29. Usai Ekstra

159 22 1
                                    

Ekstrakurikuler voli akhirnya selesai juga sore itu. Nanda mengusap peluh di wajahnya, usai melakukan pendinginan berjalan menuju tangga di belakangnya yang akan membawa ia menuju deretan kelas 10.

Ia berhenti tepat di ujung tangga, lalu belok ke kanan. Memasuki kelasnya yang sudah sangat gelap, tanpa menyalakan lampu langsung masuk ke dalam karena masih bisa melihat.

Ia terkejut menemukan sesosok manusia di tengah-tengah. Bentuknya hanya siluet, sehingga Nanda tidak bisa mengenali siapa itu. Apa masih ada temannya yang belum pulang? Padahal ini sudah cukup sore.

"Kok belum pulang?" Nanda mencoba bertanya.

Tidak ada sahutan.

Ia ingin menghampirinya, namun entah kenapa setiap langkahnya membuat ia merinding.

Nanda pun mengurungkan niatnya. Ia sedikit kaget karena tiba-tiba orang itu berdiri. Namun ia tidak beranjak sedikitpun dari sana.

Posturnya tinggi dan kurus, sehingga Nanda bisa menyimpulkan bahwa dia adalah Hasby, teman sekelasnya yang memiliki tubuh seperti itu.

"By, belum pulang?"

"Lu ekstra futsal kan? Futsal bukannya hari rabu?" Tanya Nanda lagi, seraya memastikan bahwa sekarang adalah hari kamis. Malam jumat.

Hasby masih tidak menyahut. Nanda berdecak, rasa takutnya ia abaikan dan ia menghampiri Hasby. Menepuk bahunya, bahkan mengguncangnya sedikit namun Hasby tidak merespon. Menoleh pun tidak.

Nanda hanya menggelengkan kepalanya, lalu berjalan lagi untuk mengambil tas. "Gue mau pulang, lu gak ikutan?"

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Hasby.

Nanda sedikit gelisah. Ia mendekat ke saklar, menurunkannya ke bawah sehingga tombol on menyala dan sinar lampu segera merambati ruangan.

Tidak ada Hasby di sana.

Tidak ada yang berdiri di tengah kelas.

Padahal jelas-jelas Nanda melihat siluetnya! Ia bahkan bisa menyentuh Hasby!

Nanda ketakutan, lantas melarikan diri dari sana tanpa mematikan kembali lampu yang masih menyala.

Ketika sudah berada di lantai dasar, ia tidak sengaja menabrak ketua ekstra voli, Nindya.

"Nanda? Habis darimana?" Nindya menyapa duluan.

"D-dari kelas, mbak." Jawab Nanda, napasnya masih tersengal.

"Ngapain? Kan gelap tuh."

"Ini, ngambil tas."

"Kelas 10 angker banget loh? Kalo gak beruntung, bisa liat penampakan. Bahkan kekunci di dalem."

Nanda termenung. Berarti, yang dia lihat tadi adalah..

"Nda!" Suara itu mengagetkan Nanda yang reflek menoleh ke belakang. Nindya rupanya.

Nindya, bukannya tadi mengobrol dengannya? Kenapa dia datang dari arah toilet?

"Kok belum pulang?" Tanyanya setelah berhenti di depan Nanda.

Nanda menoleh ke belakang, tidak ada siapapun di sana.

Padahal dia benar-benar melihat dan berbicara dengan sosok Nindya barusan!

"Pulang yuk." Nindya merangkul bahu Nanda, membawa adik kelasnya itu keluar karena Nanda tidak merespon pertanyaannya tadi.

"Mb-mbak." Panggil Nanda.

"Apa?"

"Mbak Nindya habis darimana?"

"Kamar mandi."

"Gak di deket tangga sejak ekstra selesai?"

"Gue tadi emang disitu, tapi habis itu ke toilet. Ini barusan balik."

"Tapi tadi aku nabrak Mbak Nindya di bawah tangga." Ucap Nanda dengan suara yang lemas.

Nindya terdiam, lantas merangkul erat bahu Nanda.

"Di sini sering kaya gitu kok dek, apalagi pas maghrib. Lagian tangga itu kan deket sama kelas 10 yang angker."

"Emang di sana ada apaan sih mbak?"

"Hmm, setahuku sih.. dulu bangunan ini juga sekolah. Sekolah itu diteror dan seluruh penghuninya dibunuh habis-habisan. Termasuk guru dan muridnya. Terus ketika semua orang udah mati, pembunuhnya bunuh diri di salah satu kelas dengan menembak dirinya."

"Kelas mana yang jadi tempat dia mati?"

Nindya mengingat-ingat. "Sepuluh ipa empat."

Nanda termenung kembali. Aliran darahnya seakan berhenti, menyebabkan ia sudah bernapas dan melanjutkan perbincangan dengan suara yang parau.

"Itu kelas aku mbak. Dan tadi, sebelum nabrak Mbak Nindya, aku ngeliat siluet cowok di kelas. Aku bisa megang dia, tapi pas aku nyalain lampu, gaada siapa-siapa."

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang