FF(4) ● Drama Baru

7.8K 521 261
                                    

Bagusnya sampul menjadi pacuan untuk orang-orang menilai.
Membiarkan sisi jelek yang mereka lihat menjadi opini.
Tanpa berpikir mungkin itu akan sedikit menyakiti.

°°°°°

KEADAAN kantin semakin sesak. Penuh dengan orang-orang yang hilir mudik mencari tempat. Namun, hal itu tidak memudarkan senyum miring yang terukir di bibir tipis Linzy. Netranya jatuh pada pintu masuk kantin, baru saja seorang perempuan bersama teman di sampingnya berjalan melewati pintu kaca itu. Melangkah cepat ke arah meja pojok.

Perempuan itu melewati mejanya, memaksa senyum miring Linzy kian terangkat. Wajah emosi di sana terlihat lebih jelas. Tepat meja pojok, langkahnya terhenti.

Di tempatnya terduduk, Linzy akan disajikan drama kedua sepasang kekasih itu. Ya ... setidaknya kedongkolan Linzy akan terbayar sedikit hari ini.

Keramaian akan canda tawa di setiap meja. Dan suara para penjaja makanan di kantin. Seperti teredam secara mendadak. Perhatian mereka semua teralihkan, kompak menoleh ke pojok kantin.

Tidak ada yang bersuara. Hanya wajah shock yang mereka tunjukkan, ketika melihat Laras—perempuan yang berstatus sebagai pacar Zion—menyiram jus jeruk ke pacarnya sendiri dari atas kepala.

Terkejut, tentu saja. Bingung jangan ditanya. Seluruh populasi kantin enggan membuka suara, menjatuhkan seluruh ketidakkepercayaan mereka pada apa yang ditontonnya sekarang. Terlebih dua orang yang duduk di meja yang sama dengan Zion.

Laras meletakan gelas kaca tadi di meja dengan sekali hentakan. Korban yang menjadi tontonan satu kantin terdiam semata. Merasakan tetes demi tetes air jus jatuh mengalir dari helaian rambutnya. Tersadar, Zion bangkit berdiri, menatap sang pacar.

"Lo apa-apaan sih, La! Lo gila, nyiram gue kayak gini!" bentak Zion tanpa sadar, dia menyentuh rambut basahnya. Noda orange mengotori bagian bahu seragam putihnya. "Maksud lo apa?!"

Arven dan Regha, kedua cowok yang ada di meja yang sama, memilih tidak ikut campur. Mendiamkan diri dibanding terlibat di perdebatan antara sepasang kekasih itu.

"Maksud lo apa?" Laras mengulang ucapan Zion penuh penekanan. Matanya mulai memerah. "Seharusnya gue yang nanya kayak gitu!" Si perempuan kalap. "Maksud lo apa ngelakuin itu ke gue?!"

"Gue ngelakuin apa?" Zion tidak mengerti sedikit pun. Otaknya berusaha memproses kesalahan yang mungkin dilakukannya. Namun, dia tidak berhasil menemukan.

Kesimpulannya hanya ada dua. Memang Zion tidak memiliki kesalahan atau otaknya terlalu lemot untuk mencerna.

"Lo nggak tau apa yang lo lakuin?!" Laras terlihat semakin ingin meledak. Dia mengeluarkan ponsel dari saku rok abu-abu selututnya. Menggulir layar sedikit kasar dan setelahnya dia meletakkan ponselnya di atas meja. Menimbulkan bunyi gebrakan.

"Lo liat!" titah Laras menunjuk ponselnya di meja.

Sedikit penasaran, Regha dan Arven serentak melirik layar ponsel Laras. Dentingan detik setelahnya, mereka membeku bersamaan. Sebelum menatap sahabat mereka dengan tatapan sulit diartikan.

Tak pelak, seluruh sendi Zion seolah terputus tanpa bisa direncanakan. Irisnya membulat. Dia terdiam di pijakannya. Sebelum pandangannya jatuh pada meja yang berada di depannya, tempat ketiga perempuan itu.

Pemandangan pertama yang Zion lihat ialah; wajah penuh ejekan Linzy dan senyum jahat yang terukir di bibir si perempuan.

Sialan. Tanpa berpikir dua kali, Zion sangat tahu siapa yang sudah mengirim foto itu pada Laras.

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang