Vote dan komen dunds buat penyemangat nih :(
°°°
BENAR kata Shena. Seharusnya Linzy tak perlu ragu untuk menerima ajakan Lian. Sekalian mengerjakan tugas biologi, dia bisa jalan bersama sang gebetan. Keinginan banyak cewek untuk melakukan pendekatan. Kesempatan ini jarang datang, karena itu tak baik jika Linzy abaikan.
Begitu tiba di salah satu mall Jakarta, mereka tak menyia-nyiakan waktu. Usai memarkirkan mobil, Lian mengajaknya tenggelam di ribuan buku yang berjejer rapi di setiap rak. Harum khas buku baru mengudara dan langsung menyerbu penciuman Linzy.
Buku yang mereka cari adalah buku-buku kesehatan yang menjelaskan sistem kekebalan tubuh. Ada di rak bagian depan.
Untuk semester terakhir dan persiapan ujian kenaikan kelas yang akan datang. Pak Herman menugaskan mereka untuk menganalisa tentang sistem imun dan membuat laporan. Itu menyebalkan. Linzy tak membenci biologi. Terkadang ada beberapa bab yang dia sukai.
Tapi percayalah, sebagian murid pasti malas saat disuruh menganalisa dan menulis laporannya. Termasuk Linzy.
Lian tengah membaca salah satu buku saat bertanya ini, "Lo mau menganalisa bagian apa?"
"Mm ..." Linzy bergumam sambil mengambil satu judul buku. "Gue masih ragu sih. Tapi kayaknya gue mau menganalisa Interaksi Antibodi dan Antigen," Lian tampak mengangguk setuju. "Kalo lo?" tanyanya balik.
"Imunoglobulin."
"Serius lo mau bahas itu?" Linzy kagum. Bagaimana mungkin tidak kagum. Imunoglobulin dibagi menjadi lima kelas. Dan cuma ada dua yang baru Linzy ketahui kegunaannya. Ayolah bab ini masih baru, lagipula siapa yang ingin menghafalkan itu disaat sang guru pun belum menjelaskan.
"Ya. Emang kenapa?"
"Gak," Linzy menggeleng lalu mengacungkan dua jempol. "Lo keren!"
"Enggaklah, biasa aja menurut gue," Lian terlihat salah tingkah. Entah itu benar atau cuma mata Linzy yang melihatnya. "Masih kerenan Retta sama Arven. Penduduk ranking pararel sekolah yang lagi rebutan posisi pertama."
Mendengarnya Linzy tertawa. Lucu saja jika mengingat persaingan sahabatnya dengan Arven, sang ketua osis.
"Lo udah ketemu bukunya?" Ini pertanyaan Linzy di menit-menit yang telah terbuang dalam keheningan yang terbentang tanpa obrolan.
Lian yang berada di seberang rak. Mengangkat buku di tangannya tinggi-tinggi. "Udah," ucapnya agak keras.
Cuma tingkah biasa itu, Linzy meresponnya dengan senyuman lebar. Tanpa alasan yang pantas. Tanpa penyebab yang jelas. Linzy merasa seperti orang bodoh. Atau lebih tepatnya bodoh karena jatuh cinta.
Jatuh cinta? Cih menjijikan! Kenapa dia jadi selebay ini?
Mau menyangkal atau tidak. Itu kenyataan. Dia jadi sedikit lebay jika berurusan dengan Lian. Cuma karena senyum si cowok, Linzy berdiri bego. Cuma karena Lian mengajaknya bicara, Linzy tergagap dungu.
Dari kelas sepuluh sampai kelas sebelas semester akhir, perasaanya tak berubah. Linzy mengetahui itu pasti. Tapi beberapa minggu ini Linzy bimbang. Maksudnya ada yang ganjal. Ada sesuatu yang membuat hatinya bertanya yang langsung dibantah oleh pikiran.
Oke abaikan saja hal itu. Karena sampai kapan pun Linzy sangat tahu kalau hatinya menginginkan Lian. Cowok itu menduduki singgasana dan selalu berhasil membuat detak jantung bergerak di luar batasnya. Linzy berharap Lian peka walau berujung dia yang sedih akhirnya.
Bagaimana Lian bisa peka kalau Linzy tak pernah menunjukkan isi hatinya?
"Lo udah?" Lian memutari rak dan berhenti di samping Linzy.

KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Novela Juvenil[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...