Hunted: Chapter 45 (Personifikasi)

572 62 19
                                    


BLARRR!!!

Satu peluru petir dari telunjuk Anayayang teracung, berhasil menembus kaki Lidya hingga membuatnya terjatuh. Lidya tidak dapat lari. Menghindarpun tidak sempat. Kini dirinya benar-benar lumpuh di bawah teror.

“Astaga! Petir juga?! Jadi, Anaya bisa mengendalikan 5 elemen utama sekaligus?! Mengerikan! Benar-benar mengerikan!” seru Beby terkejut ketika melihat tembakan petir hijau yang dilepaskan Anaya.

“Sial! Sejak kapan kamu bisa elemen petir?!” geram Lidya menahan sakit.

“Perlukah Aku menjawab pertanyaan dari seseorang yang sebentar lagi akan mati?”

“Kurang ajar!”

SLASH!!!

Kembali, tebasan Lidya hanya lewat tepat di samping Anaya. Tidak ada gerakan berlebihan untuk menghindari serangan tersebut. Sedikit langkah yang cepat cukup untuk menghindar. Efisien. Sama seperti gerakan Lidya dalam menghindari serangan Beby sebelumnya.

BLARR!!!

Satu lagi tembakan dari Anaya yang berhasil menembus pundak Lidya. Membuat lawannya tersebut berteriak kesakitan.

“Kamu bener-bener berisik, ya.” ujar Anaya dingin sambil mengacungkan jarinya tepat di dahi Lidya.

“Nah, diamlah.”

JDARR!!!

Satu tembakan terakhir dari Anaya membuat kepala Lidya pecah tak berbentuk. Seluruh isinya berantakan. Otak dan darah terpecah ke segala arah. Menodai wajah Anaya yang berjarak begitu dekat dengannya. Tubuh Lidya yang kini tanpa kepala, terhuyung lalu jatuh ke dalam kubangan lumpur. Membuat warna dari lumpur tersebut kemerahan.

“Aah… menjijikan.” Gerutu Anaya.

“Huek!”

“Hm? Ah! Beby!” seru Anaya segera menghampiri Beby yang muntah setelah melihat pecahnya kepala Lidya layaknya balon.

“Gak papa kan?”

“A---ah… ya. Gak apa-apa kok.”

“Coba liat tangannya sebentar. Hmm… haah… emang susah kalau bukan murni elemen air. Ckck.”

“Kamu… bisa semua elemen?” tanya Beby saat dirinya dipapah Ayana untuk berdiri.

“Hm. Gak semua sih. Ada dua elemen lagi yang belum Aku kuasai.”

“Ha? Bukannya tadi itu udah lima elemen, kan?”

“Yap.” sahut Anaya sambil membuka kedua telapak tangannya.

Di telapak tangan kiri, terdapat bola air yang mengapung. Sementara di telapak tangan kanan berkobar api merah yang membakar tangannya. Kemudian ia menghentakkan kakinya hingga mencuatlah sebuah pilar tanah yang menjulang cukup tinggi, lalu dengan tiupan dari mulutnya, angin cukup kencang berhembus menerpa dedaunan.

“Petirnya?” tanya Beby.

“Ah, iya.”

JDARR!!!

Satu anggukan dari Anaya, petir menyambar pilar tanah yang berdiri di hadapannya.

“Kok bisa?” tanya Beby tak habis pikir.

“Kalau soal itu aku gatau, mending tanya Ayana.”

“Lah?! Emang kamu bukan Ayana?”

"Huft~ kan aku uda bilang, aku ini Anaya,"

"Hmm... Trus di mana si Ayana?"

“Lagi tidur.”

“Kok bisa?”

Season 2 Hunted (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang