Waduh udah 10k vote-nya. Luar biasa kalian tuh :*
Makin Rajin vote sama komen. Biar akunya juga rajin ngetik di tengah kesibukkan wkwkwk
°°°
ANEH itu kata yang bisa digambarkan bila melihat Zion tengah mengobrol serius dengan Retta. Linzy yang baru tiba di kelas mengernyit. Si cowok berdiri di depan mejanya dan Retta. Sementara yang ceweknya mengangguk sambil senyum.
Sebenarnya tidak ada yang salah. Zion teman Regha dan Retta pacar Regha. Namun, kalau mengingat tabiat Retta yang tak pernah suka diganggu pasti jadi merasa ganjal.
Retta itu malas kalau dekat Zion. Cowok itu jail. Biang rusuh. Selalu menganggu dengan kejailannya. Walau jailnya Zion ke Retta tidak separah saat menjaili Linzy. Namun, tetap saja terkadang Retta lebih milih menghindar.
Retta pernah bilang begini saat Zion berhasil membuat dia meledak kesal, "Pliss ya ... pacar gue udah nyebelin. Jadi lo gak usah ikut nyebelin, Yon. Pecah kepala gue! Pergi sana!"
Linzy melangkah mendekati mejanya. Retta dan Zion serempak menoleh. Dan selembar kertas yang berada di meja, Zion masukkan buru-buru di kantong celana.
"Hai, Zi," sapanya tampak basa-basi. Linzy malas meladeni dan langsung melempar ke inti.
"Kalian ngapain? Serius banget kayaknya."
Retta menoleh pada Zion, terkekeh singkat. "Zion kemaren minta ..."
"ZI!" Zion manggil kencang. Seperti sengaja memotong ucapan Retta. "Nanti pulang sekolah kita latihan di gedung biasa. Lo dateng duluan, nanti gue nyusul. Gue mau nganter Bunda dulu. Oke?"
Belum diiyakan. Zion sudah lebih dulu beranjak pergi. Linzy mengernyit sementara Retta tergelak.
Aneh!
Eh. Zion kan emang aneh!
"Dia kenapa sih?" Sambil bertanya, Linzy meletakan tas di kursi sebelum tubuhnya yang dijatuhkan di sana.
"Tanya aja langsung." Retta bermain teka-teki.
"Males nanya dia, ngelantur pasti jawabnya."
Retta tergelak sekali lagi. "Dia minta gue bikinin puisi."
"What?" Zion meminta Retta membuatkan puisi? PUISI? Linzy tak mungkin tidak terperangah. Zion itu bukan lelaki puitis yang dapat merangkai kata. Otaknya cuma terisi hal-hal gila. Mana mungkin cowok gesrek itu berkata manis seperti sang pujangga.
"Kenapa dia minta itu?"
Retta mengedikkan bahu. "Katanya sih mau buat lagu dari puisi itu. Zion pinter bikin nada tapi dia bodoh soal ngerangkai kata. Makanya dia minta buatin puisi ke gue."
"Lagu?" Linzy bingung. "Buat siapa?"
Senyum samar tampak di wajah Retta. "Mungkin lo tau jawabannya."
°°°°
Ketika kantuk mulai menyerang, Linzy berharap bel istirahat cepat berdering. Apalagi perutnya keroncongan. Cacing-cacing perutnya meronta meminta makan.
Sialan!
Dia tidak dapat fokus pada penjelasan sang guru di depan. Semuanya tampak buyar. Materi pelajaran cuma masuk ke telinga. Belum sampai otak, penjelasannya sudah berhenti di tengah-tengah. Inilah nasib disaat sang mama menyuruh sarapan yang ditolaknya begitu saja.
Linzy menopang dagu. Menghitung detik demi detik di dalam pikiran.
Satu.
Dia mulai menghitung.
![](https://img.wattpad.com/cover/124322141-288-k297753.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Roman pour Adolescents[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...