24. Lemari

176 20 6
                                    

Sebelum Kalista menempati ruang kelas 11 sebagai bukti bahwa ia telah naik kelas, ia bertemu seorang kakak kelas yang dulunya merupakan ketua kelas di ruangan tersebut.

Namanya Mbak Amara. Mereka sama-sama anak kelas IPA 1, namun mereka berbeda angkatan. Kemarin, Mbak Amara mengatakan sesuatu yang aneh padanya.

"Dek, di kelas kan ada lemari besar. Lemari itu jangan ditutup ya." Pesannya.

"Emang kenapa mbak?"

"Pokoknya jangan."

Setelahnya, Mbak Amara pergi meninggalkan Kalista yang masih terheran-heran akan ucapan kakak kelasnya.

Namun ia melaksanakan hal tersebut karena bagaimanapun juga, hal itu adalah amanah yang diberikan padanya.

"Jangan ditutup" sudah menjadi kalimat yang ia ucapkan ketika seseorang mencoba menutupnya. Baik guru, teman maupun orang lain yang ingin menggunakan ruang kelas mereka.

Walau sebenarnya, tangan Kalista ingin sekali merapatkan daun pintu tersebut. Ia pernah nekad mencobanya, namun pintu itu akan kembali terbuka bahkan ketika Kalista sudah menahannya.

Akan ada sesuatu yang mencoba untuk membukanya dari dalam.

Dan ketika lemari itu disenggol, sesuatu akan menyenggol balik pelakunya.

Kadang pula daun lemari itu melambai-lambai, biarpun tak ada angin yang masuk ke dalam ruang kelas.

Sekelas menjadi aneh dengan benda persegi panjang tersebut. Bukan hanya Kalista saja.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk memanggil Mbak Amara dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan lemari itu.

"Jadi gini dek, lemari itu warisan dari alumni yang udah lama banget lulus. Pesan "jangan ditutup" itu juga udah turun-temurun dikatakan dari kakak kelas ke adik kelasnya. Alasannya? Karena ada penunggunya."

Kalista dan teman-teman terkejut dengan pernyataan Mbak Amara sore itu.

"Dulu, pemilik toko mebel yang jual lemari ini punya anak laki-laki. Anaknya ini bandel, sampai dia sering dihukum ibunya. Suatu hari, dia ngelakuin kesalahan dan ibunya marah besar. Beliau ngunci anaknya di lemari ini, lalu lemarinya ditinggalkan di gudang.

"Anak itu mati kehabisan napas. Baru setelah lima hari mayatnya ditemukan dalam keadaan busuk. Ibunya bunuh diri karena nggak mau masuk penjara, dan ayahnya depresi.

"Mereka bangkrut, dan ayahnya yang udah nggak tahu cara nyari uang memutuskan untuk menjual barang rumahnya termasuk lemari ini. Kakak kelas kita beli dan yaudah, anak itu tinggal di kelas ini.

"Dia mau keluar, tapi dia takut bakal ketemu ibunya. Kalau di dalam, dia juga takut kekunci seperti waktu dia mati. Makanya, kita memutuskan untuk nggak menutup lemari ini demi dia." Jelas Mbak Amara panjang.

"Serius mbak?" Tanya Kalista.

"Buat apa aku bohong soal gituan? Tuh, dia udah berani keluar." Mbak Amara mendongak ke arah Kalista yang berdiri di hadapannya.

Namun gadis itu malah memasang tampang bingung.

"Di belakang kamu."


































































"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang