☆
☆
☆
☆
☆
Jauh dari tempat mahasiswa-mahasiswi lain yang sedang mendirikan tenda, para penghuni atas tinggal di mobil kemah mereka. Bersantai, tiduran, ngemil, apapun mereka lakukan untuk menunggu matahari terbenam. Untuk memulai perburuan mereka. Untuk menghabisi duri kecil yang terselip di kampus mereka yang selama ini menghalangi mereka untuk berbuat lebih jauh. Sementara senior-seniornya bermalas-malasan, Michelle dan Devi keluar dari nyamannya mobil kemah mereka hanya untuk sekedar berjalan-jalan. Atau lebih tepatnya, mengecek medan pertempuran.
“Jadi, menurutmu seperti apa kemampuan Kak Melody? Mengapa kapten begitu ingin menghabisinya?” tanya Michelle membuka pembicaraan selagi langkah mereka menuntun mereka menuruni lereng kecil dengan pohon-pohon pinus yang berjajar di kiri dan kanan.
“Kak Melody itu yang jadi ketua Timsus kan? Aku juga gak tau kenapa, tapi waktu kemarin Aku liat sih kayaknya biasa-biasa aja deh. Gak ada yang istimewa.” Jawab Devi enteng.
“Hmm… iya juga sih.” Balas Michelle sedikit bingung.
“Hm? Hey, kalian berdua ngapain di sini?” tanya Shania yang kebetulan saat itu tengah berpatroli untuk memeriksa apakah ada mahasiswa-mahasiswi yang tersesat atau tidak.
“Ah, kita cuman jalan-jalan aja kok, Kak.” jawab Devi nyengir.
“Jangan terlalu jauh. Ntar nyasar lho. Tau jalan baliknya?”
“Tau kak. Tenang aja.” Sahut Michelle.
“Oke kalau gitu. Cepetan balik. Udah mau malem ini.” Ujar Shania sambil berjalan pergi meninggalkan mereka untuk kembali melanjutkan patrolinya.
“Kau merasakannya?” tanya Michelle saat Shania sudah menghilang dari pandangan mereka.
“Ya. Sangat kuat. Hihi. Aku berharap bisa berhadapan dengannya nanti.” Jawab Devi girang.
Sekembalinya mereka berdua, waktu yang ditunggu pun tiba. Siang berganti sore, sore berganti malam. Langit biru berubah hitam. Matahari berganti tugas dengan sang bulan. Hembusan angin kering kini berubah menjadi sedikit lembab. Suhu udara di perkemahan kini turun seiring dengan datangnya sang malam.
“Waduh. Udah gelap aja nih! Mana tenda belum siap lagi!” seru Nabilah panik.
“Perlengkapan juga belum pada disiapin. Haah, jalan-jalannya kelamaan tadi.” Tambah Shani yang juga tidak kalah panik.
“Bagi-bagi tugas aja biar cepet. Aku, Nabilah, Beby, Ayana bangun tenda. Ve, Sinka, Stella, Shani nyari air buat nanti masak. Sekalian cuci beras nih.” Ujar Melody sambil memberikan panci berisikan beras.
“Nah, terus Kinal, Anin, Yuvia, Ikha nyari kayu bakar. Kita bakar-bakaran nanti. Api unggun gitu. Yah sekalian buat masak, kan.” Lanjut Melody.
“Wuiih, bahaya nih. Listrik semua isinya!” canda Nabilah.
“Ayo, ayo. Mulai kerja.” Ujar Melody sambil memungut tali untuk membangun tenda.
“Mel, terus kita ngapain?” tanya Shania yang berdiri di hadapan Gracia, Yuriva, dan Kyla yang tidak mendapatkan tugas apapun.
“Ah! Apa ya? Bebas deh. Haha. Soalnya tugasnya udah pada abis.”
“Kalau gitu, Aku ikut yang ngambil air deh. Biar seger.” Sahut Yuriva yang disetujui oleh anggukan Kyla.
“Hmm, kalo gitu Aku jalan-jalan lagi deh. Ayo, Ge! Ikut Aku. Aku nemu tempat yang bagus lho waktu tadi sore jalan-jalan.” Ajak Shania.
“Emang tempat apa kak?” tanyaGracia mengikuti langkah Shania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Season 2 Hunted (Completed)
أدب الهواةCerita ini lanjutan dari season 1 nya yaitu "TOP HUNTER". Disarankan untuk membaca season 1 nya agar jalan ceritanya tidak membingungkan untuk anda.