69. Lantai Dua

51 13 0
                                    

"Fik, please.. temenin gue dong, ya ya?" Pinta Cyntia pada laki-laki di sebelahnya.

"Kemana?"

"Ambil tas di kelas."

"Lo yakin? Ini udah maghrib loh, lantai dua juga mungkin udah dikunci semua kelasnya."

"Semoga aja belum. Masa iya gue besok sekolah nggak bawa tas? Lagian lu cowok, gue minta temenin doang--"

"Yaudah ayo, tapi buruan. Gue ditunggu Risty nih."

Cyntia dan Fikri segera menuju tangga menuju lantai dua. Keduanya baru selesai rapat dengan perwakilan kelas perihal acara wisuda angkatan mereka yang sebentar lagi akan lulus.

Mereka rapat sepulang sekolah namun Cyntia tidak membawa tasnya turun sehingga ia harus kembali ke lantai atas dimana kelas 12 berada.

Walaupun ada terang lampu, langit senja yang mendung membuat warna di sekitar mereka terlihat gelap.

Cyntia menyalakan flash ponselnya dan segera memasukkan barang-barang yang tersisa ke dalam tas.

Hawa di kelas mereka tidak enak. Selain karena ini sudah menunjukkan pukul 6, kelas mereka terletak di bagian pojok, apabila melihat ke balik jendela akan terpampang beberapa kuburan yang masih tergolong baru.

Oleh karena itu, banyak cerita horor di sekolah semenjak Cyntia naik ke kelas 12. Yang paling jelas pun, tentang pelarangan untuk naik ke lantai dua ketika matahari sudah tidak nampak.

Namun ini benar-benar darurat bahkan Cyntia sempat berdebat dengan pak satpam yang akhirnya menyuruh mereka untuk cepat-cepat.

"Ayo Fik." Ajak Cyntia setelah menutup pintu kelas kembali.

"Oh, iya." Teman sekelasnya mematikan ponsel yang ia mainkan, lalu bangkit dari bangku panjang yang ditaruh di luar kelas.

"Loh?" Fikri memicingkan matanya ke ujung lorong yang lain. "Risty?"

"Pacar lo bukannya di bawah?" Terka Cyntia, karena setahunya pacar Fikri itu sedang ekstra tari di ruang seni yang berada di lantai satu.

"Itu dia. Gue samperin Risty dulu."

Fikri hendak berjalan ke arah Risty yang ia maksud, namun ketika Cyntia melihat ke arah Risty berada, ia dengan sekuat tenaga menarik Fikri untuk langsung menuruni tangga.

"Eh Cyn, kenapa lo?" Yang ditanya tidak menjawab.

"Punya mata tuh dipake," ucap Cyntia ketika mereka sampai di lapangan utama.

"Masa yang tadi lo bilang Risty?"

"Iya bener kan? Siapa lagi coba?"

"Sori Fik, tapi yang gue lihat tadi bukan Risty." Alis mata Fikri naik sebelah.

"Maksudnya?"

"Risty anak dance modern kan? Dia nggak mungkin pake sampur sama jarik, apalagi nari sendirian di ujung lorong begitu."

"Tapi gue tadi lihat Risty yang biasa, nggak nari atau pake sampur."

"Coba lu lihat deh, masih disitu nggak dia?"

Fikri menolehkan kepalanya pada lantai kedua sekolah.

Dan ia dengan cepat memalingkan wajahnya ketika sosok wanita dengan pakaian jawa, lengkap dengan jarik dan sampur yang dimaksud Cyntia menyeringai aneh ke arahnya sambil melayang-layang.

"Iya, dia bukan Risty. Ayo pulang, semoga gue nggak diikutin sampe rumah."

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang