[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca]
Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven
❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞
Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PUSAT perbelanjaan kota sepertinya sudah terbiasa dengan keramaian. Terlebih lagi di masa liburan tahun baru, mengundang banyaknya orang untuk membuang waktu karena bosan. Kentara saja kebahagian terpancar di raut orang yang tengah hilir mudik di dalam mall tersebut.
Banyak anak remaja yang pergi hangout bersama teman-temannya. Selagi sekolah mereka meliburkan seluruh anak didiknya. Menikmati detik demi detik bersama sahabat.
Tetapi sepertinya keceriaan para pengunjung tidak bisa memberi kebahagian ke salah satu remaja perempuan itu. Dari sekian banyaknya remaja yang pergi bersama kawan-kawannya. Hanya gadis itu yang duduk sendirian sambil berbicara pada layar ponsel.
Wajahnya terlihat sangat kesal, mulutnya juga tak henti-henti mengeluarkan segala kekesalan pada layar ponsel di tangannya.
"Gue udah nunggu lo sejam, Ta. Dan lo bilang nggak jadi datang!" Dengusan kesal sekali lagi keluar dari bibir pink-nya.
Raut menyesal sang sahabat terlihat jelas di depan layar ponsel milik perempuan itu. "Sorry, Zi. Gue lupa kalo punya janji sama Regha."
Linzy, perempuan keturunan Italy, yang memiliki rambut pirang kecokelatan itu memutar mata, lelah sekaligus dongkol. Sungguh sahabat yang sangat baik, membiarkan temannya menunggu sendirian, tanpa siapapun yang menemani.
Sejam lebih Linzy menunggu Retta datang di mall seperti rencana mereka berdua untuk menghabiskan waktu liburan yang tinggal dua hari lagi—sebelum masuk sekolah kembali.
Tetapi lihatlah, sahabatnya mengingkari janji, hanya karena lupa dengan janjinya bersama sang pacar.
"Kalo emang lo udah janji sama Regha, kenapa lo kemarin ngejawab 'iya' pas gue ajak hangout?!"
Linzy memandang malas wajah Retta yang meringis di depan layar.
"Gue bener-bener minta maaf, Zi. Gue nggak ada maksud biarin lo nunggu di mall. Gue udah duluan janji ke Regha kalo mau jalan sama dia. Sebelum lo minta gue janji buat nemenin lo jalan-jalan," jelas Retta teramat sangat menyesal. "Karena gue nggak mau liat lo sedih karena nolak ajakan lo, ya udah kemarin gue terima aja."
Senyum kecil yang terukir di bibir Retta, menambah tingkat kekesalan Linzy. "Ya udah. Semoga Have fun ya jalan sama Regha."
"Zi—"
Kalimat yang ingin terucap dari Retta terpaksa terputus. Karena Linzy langsung menyentuh tombol merah. Menghentikan videocall mereka.
Hentakan kaki ke lantai berulang kali terdengar. Linzy melakukannya, hingga menarik beberapa orang yang berlalu lalang.
Linzy meremas tas selempang miliknya. Kesal. Jangan ditanya lagi, kedongkolannya sudah berkali-kali lipat di banding terakhir kali. Dia bangkit berdiri dari bangku yang sejam telah dia duduki. Celana jeans melekat indah di kaki jenjangnya.