FF(12) ● One years ago(1)

6.4K 394 215
                                        

Satu tahun lalu...

HARI ketiga mos kali ini benar-benar melelahkan. Sudah berjam-jam para peserta MOPDB disuruh berdiri. Kaki mulai terasa penat dan berdenyut. Keringat pun sudah mengusamkan wajah mereka. Suara kepala sekolah yang berpidato di depan seolah hanya angin lalu yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Otak tidak mungkin bisa diajak berpikir di saat seperti ini.

Akhir kata kepala sekolah disambut tepuk tangan yang meriah, seolah juga ikut merayakan akhir dari kepenatan yang menjerat mereka sejak tadi.

Sebagai ganti karena Kepala Sekolah beranjak pergi dari panggung, ketua osis menggantikan posisi. Mentitahkan mereka semua untuk duduk teratur di lapangan, setidaknya itu usaha untuk mengurangi rasa pegal mereka.

Patuh. Semua lantas mengikuti perintah. Duduk teratur di barisan kelasnya masing-masing.

Di kanan-kiri panggung kecil di depan—tempat ketua osis berdiri—para anggota osis dengan almamater osis kebanggaan SMA Taruna Jaya tampak berjejer rapi. Terlihat tegas dan ramah secara bersamaan.

Setelah beberapa kata ketua osis sampaikan. Pada akhirnya dia mengumumkan kalau saatnya mereka untuk bermain games. Sorakkan semangat menyambut. Gemuruh tepuk tangan terdengar.

Permainan ini hanya untuk anak didik baru yang ingin ikut serta. Bagi yang tidak ingin mengikut sertakan diri, mereka boleh menonton di pinggir lapangan. Disuruhnya beberapa anak yang ingin mengikuti permainan, duduk membentuk lingkaran di tengah lapangan.

Para osis ikut andil di dalam permainan. Dibagi tim kakak kelas dan tim adik kelas. Beberapa detik setelahnya, permainan dimulai. Sorakkan semangat dari pinggir lapangan mengisi sekeliling. Beberapa tawa terdengar karena melihat kakak kelasnya kesulitan keluar dari lingkaran yang terbentuk.

Permainan kucing-tikus tampak menyenangkan untuk mereka. Suara riuh rendah tepuk tangan mendominasi sekitar. Antusiasme mereka kian memuncak saat salah satu Kakak osis yang ikut andil berusaha melarikan diri dari kejaran adik kelas baru.

Tawa mereka semakin menjadi-jadi, menciptakan gema kebahagian.

Di pinggir lapangan untuk peserta yang tidak ikut andil. Linzy terlihat antuasias. Kelopak matanya tampak menyipit karena tawa yang mengikat. Posisinya kini dibalik, kakak kelas harus berusaha mengejar adik kelasnya.

Mos kali ini diadakan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat Linzy SMP tidak ada permainan diadakan kala mos, mungkin ada tapi itu hanya sebatas kakak kelas yang ingin mengerjai adik kelas barunya.

Dulu, hanya otoriter yang mereka pergunakan untuk menindas adik kelasnya, menekan mereka untuk mengikuti perintah yang tidak masuk akal. Dan tahun lalu pemerintah resmi menghapus tentang peloncoan.

Ketika SMP dulu Linzy bersekolah di Bali karena sang Papa membuka cabang perusahaan di sana. Perbedaannya tidak jauh berbeda dengan di Jakarta.

Meski para panitia itu menyuruh mereka dengan hal yang terasa janggal. Namun, itu tetap mendapat sedikit kesenangan tersendiri untuk para peserta. Kenangan yang mungkin tidak akan terlupakan untuk mereka.

"Alig juga si Vian kecil-kecil." Shena di samping Linzy tertawa. Teman perempuannya itu menyebut teman kelasnya di MOS. Si murid baru paling kecil di antara seluruh anak didik baru.

Tubuhnya yang sangat pendek, membuat lelaki itu mudah berkelit dari kejaran kakak kelas.

"Karena badannya kecil, jadi susah buat ketangkep," ucap Linzy sambil tergelak.

"Iya sih, mungkin kalo Ipan yang dikejar langsung ketangkep itu." Shena makin tergelak, menyebut nama teman mosnya yang kali ini berbadan besar. Satu angkatan banyak yang memanggil Ipan dengan sebutan Giant—salah satu tokoh besar yang suka memukul Nobita, serial Doraemon—katanya karena badannya yang besar dan juga tinggi.

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang