FF(38) ● Senin awal baru

5.2K 355 147
                                        

Hehe kemaren tuh seneng gitu akunya baca komen kalian.

Boleh semangat lagi gak vote sama komennya, akhir bulan November ini hahaha

°°°

KEBANYAKAN para murid pastinya membenci hari senin. Hari menyebalkan karena mengharuskan mereka bangun pagi setelah libur di hari minggu, belum lagi upacara, dan otak pun disuruh kembali bekerja.

Zarlin juga tidak berbeda jauh dengan mereka. Dia benci upacara. Dia benci berdiri di bawah matahari yang tengah semangat-semangatnya.

Namun, ada hal yang Zarlin tekankan di pikiran hingga dia selalu semangat datang ke sekolah saat senin. Baginya, senin itu awal hari. Awal semangat. Awal untuk semua orang melakukan aktivitas. Semua hal selalu berawal dari senin—ya kecuali di kalender.

Sudah semestinya awal hari selalu dimulai dengan senyum cerah dan penuh semangat.

Seperti sekarang, hari menyebalkan seribu umat itu tidak berpengaruh apapun untuk Zarlin. Langkahnya riang menelusuri koridor kelas sepuluh sambil membawa bahan-bahan prakarya di tangan.

Walau kepalanya lebih sering tertunduk malu melewati murid lain, tapi setidaknya semangat langkahnya tak bisa membohongi siapapun.

Tinggal empat kelas lagi yang harus Zarlin lewati menuju kelasnya yang berada paling ujung. Kelas X-ipa1, atau sering disebut kelas unggulan.

Namun, tubuhnya terdorong tiba-tiba. Seseorang menabraknya sampai berakibat pada cat di kantong plastik yang digenggamnya tumpah keluar.

Zarlin terbelalak kaget. Catnya bukan saja meninggalkan noda hijau di seragamnya tapi juga perempuan yang menabrak. Masih shock, pelan dia mendongak dan matanya tambah melebar.

"LO LAGI!" cewek di depannya pun tak kalah terbelalak. Matanya membulat marah. Sosok terakhir yang Zarlin harap akan terkena tumpahan catnya.

Zarlin menunduk. Jantungnya berpacu cepat. Sorot Cindy benar-benar menusuk Zarlin, membuatnya bergetar takut. Dia yakin, Cindy menyimpan dendam padanya apalagi mengingat sang pacar membela Zarlin saat itu. Nyawanya bisa habis saat ini, ditambah fakta jika Cindy tak lagi sendiri.

Dia sungguh tak punya lagi ruang untuk lari.

"Dia yang dibelain Zion di kantin itu kan?" tebak temannya yang berdiri di sisi kanan Cindy.

"Target baru Zion hm..." Teman yang berada sisi lain ikut serta.

"LO BERDUA BISA DIAM NGGAK SIH!" Cindy terlihat makin geram.

"Maaf kak, aku ... aku bener-bener gak sengaja." Tangan Zarlin terkatup minta maaf. Sayang, permohonan maafnya diabaikan, Cindy justru mencengkeram kedua tangannya.

"Nggak sengaja? Cih! Muak gue denger pembelaan lo yang itu-itu mulu!" Cengkeraman Cindy makin mengerat. Akibatnya tangan Zarlin menjadi sakit luar biasa. "Mungkin waktu itu lo bisa bebas, karena pacar gue ngebelain lo."

Cindy tersenyum. Senyum kejam yang tampak mengerikan. "Tapi sekarang ... gue gak akan bebasin lo gitu aja. Lo udah buat seragam gue kotor dua kali, seenggaknya sekarang, lo harus tau permainan gue."

"Game? It's a good idea." Temannya berucap terakhir tadi mengangguk setuju sambil senyum bengis. Zarlin melirik bet nama cewek itu dan ukiran 'Laras' tercantum di sana.

Situasi ini kiranya tak memungkinkan Zarlin untuk berpikir. Namun, nama Laras seperti tak asing. Sepertinya Nara pernah menyebut-nyebut nama itu.

Dia tersadar saat Cindy menyentak kedua tangannya dan berganti menarik tangan kirinya.

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang