FF(34) ● Time(zion)

5.3K 366 149
                                        

Yeay udah up lagi, vote ya kalo boleh sih sekalian komen. Kan seneng gitu aku jadinya wkwkwk

Oh ya, pelan-pelan aja bacanya, panjang banget part ini :)

°°°

TEMPAT makan Japan food itu terlihat ramai oleh pengunjung. Kursi-kursi penuh mengingat hari libur. Tapi beruntungnya, Linzy bersama Zion dan Regha berhasil menemukan kursi kosong di pojok kanan.

Usai kepergian si medusa, alis Cindy, emosi Linzy yang tadi berkumpul minta diledakkan malah membuat cacing-cacing perutnya kepanasan.

Karena tidak ingin cacing-cacing perutnya makin parah mendemo sampai menimbulkan suara, sontak saja Linzy menarik tangan Regha untuk mencari tempat makan. Toko cokelat di depannya pun sudah tidak punya daya tarik lagi di matanya.

Sayang, dia lupa kalau ada sosok lagi manusia di antara mereka. Sudah sewajarnya, Regha mengajak Zion bergabung makan bersama. Seolah tak peduli pada Linzy yang protes lewat matanya, Regha sudah keburu asik mengobrol bersama Zion.

Alhasil, dia hanya bisa pasrah. Tak banyak bicara sampai mereka dapat menemukan tempat makan dan sudah duduk manis di kursi. Membiarkan kedua cowok itu mendominasi percakapan.

Tiba-tiba ponsel Regha bergetar, memutuskan obrolan antaranya dan Zion. Sang empunya sontak bangkit dan pamit untuk mengangkat telepon.

Kepergian Regha tentu meninggalkan hening tak mengenakan. Linzy sibuk pada daftar menu, sementara yang cowok sibuk memerhatikan wajah perempuan di depannya diam-diam.

Hari ini memang Linzy tampak berbeda. Rambut yang biasanya dikucir kuda atau dibiarkan tergerai, sekarang dibuat kepang daun. Lebih dengan dress turtle neck the off shoulder bewarna abu-abu yang dipakainya. Bisa dibilang Linzy nyaris sempurna cantik hari ini.

Ada satu pelayan yang mendekati meja mereka. Menanyakan pesanan. Pelayan itu tersenyum sekaligus mengangguk mendengar pesanan yang Linzy sebutkan.

"Kalo masnya?"

"Carbonara sama lemon tea." Pelayan wanita itu mengangguk sedang tangannya bergerak mencatat.

Setelah menyuruh Zion dan Linzy menunggu, pelayan itu berlalu pergi, sekali lagi menciptakan senyap di meja.

"Lo udah selesai mengheningkan cipta?"

"Hah?" Linzy mendongak cepat menatap Zion.

"Lo dari tadi diam aja, gue pikir lagi mengheningkan cipta."

Apa sih, Zion receh banget! "Gue males ngomong sama lo, sama aja bikin mulut gue berbusa gak akan kelar-kelar!"

"Dih, gue baru ngajak ngomong padahal."

"Siapa yang nyuruh lo ngomong sih, udah diam aja!" sentak Linzy kesal.

"Tapi gue kalo gak ngomong, bibir gue suka gatel gitu. Lo mau garukkin emang?"

Tuhkan! Ini-nih alasan kenapa dia ingin protes saat Regha mengajak Zion untuk bergabung. Cowok itu pasti tidak akan berhenti berceloteh, sampai rasanya telinga Linzy panas.

Cukup di sekolah saja kesabaran Linzy terkuras menghadapi Zion. Jangan hari libur dan waktu santainya seperti ini!

Semesta rupanya memang tidak ingin Linzy merasa hidup tenang sehari saja!

"Lo liat anak kecil itu gak, Zi?" Telunjuk Zion mengarah pada satu titik, yang membuat kepala Linzy melihat arahan cowok itu.

Tahu yang ditunjuk Zion adalah balita yang tengah menangis di baby chair, dahi Linzy mengerut, di sana pengasuhnya tampak kewalahan. Sementara sang ibu malah terlihat santai makan sambil memainkan ponsel.

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang