13. Catscratch

220 25 0
                                    

"Kau yakin? Kau hanya perlu melaporkannya saja." Ucap Emily.

"Tidak bisa, aku butuh bukti yang kuat. Ibu sering memukulku, ini akan menjadi akibat dari perbuatannya." Balas Abby, merebahkan tubuhnya di lantai dan meletakkan kepalanya di paha Emily.

"Tapi, kita tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tidak ada keterangan lanjut tentang permainan Cakar Kucing ini, Abby."

"Kau hanya akan mendapat bekas luka di punggung kan? Tenang saja, urusan itu bisa disembuhkan dengan obat salep."

Emily mengalah, ia pun menuruti Abby yang sudah tidak tahan dengan perlakuan orangtuanya. Gadis itu kerap kali mendapat KDRT dari mereka. Pukulan, tamparan, bentakan. Semua itu hanya karena nilai Abby yang jelek, sementara kedua orangtuanya dulu merupakan siswa yang cukup terpandang. Sepertinya mereka malu memiliki anak seperti Abby.

Dan Abby berencana melaporkan orangtuanya pada polisi. Namun ia hanya mendapat memar dari perlakuan mereka. Ia butuh bukti kuat yang bisa membuat mereka kalap. Sampai suatu hari, ia menemukan suatu permainan yang bisa membuatnya mendapat bekas cakaran pada punggung. Namanya adalah Catscratch.

Emily sudah membaca tentang permainan itu sebelumnya. Permainan ini hanya akan perlu dua orang, satu menjadi korban dan satu lagi akan menjadi storyteller. Korban akan duduk di pangkuan storyteller dan sang storyteller akan menceritakan sesuatu untuk membuat cakaran punggung tersebut.

"Kau siap?" Tanya Emily. Abby mengangguk kuat.

Emily pun menceritakan 'kisah pembuat cakaran' yang sudah ia hapalkan (karena disuruh Abby).

"There once was an old lady who owned a cat.

The cat was very nice.

It meowed and purred.

One day, the cat got hit by a car and died.

Catscratch, catscratch, catscratch.

The old lady got a new cat.

The cat was very mean.

It hissed and clawed.

Catscratch, catscratch, catscratch.

One day, the cat got hit by a car and died.

The old lady decided to not get anymore cats.

Catscratch, catscratch, catscratch."

Dia mengelus-elus kepala Abby sambil menceritakannya. Kemudian, ia menarik napas, bersiap mengucapkan bait kedua.

"You are walking through a dark alley late at night.

You are the only one there.

The ground is slick with rain.

The alley is filled with garbage cans and litter.

But then you hear something.

A movement in the garbage cans.

You pick up your pace.

You want to get out of the alley fast.

But then you see something.

Red eyes. Glowing red cat eyes.

They are the eyes of an enormous cat.

You run, but the cat chases you and jumps on you.

It scratches you, one, two, three.

Cat scratch, cat scratch, cat scratch!"

Abby segera bangun ketika Emily selesai bercerita. Ia melepas pakaian yang ia kenakan, dan Emily melihat hal yang tidak bisa ia percayai.

Sebuah cakaran. Panjang dan sedikit mengeluarkan darah. Kelihatannya bukan cakaran kucing biasa yang hanya menyebabkan lecet. Ini seperti.. cakaran monster.

"Thanks, Em. Aku akan pergi ke kantor polisi sekarang. Sampai jumpa." Abby memakai kausnya lagi dan angkat kaki dari rumah Emily.

Esoknya, orangtua Abby diadili oleh Komisi Perlindungan Anak. Keduanya ditetapkan hukuman penjara selama 5 tahun, dan Abby akan tinggal dengan neneknya mulai sekarang. Abby tersenyum puas karena sudah berhasil membalas perbuatan orangtuanya.

Namun ia mulai merasa gelisah ketika luka di punggungnya tidak kunjung hilang. Luka itu masih tersisa di sana, mengering dan rasanya gatal. Abby menggaruknya setiap hari. Ia bahkan membeli garukan punggung yang panjang, namun benda itu malah menyebabkan lukanya terbuka dan mengeluarkan darah lagi.

Neneknya Abby membawa cucunya untuk berobat ke beberapa tempat. Salep, krim, obat herbal tidak ada yang bisa menutup luka besar di punggung Abby. Luka itu malah meradang dan melebar, Abby bahkan bisa merasakan ujung lukanya merambat ke sekitar pinggangnya.

Apapun yang dilakukan oleh keluarga Abby tidak berdampak sedikitpun pada sang gadis. Mereka hanya bisa menghaturkan doa, sesekali menenangkan Abby yang kesakitan karena lukanya menjalar. Ia terus menggaruk lukanya, meneriakkan kata-kata asing bahkan berkata kotor. Namun satu hal pasti yang sering neneknya saksikan di malam hari, Abby mengatakan sesuatu seperti "catscratch" secara berulang-ulang.

Esoknya, ketika malam terakhir Abby menderita dan menggumam kalimat, tubuhnya ditemukan terpisah antara perut dan pinggang. Ketika diotopsi, pada seluruh tubuhnya diselimuti bekas cakaran.

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang