FF(51) ● Masalah dalam Satu Waktu

4.6K 396 79
                                        

Sorry for late update. Sebagai gantinya part ini panjang banget.

Jangan lupa vote dan komen. Aku berterima kasih banget, itu berarti kalian sayang cerita ini.

°°°

INI Linzy. Cewek yang kapan saja bisa mengeluarkan taringnya. Apalagi saat disudutkan dan berusaha dijatuhkan. Jangan cari masalah dengannya, jika tidak mau berujung dikalahkan dan dipermalukan depan umum.

Laras, Kia, dan Cindy salah mencari lawan. Kalau mereka memang hendak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Maka mereka juga harus siap untuk akhir yang mengenaskan.

Setelah terkejut beberapa saat pada foto—yang entah dari mana didapatkan, pastinya dia sudah tahu dalangnya. Salah satu di antara mereka, tentu saja—Linzy kembali menatap ketiganya. Bersikap santai seolah foto yang dipotret diam-diam itu tak berarti apa-apa.

"Lo bertiga tolol ya?" Itu cuma kalimat pertama sebelum bertempur. "Cuma karena gue keluar dari apart Zion, lo bertiga mikir yang enggak-enggak? Oh God ... cetek banget otak kalian kayak otak bebek."

Cindy sedikit terpancing. Beda dengan Laras yang tenang. "Terus lo ngapain di apart Zion sampe pulang malem gitu? Ayolah siapa sih yang nggak mikir aneh-aneh. Kalo gak percaya tanya aja sama yang lain, pasti mereka sependapat sama gue."

Linzy berdecak. "Sedih banget sih jadi lo. Kurang belaian lo ya sampe mikir begitu?" Senyum miring terangkat saat dilihatnya Laras tersulut. "Omongan gue bener kan? Mending lo mangkal di pinggir jalan sana, cari om-om kaya. Kan lumayan tuh, lo bisa dapet uang sekaligus belaian."

Laras maju selangkah. Berniat melakukan sesuatu yang langsung ditahan Kia. "Jangan, La. Dia cuma mancing supaya kita kalah."

"Mancing?" Linzy mengernyit. Berlagak bodoh. "Jujur aja sih, gue benci mancing. Mancing ikan aja males. Apalagi mancing keributan. Sori aja itu bukan gue."

"Lo gak punya malu ya?" Cindy angkat suara dengan nada mengejek. "Lo ketauan ngerusak hubungan gue. Terus masih berlagak bego. Otak lo dimana hah?!"

"Otak gue dimana? Seriously lo nanya itu?" rautnya menantang. "Pelajaran biologi lo berapa hah? Biar gue tebak ... pasti gak lebih dari dua. Iya kan?"

Napas Cindy belarian cepat. Seakan emosinya telah memuncak hingga tak bisa dikendalikan. "BITCH!" Dia mencengkeram kerah seragam Linzy.

Drama ini makin seru. Anak lain terlihat diam sambil menonton. Tidak ada di antara mereka yang ingin memisahkan. Bahkan Jessy bersama genk-nya memanas-manasi suasana. "Lanjutkan my ladies."

"Singkirin tangan lo," Linzy masih tenang, menjauhkan jemari Cindy dari kerahnya. "Gue gak mau seragam gue kotor karena tangan lo!"

Cindy menatap Linzy tepat di iris kelabunya. Mata mereka bertemu. Berkobar bagai api. Berlomba-lomba untuk jadi pemenang.

"Mulut lo pedes banget sih, Zi. Kayak cabe-cabean yang mangkal di jalan." Cindy senyum mengejek. Mengusap pipinya yang dia tepis langsung. "Lo gak pernah diajarin sopan santun ya?"

"Atau emang orang tua lo gak pernah ngajarin sopan santun?" Tabung kesabaran Linzy sudah berkurang drastis sekarang. "Mama lo pasti mirip lo kan? Sukanya ngerebut punya orang!"

Detik berikutnya. Waktu seakan terdiam saat suara tamparan menggema begitu memekakan. Tabung kesabarannya sudah habis total.

Linzy paling tidak bisa mendengar orang tuanya dibawa-bawa dalam masalahnya. Jika Cindy melakukan itu berarti dia benar-benar siap untuk berperang dengannya.

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang