FF(75) ● Falsity

5.1K 496 226
                                    

Dari judulnya hmm :')))

Aku mau liat seberapa antusias sama part ini. Vote dan komennya boleh dunds😚

°°°

JIKA boleh digambarkan, Linzy seperti tertelan di kerak bumi dan tak bisa menemukan pijakan lagi. Dia terkurung di dasar hingga suara-suara di kepala cukup dia yang mendengar.

Semuanya beku, termasuk jantungnya yang lumpuh saat sebuah fakta menghempasnya dalam satu waktu.

Cuma kesadaran sekian persen, Linzy menolak percaya. Dia menggeleng saat Lian tersenyum kemenangan.

"Zarlin ... adek gue," Gak! Linzy pasti salah mendengar. "Lo gak salah denger, Zi. Itu kenyataan."

Otak Linzy mengurai fakta satu-satu. Kalau Lian saudara tiri dengan Zion berarti ...

Zion dan Zarlin?

"Ya ..." Lian seakan tahu kesimpulan yang cewek temukan. "Zion kakak tiri Zarlin."

Linzy butuh pegangan untuk menopang kakinya yang lemas.

"Dia adek gue yang terpaksa tinggal bareng bokap." Linzy mendongak. Melihat binar murka yang bercampur pilu di kelamnya mata Lian. "Dia yang ketipu sama semua sikap sok manis wanita sialan itu. Otaknya kecuci, bahkan dia mikir gue sama nyokap yang jahat ninggalin dia. Padahal ... semua orang-orang yang ada di sekitar dia yang busuk hatinya!"

Kesakitan di masa lalu membuat Lian buta, hingga lukanya butuh pelampiasan. Yang salah karena cowok itu melarikan semuanya dengan balas dendam. Berpikir pendek jika saat semua itu terlaksanakan, hidupnya bisa tenang.

Itu jelas salah!

Api tak bisa dibalas api. Justru makin membumbung tinggi dan membakar segalanya. Seperti kejahatan, ada baiknya mengikhlaskan. Lalu semuanya akan berjalan sesuai aturan Tuhan.

"Tapi gak pa-pa," Suara Lian menyentaknya sadar. "Seenggaknya gue sama dia udah ketemu. Dan semua sakit hati gue bakal terbayar hari ini."

Saat Lian memangkas jarak lebih dekat, Linzy terpojok. Tangannya terulur ke belakang, memegang pembatas besi yang berkarat. Beberapa serpihan karat melayang jatuh. Dia makin gemetaran.

"Zion pasti bakal hancur, kalo tau lo kehilangan nyawa karena dia alasannya," Melewati bahunya, Lian melirik ke bawah dan tersenyum bahagia. "Lo mau sendiri, atau gue sebagai perantara, Zi?"

Penawaran gila!

"LO GILA!" Linzy tak punya kekuatan untuk melawan selain memukul Lian berulang kali. Apalagi posisinya yang memperparah keadaan, dia tetap tak bisa melarikan diri.

Pukulan Linzy terhenti sebab Lian yang mencekal kuat tangannya.

"Kalo lo bunuh gue ..." Linzy tersendat, membiarkan air matanya mengalir. "Lo bakal masuk penjara!"

"Gue gak takut penjara," Suara Lian pelan, tapi berhasil membuatnya menggigil. "Kalo lo mati, gue juga bakal mati dan akhirnya kita bakal ketemu di neraka nanti." Tanpa sadar dia menahan napas saat Lian menyentuh pipinya. "Kalo lo emang gak mau ngelakuin itu sendiri, gue siap bantu."

Kemudian tangan Lian yang bebas mengambil sesuatu yang disembunyikan di dalam kemeja. Mengangkatnya di depan Linzy yang terperangah tak percaya.

Otot kaki Linzy sempurna lunglai merasakan dinginnya moncong pistol di kening.

"Yan ..." suaranya nyaris hilang.

"Lo bener, Zi gue emang udah gila sekarang. Luka, sakit hati, dendam, pengkhianatan, itu semua yang buat gue hilang arah. Gue gak punya tujuan lagi, jiwa gue udah mati!"

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang