33. Senior

165 19 2
                                    

Based on true story
***

Dania merupakan salah satu dari sekian orang yang tidak mempercayai adanya makhluk astral di dunia. Ia tidak pernah mengalami kejadian supranatural, selain itu dari awal ia juga tidak memiliki indra keenam.

Namun hari itu ia sedikit mempercayai adanya kehadiran makhluk berbeda dimensi tersebut.

Usai pelajaran olahraga, Dania pergi ke kamar mandi wanita untuk mengganti seragam. Kamar mandi yang ia gunakan tepat berada di koridor kelasnya. Toilet itu hanya berbentuk tiga bilik dengan pintu, kaca serta wastafel. Di samping bilik ketiga, ada pintu yang merupakan jalan menuju area parkiran.

Sampai di kamar mandi, ia melihat sosok laki-laki yang ia kenal berada di depan bilik tengah yang kosong. Dia adalah ketua Dewan Ambalan, satuan organisasi pramuka yang Dania ikuti.

Peraturan DA mengatakan, jika bertemu sesama anggota DA harus saling menyapa. Maka Dania melakukan hal tersebut.

"Mas Ando!" Sapanya riang meski ia sedang capek.

Namun yang dipanggil tidak merespon. Hanya melirik Dania sekilas, lalu menatap cermin yang ada di samping pintu.

Dania tidak menyapa lagi, memasuki bilik ketiga di sebelah Ando lalu menyelesaikan urusannya. Sambil mengganti seragam, sayup-sayup ia mendengar sesuatu dari luar.

"Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau."

Dania terhenti sesaat. Mas Ando nyanyi? pikirnya. Tapi kenapa lagu yang ia pilih adalah lagu nasional? Biasanya anak-anak muda akan lebih memilih Via Valen atau Guyon Waton.

"Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia."

Suara Ando juga sedikit berubah. Kesannya lebih berat dan serak. Padahal Ando selalu bicara dengan nada yang normal.

"Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu."

"Menjunjung tanah airku, tanah airku Indonesia."

"Dari Sabang sampai Merauke-"

Lagu itu terulang lagi dari awal. Masih dengan suara yang sama.

Dania merasa aneh. Ia menggeser selot yang mengunci bilik kamar mandinya, dan tepat ketika kuncinya digeser, Ando berhenti menyanyi.

Dania lantas membuka pintu. Mengintip keluar, namun tidak menemukan sosok Ando di sana.

Kalau ia berhenti menyanyi satu detik yang lalu, harusnya sekarang dia masih ada di daerah toilet! Mana mungkin Ando secepat itu menghilang dari toilet wanita? Apa dia flash?

Omong-omong, Dania tidak menanyakan apa yang Ando lakukan di toilet wanita. Dia seorang laki-laki, jika ada orang lain di sana mungkin para gadis akan menatapnya. Atau dia menunggu teman? Padahal toilet wanita sepi saat Dania kesana.

Dania mencoba melupakan hal itu, lalu meninggalkan kawasan toilet dan berbelok menuju koridor.

Dia menabrak Ando.

"Eh, maaf mas!" Ucap Dania reflek.

"Oh, Dania. Gapapa dek, lain kali hati-hati." Balas Ando dengan suaranya yang familiar di telinga Dania. Benar, ini suara aslinya. Lalu, apa yang terjadi dengan Ando sebelumnya?

"Mas, bentar." Tahan Dania ketika Ando berjalan melewatinya.

"Tadi mas ngapain di toilet cewek sini?"

Dahi Ando berkerut. "Aku nggak ke WC cewek kok dek. Salah orang kali."

"Tadi saya kesini udah ada Mas Ando loh? Mana pake nyanyi lagu Sabang sampai Merauke."

Tawa Ando lepas. "Aku nyanyi apaan, ngawur kamu dek."

Namun sedetik kemudian, ia berhenti tertawa.

"Bentar, kamu yakin itu aku?"

"Hmm, gatau sih mas. Soalnya suaranya beda. Lebih berat terus serak gitu. Tapi pas saya keluar, Mas Ando udah gak ada."

Ando tiba-tiba tersenyum pahit. Membuat Dania sedikit keheranan.

"Makanya kalo mau ke toilet jangan sendirian, apalagi kalo toiletnya sepi." Balas Ando begitu mendengar penjelasan Dania.

"Bisa jadi yang kamu lihat tadi bukan aku."

"Aku juga pernah kena. Waktu di WC cowok, diluar ada cewek yang nyanyi lingsir wengi. Tapi pas aku keluar, gak ada siapa-siapa."

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang