FF(6) ● Olahraga

8.6K 505 244
                                    

PENDIDIKAN jasmani dan olahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PENDIDIKAN jasmani dan olahraga. Pelajaran yang membuat keinginan membolos Linzy tercipta. Dia bukan malas berolahraga, hanya saja ada alasan yang membuatnya membenci pelajaran itu. Pelajaran penjas menjadi urutan kedua setelah pelajaran kimia—kedua pelajaran yang benar-benar membuat Linzy merasa muak.

Bagi Linzy, kimia itu rumit, serumit pikiran Linzy, bagaimana mungkin seseorang disuruh mencari berapa banyak atom yang dibutuhkan atom C dan atom H untuk berpasangan membentuk senyawa. Sedangkan Linzy saja tidak pernah memiliki pasangan.

Lalu, pelajaran olahraga, Linzy justru lebih menyukai materinya dibanding prakteknya. Bukan tanpa alasan Linzy tidak menyukai pelajaran itu. Karena setiap kali tubuh Linzy terbalut baju olahraga dengan tubuh ramping dan tinggi yang menjulang, menarik banyaknya lelaki untuk menatapnya bagaikan santapan makan malam.

Seharusnya Linzy merasa bersyukur dengan tubuhnya ini, namun, apa yang bisa disyukuri jika tubuhnya dijadikan bahan tatapan untuk para cowok brengsek itu.

Linzy membuka pintu lokernya, mengambil baju olahraga yang tersimpan di sana. Ketika menutup lokernya, saat itulah semua kefokusan Linzy teralihkan. Menangkap sosok Lian tengah berjalan menggunakan seragam olahraga dengan peluh keringat mendominasi.

Linzy tahu, kelas Lian pada saat jam pertama adalah olahraga. Dan bel pergantian jam pelajaran berbunyi lima menit yang lalu, mengharuskan pelajaran olahraga kelas cowok itu selesai.

Jarak masih membentang di antara mereka. Namun, Linzy telah merasakan jantungnya yang berpacu gila. Oh Tuhan ... bahkan seluruh sendi Linzy tidak dapat digerakan. Terdiam bodoh di pijakannya.

Pandangan Lian bertemu pada Linzy. Membuat langkah lelaki tampan itu berhenti di depannya. "Hai, Zi," sapanya sambil mengukir senyum.

Tubuh Linzy bertambah kaku, otot jantungnya semakin meronta tidak tahu malu. Bodoh, seharusnya dia bisa mengendalikan diri di depan Lian untuk tidak terlihat gugup. Namun ... ini sulit.

"Hai, Yan," mengontrol dirinya sendiri, Linzy memaksa menampilkan raut yang berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Dia tersenyum singkat. "Jam pelajaran olahraga kelas lo udah selesai?"

Bodoh, untuk apa Linzy bertanya. Padahal dia sudah tau jawabannya.

Kepala lelaki itu mengangguk. "Lo hari ini juga ada pelajaran olahraga?"

"Iya," Linzy menjawab singkat. Menyembunyikan kekecewaan, karena lelaki itu bahkan tidak tahu jadwal kelasnya. Bodoh ... memangnya dirinya siapa, hingga mengharapkan itu pada Lian.

"Oh iya, Zi," Lian seperti teringat sesuatu. "Lo emang mau keluar dari cheers?"

Kok bisa dia tau? batin Linzy. Entah kenapa harapan tentang perasaan yang selama ini dipendamnya, seolah terbangun lebih tinggi. Bolehkah Linzy berharap jika Lian ternyata diam-diam mencari tahu tentangnya? Diam-diam memerhatikannya?

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang