astaga. Zira lupa. Kamarnya terletak di nomor 400.
Tempat ia berpijak sekarang di depan kamar yang barusan ia masuki, tidak ada nomornya dan bahkan digembok dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Stories
HorrorSelf-made creepy stories. Language : Bahasa *** Tenang aja, selama lu gak bisa ngeliat, gak bakalan ada sosok gaib yang ikut baca cerita ini di belakang lu. Tapi hati-hati aja, mungkin lu gak bakal berani meremin mata waktu keramas.