"Udahan aja yuk." Seluruh bola mata di sana hanya bergulir menanggapi sosok Salma yang daritadi terus mengeluh.
"Tugas ini deadline besok, Sal. Daripada lo ngeluh capek, mending ikut nyariin ini." Juan mengoperkan sebuah kertas dengan agak kasar. "Kalo besok kita ngumpulin tepat waktu, gue jamin deh lu dapet A."
Salma hanya menggerutu, namun akhirnya ia mengalah dan membuka laptopnya. "Gue ke kamar mandi dulu deh."
"Nggak usah balik." Salma menengok ke arah Deandra yang berucap. "Bercanda Sal, serius amat."
Salma akhirnya pergi. Seluruh anggota kelompok di sana memilih diam untuk meneruskan tugas mereka masing-masing yang telah dibagi ketua. Tugas itu baru saja diberikan hari ini, dan besoknya harus dikumpulkan, mengharuskan kelompok kecil tersebut begadang di universitas.
"Gue males kelompokan sama dia." Ujar Dini memecah keheningan.
Deandra menyetujui. "Nggak pernah mau bantu kalau ngerjain tugas."
"Untungnya dosen nyuruh kelompok lima orang. Coba kalau dua, dan gue sama dia? Gue tulis nama aja sendiri."
"Udah, gausah ngomongin Salma." Juan sang ketua menengahi. "Tugas kalian gimana? Kalau udah selesai, kasih gue."
"Nih." Leo menyerahkan sebuah flashdisk. "Btw, Salma lama amat. Toilet kan deket."
"Jangan-jangan pulang?" Dini memicing.
"Nggak mungkin, laptop sama tasnya masih di sini."
"De, din. Kalian susulin dia gih. Takutnya kalau ada apa-apa." Perintah Juan.
Dini dan Deandra saling memandang. Mereka memang tidak menyukai Salma, tapi perkataan Juan ada benarnya juga. Lagipula, ini sudah malam. Dua perempuan itupun bangkit dan pergi menuju toilet yang terletak di samping kelas D.
Namun dalam waktu dua menit, mereka sudah kembali.
"Mana Salma?" Tanya Leo. Dini menunjuk-nunjuk jalan menuju toilet. Namun dua lelaki di sana nampak tidak mengerti.
"Alah, liat aja sendiri!" Seru Deandra.
Leo dan Juan berdiri, seluruh orang di sana meninggalkan tugas mereka demi melihat keadaan Salma yang entah bagaimana. Deandra menghentikan mereka di depan kelas D. Kepalanya miring ke arah kelas, mengisyaratkan Leo dan Juna untuk melihat ke dalam.
Salma, berbaring di atas tumpukan kursi, dengan bersimbah darah dan perut yang terbuka. Dari cahaya bulan yang masuk ke dalam, samar-samar dapat dilihat usus serta organ lain yang bercecer keluar. Di jendela bahkan juga terdapat sejumlah cipratan darah.
Juan mundur, Leo terpaku di tempatnya, sementara dua perempuan sudah menjauh dari sana.
"Siapa yang ngelakuin itu?" Tanya Leo. Deandra mengangkat bahu. Lelaki itu kembali melihat ke dalam, matanya nampak menangkap sesuatu yang aneh.
"Sst," ia meminta temannya untuk melihat ke dalam. "Perasaan gue aja atau kursinya disitu gerak-gerak?"
Tiga orang tersisa menengok ke dalam. Juan meneguk ludahnya. "Jadi, Ava nggak bohong."
"Ava? Kenapa?"
"Dia sempat begadang di kampus juga. Katanya, waktu lewat sini, kursinya gerak-gerak sendiri dan jadi berantakan."
Dini manggut-manggut, Ava juga bercerita padanya soal kejadian itu.
Wanita itu kembali melongok ke dalam, matanya melebar dan ia berteriak, "awas!"
PRANG!
Jendela pecah akibat kursi yang terbang ke arah mereka. Beruntung Dini sempat menarik Deandra yang berada tepat di pinggir jendela.
"Lari!" Empat orang mahasiswa di sana bergerak cepat.
Bruk! Juan menabrak pak satpam.
"Pak, maaf saya nggak sengaja."
"Kalian kenapa masih di sini?" Raut wajah pak satpam nampak panik.
"Ngerjain tugas pak, urgent. Soalnya dikumpulin besok."
"Ini malam jumat kliwon! Sudah berapa lama kalian kuliah di sini? Bukannya sudah diberitahu tidak boleh berada di kampus lebih dari jam 6 saat malam jumat kliwon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Stories
HorreurSelf-made creepy stories. Language : Bahasa *** Tenang aja, selama lu gak bisa ngeliat, gak bakalan ada sosok gaib yang ikut baca cerita ini di belakang lu. Tapi hati-hati aja, mungkin lu gak bakal berani meremin mata waktu keramas.