Agak lelah sih nulis part ini, banyak ngeluarin emosi wkwk. Semoga feelnya ngena.
Vote dan komen pinky luv💖💖
°°°
LUKA yang 'tampak' lebih mudah untuk disembuhkan. Tapi, luka di hati butuh bertahun-tahun untuk dihilangkan. Terkadang sampai membekas dan membuat orang-orang butuh pelarian.
Kemarahan yang dipendam.
Kepahitan yang dirasakan.
Belum cukup dua hal itu, Zion alami selama tujuh belas tahun kehidupan. Ada banyak lagi rintangan. Ada banyak luka yang dia dapatkan. Bahkan sering kali dia menyerah, ingin menyelam dalam putus asa. Meninggalkan dunia. Dan berharap saat membuka mata, surga yang dilihatnya.
Permintaan Zion padahal cukup sederhana. Dia cuma ingin merasakan kebersamaan keluarga. Dia ingin melihat papa-mamanya saling bercanda dan melemparkan tawa.
Sayangnya, Tuhan tidak mengabulkan.
Kehidupannya, Zion cuma merasakan penderitaan. Orang tuanya menikah karena terpaksa. Sebab ada janin yang harus mereka pertanggung jawabkan.
Zion anak yang terbentuk berkat ketidaksengajaan. Zion bukanlah anak yang mereka inginkan. Mereka membesarkan Zion cuma karena sebuah perjanjian.
Sampai akhirnya mama tidak tahan dan memutuskan perjanjian itu. Mamanya pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan dirinya. Meninggalkan sosok lelaki yang begitu amat mencintainya. Dari sana, kekejian papanya bermula. Papanya depresi dan menganggap Zion adalah penyebab kepergian mamanya.
Tanpa ada hari yang terlewati, tanpa kegilaan sang papa. Zafar selalu menjadikan Zion pelampiasan amarah. Pelampiasan kesakitannya. Walau begitu, Zion tidak bisa membencinya. Dan justru membenci mamanya karena telah menyebabkan ini semua.
Wanita itu yang salah. Wanita itu yang membuat papanya menderita.
Jadi jangan salahkan Zion jika dia menganggap semua perempuan sama. Perempuan adalah sosok mengerikan yang bisa membuat lelaki terkekang dan tertunduk seperti hewan peliharaan.
Kebencian itu berakar hingga tumbuh menjadi besar. Zion benci wanita itu sampai rasanya dia tidak akan mau bertemu dengannya. Zion tidak ingin melihatnya. Bahkan jika boleh meminta, Zion tidak akan pernah sudi menganggapnya sebagai mama.
Sampai akhirnya dia terjatuh di detik ini. Zion merasa bumi berhenti berputar ketika matanya menangkap sosok itu. Menangkap bagaimana sorot lembutnya terlukis. Apalagi wajah yang dulunya selalu dingin kini mudah mengurai senyum.
Semua amarah yang dipendamnya selama bertahun-tahun meluap. Begitu besar dampaknya. Hingga dia butuh mengepalkan tangan dan mengendalikan perih yang tak tertahankan.
Seperti ada pisau yang mengoyak kulitnya dengan gerakan perlahan.
Sakit. Rasanya sakit sampai tidak dapat lagi dia deskripsikan.
Zion memacu motornya menuju rumah dengan kecepatan penuh. Membiarkan angin malam menusuk tubuhnya yang mati rasa. Membiarkan setiap ingatan menyakitkan naik ke permukaan. Bahkan emosinya semakin kuat hingga melibatkan air mata.
Gerbang rumahnya terbuka, Zion langsung menerobosnya dan membanting motornya begitu saja. Pak Didim, satpam rumahnya dibuat terkejut. Suaranya bahkan menarik perhatian Friska yang berada di dapur. Dia melangkah keluar, hendak mengecek.
Namun, dia mendadak jadi panik saat melihat Zion meringkuk di dekat pintu. Tampak ketakutan.
"ZION!" Friska menghampiri, penuh kebingungan. "Hei, kamu kenapa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Novela Juvenil[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...