62. Saklar

113 19 0
                                    

"Nak, mama mau tidur. Pintu rumah jangan dikunci ya. Papamu belum pulang."

"Ya mah." Anggi menjawab singkat ucapan mamanya.

Sudah menjadi kebiasaan akhir-akhir ini kalau papanya pulang malam. Apalagi kalau bukan nongkrong bersama bapak-bapak di komplek perumahan mereka. Anggi hanya akan meninggalkan pintu rumah terbuka, yang nantinya akan dikunci oleh ayahnya.

Melihat jam sudah menunjukkan pukul 12, Anggi memutuskan untuk tidur. Usai menggosok gigi, ia masuk ke kamarnya.

Sambil menunggu kantuk dan datangnya sang papa, ia memainkan ponsel. Tak berapa lama, terdengar saklar lampu yang dinyalakan.

Kemudian dimatikan kembali.

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

Suaranya begitu mengganggu. Anggi merasa penat mendengarnya. Ia menyibak selimut, hendak mencari tahu siapa pelakunya. Namun tangan sang adik yang terbangun di sebelahnya menahan.

"Mau kemana kak?" Tanyanya pelan.

"Itu, ada yang mainin lampu. Berisik. Kakak mau ngecek."

"Jangan, gausah."

"Kamu denger kan dek? Berisik, kakak mau tidur."

"Iya kak, denger. Tapi jangan."

Anggi mencoba berpikir. "Papa kali ya?"

Namun sang adik menggeleng. "Kalo papa udah pulang, pasti denger dong pintu kebuka. Kakak denger sesuatu tadi?"

"Eng-gak sih.." Perkataan Arika ada benarnya. "Makanya kakak mau liat."

"Udah, biarin. Kalo bukan papa gimana?"

"Maksudnya?"

"Bisa jadi itu bukan papa."

"Terus siapa? Mama udah tidur. Di rumah ini anaknya cuma ada kita."

Arika menatap kakaknya dengan mata setengah melotot, mencoba memberikan kode.

Yang dilihat hanya memutar mata. "Mana ada setan. Gausah ngaco."

"Terus siapa yang mainin saklar malem-malem begini?"

"Makanya kakak mau cek-"

Krek. Pintu kamar Anggi terbuka. Gadis itu membeku sesaat. Sedikit meremang bulu kuduknya mendapati hawa dingin yang berhembus di belakangnya. Ia menoleh cepat.

"Ngapain kak? Gitu amat liatinnya."

"Ka-kamu.." Anggi berbalik. Arika di sampingnya masih melotot padanya. Ia melihat lagi ke pintu, ada Arika juga.

Anggi membisu. Sosok Arika yang berdiri berjalan ke arahnya. "Eh, lampu kamar mandi rusak ya? Tadi aku coba nyalain gabisa-bisa. Terpaksa gelap-gelapan deh. Serem."

Anggi tidak menjawab. Ia berulang kali membolak-balikkan kepala untuk melihat dua sosok yang sama namun berbeda ekspresi.

Arika menangkup kepala kakaknya. "Hei! Ngapain?"

"Kamu.. siapa?"

"Aku? Arika lah. Kenapa sih, kok kakak aneh gitu?"

"Kamu.. kamu yang asli?"

"Asli? Lah, emangnya ada aku yang lain? Kakak nyeremin deh."

"Tapi, i-itu.." Anggi menunjuk orang di sebelahnya. Ia gemetar, wajahnya ketakutan.

"Itu apa? Nunjuk apaan sih?"

"Kamu kok ada dua?"

"Gaada apa-apa kok kak."

"Serius, ini kamu! Lihat deh!"

"Nggak ada apa-apa di sebelahmu, Kak Nggi! Aku barusan dari kamar mandi, kakak ngelindur nih!"

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang