Akhirnya punya waktu lagi buat up, vote dan komen jangan lupa sayangkuhh :*
Semoga kalian suka part ini wkwk
°°°
TIDAK biasanya Linzy datang ke sekolah pagi-pagi. Menghentikan secara paksa mimpi indahnya. Ada yang dia hindari. Inti dari dia yang sudah berada di lobi saat jam enam kurang lima menit itu karena ...
"Tumben lo udah dateng?"
Zion.
Kakinya terpaku di lantai lobi sekolah. Cowok itu mengangkat alis bingung. Ekspresi yang wajar kalau melihat seorang Felinzy Lavira sudah tiba di sekolah pada jam segini. Apalagi hari ini adalah hari bebas pelajaran. Itu ritual yang terjadi setelah pensi yang sekolah adakan. Biasanya hari bebas itu akan mereka pergunakan untuk kerja bakti. Membereskan sisa-sia euphoria semalam.
Lalu ini ... secara tanpa diduga. Orang yang dia hindari berada tepat di depannya. Menggagalkan seluruh usaha yang telah Linzy lakukan untuk menghindar. Salah satunya merusak tidur nyenyaknya hanya agar bangun lebih pagi.
Tidak ada orang bodoh untuk tidak mengetahui alasan Linzy menghindari Zion bukan?
Melihat Zion lagi, membawa reka ulang adegan kiss semalam di kepala. Setiap incinya masih dia ingat jelas. Butuh banyak waktu untuk tertidur malam tadi. Insomnianya kambuh karena kejadian di mobil itu. Ditambah sekarang dia telah menemukan jawaban dari sang penghuni singgasana hatinya. Siapa yang lebih dominan membuatnya nyaman.
Itu Zion. Yang kini makin memporak-porandakan jantungnya. Sebelum sadar akan perasaannya, dia masih bisa biasa. Namun, saat semuanya telah dikonfirmasi. Linzy tak bisa lagi menahan kegugupan yang menyerangnya tiba-tiba.
"Zi," Panggilan cowok, memecah lamunannya begitu saja. "Lo mau ke kelas bareng gak?"
"I-iya," Linzy mengangguk cepat.
Kegugupan Linzy terlihat jelas hingga Zion bertanya. "Lo kenapa?"
"Mm?" Linzy mendongak. Menatap cowok yang juga balik menatapnya. Tanpa sadar, Linzy menggigit bibir. Bingung bagaimana menjelaskan apa yang terjadi dengannya.
Yang cowok melangkah mendekat. Refleks Linzy menengadah kaget. Membalas tatapan dalam Zion yang terasa membelah jiwanya. Lalu selanjutnya dia menarik bibir Linzy agar melepaskan gigitan bibirnya sendiri.
Dia terkaku. Napasnya terenggut habis. Apalagi saat Zion memangkas jarak yang membentang. Sontak matanya memejam. Dihitungnya dalam hati, menunggu-nunggu untuk antisipasi. Namun ... tidak ada yang terjadi.
Dibuka pejaman itu dan melihat si cowok tersenyum lebar. Lalu melangkah menjauh.
"Ayo ke kelas."
Barulah Linzy bisa menghirup udara sebanyak-banyakanya. Hal tadi sungguh mengejutkannya. Membuatnya menunggu dengan debaran kencang. Dia pikir ... ah tidak! tidak!
Lupakan Linzy! Lupakan!
Berbanding terbalik dengan Linzy. Zion justru tampak santai. Melangkah meninggalkan Linzy yang terdiam. Yang cewek sontak cemberut. Ini tidak adil. Bagaimana bisa Zion terlihat biasa saja. Sedangkan dirinya mendapatkan badai yang merusak seluruh sel otak.
"Yon tungguin!" teriaknya sambil menyusul. Cowok yang dipanggil menoleh dan menghentikan langkah. Menunggu langkah Linzy berhenti di sampingnya.
"Cih! Ninggalin!" omelnya saat berdiri di samping Zion.
"Lagian malah bengong. Siapa suruh!" Rasanya Linzy ingin memaki. Ini hatinya tidak salah bukan, untuk menjatuhkan perasaannya ke cowok menyebalkan yang minta digampar sampingnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Ficção Adolescente[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...
