SRRSH!
Ayana masih dapat menghindari serangan Lidya dengan tinju yang diselimuti angin yang berputar seperti mata bor itu. Hanya pipinya saja yang terluka saat ia menghindari serangan tersebut. Hembusan angin tajam dari serangan Lidya itulah yang membelai hingga melukai pipinya.
“Perih?” ledek Lidya.
Namun, sikap congkaknya yang ia perlihatkan ketika serangannya seolah menggoreskan luka parah pada Ayana, seketika itu juga menghilang saat sudut matanya menangkap sebuah gerakan yang membuat refleksnya menarik tubuhnya untuk mengelak.
DRAAKK!!!
Kali ini giliran Lidya yang harus menghindari pukulan Beby yang tiba-tiba saja melayang dari belakang. Sesaat ia lupa akan keberadaan Beby karena terlalu menaruh perhatian terhadap Ayana yang ia pikir sangat berbeda dengan ketika terakhir kali ia bertemu dengannya.
Pukulan Beby kembali menghantam tanah, dan kembali membuat serpihan batu yang pecah berserakan di sekitarnya, membuat kepulan debu mengganggu penglihatan juga pernafasan bagi Ayana. Namun tidak bagi Lidya, hanya dengan satu gerakan sapuan dari tangannya, kepulan debu tersebut hilang tertiup angin hingga tidak berbekas sedikitpun.
“Jijik mainan tanah daritadi.” Ujar Lidya sambil langsung menyerbu Beby masih dengan dua pusaran angin yang berputar di kedua tangannya.
“Kalo saling adu gimana?!” geram Beby mengangkat tinjunya. Menghadapkannya ke arah Lidya yang tengah berlari mendekatinya dengan sebelah tangannya yang juga terangkat.
SRRT!!!
“Tentu saja Aku kalah jika tinjuku ini beradu dengan elemen tanah sepertimu.” Bisik Lidya yang tiba-tiba saja berada tepat di belakang Beby.
Kecepatan geraknya yang langsung ia tingkatkan ketika tepat berada di hadapan tinju Beby, membuatnya berada di posisinya yang menguntungkan seperti ini. Berada di blank spot musuhnya dengan kedua tangannya yang siap mengoyak punggung lawannya tersebut.
“Astaga! Bagaimana bisa ia tiba-tiba berada di belakangku?!” geram Beby panik.
“Beby, ya? Selamat tinggal---“
BUAKK!!!
Pukulan Ayana kembali mendarat dengan indah dan juga begitu keras di pipi kiri Lidya. Lidya yang memang benar-benar tidak merasakan keberadaan Ayana harus menerima keadaan dirinya yang terhempas beberapa langkah dengan denyut rasa sakit di sekitar wajahnya. Terlebih lagi pipi kirinya.
Meski begitu, ia masih sempat mengayunkan lengannya. Menghembuskan angin dengan tekanan yang cukup berat hingga membuat Ayana dan Beby juga ikut terhempas ke arah yang berlawanan.
“Ay! Ya ampun! Lagi-lagi kamu tuh ya. Bikin kaget aja!” sahut Beby yang langsung bangkit berdiri setelah sebelumnya dirinya dihempaskan oleh tiupan angin dari musuhnya.
“Tapi kan seengaknya bisa bantuin juga.”
“Iya juga sih.” Balas Beby yang memang, berkat pukulan Ayana tadilah, masa hidupnya masih dapat berlanjut hingga detik ini.
Syuuush~
Angin berhembus pelan dari tempat di mana Lidya berdiri, namun hal itu cukup untuk memberikan peringatan kepada Beby dan Ayana. Mereka kembali bersiaga sementara Lidya, dengan langkah yang terlihat pelan, ringan, dan anggun, bahkan tidak terdengar suara sepatunya yang beradu dengan permukaan tanah. Seolah ia mengapung.
“Coba kalau Anaya yang tadi mukul. Udah pasti kepalaku ini lepas dari dudukannya.” Canda Lidya yang diikuti tawa renyah dari dirinya sendiri.
“Ah, kayaknya yang tadi kurang lucu, ya?” tanya Lidya yang tiba-tiba saja berada di hadapan Beby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Season 2 Hunted (Completed)
FanficCerita ini lanjutan dari season 1 nya yaitu "TOP HUNTER". Disarankan untuk membaca season 1 nya agar jalan ceritanya tidak membingungkan untuk anda.