FF(65) ● Hati Memberi Jawaban

4.9K 451 132
                                    

Woohooo padahal cuma seminggu gak up tapi berasa berbulan-bulan ...

Untuk ngobatin rasa kangen, part ini panjaaaang banget. Tinggalin vote dan komennya say, biar akunya semangat gitu wkwk :*

°°°

ADA karung tidak di sini? Linzy butuh itu untuk menutupi wajahnya sekarang. Bagaimana tidak, di tengah lapangan, saat dia dan Zion berjalan menuju backstage, suara nyaring teman kelasnya mengisi sekeliling. Bahkan, jika digambarkan, musik dari DJ di samping panggung kalah oleh toa mereka.

"Tolong, ya Yon. Itu tangan dikondisikan!" sindir Echa melihat tangan Zion kini memeluk pinggang Linzy.

"Bisa banget lo nyari kesempatanya monyet!" Bagas iri bilang saja.

"Zi, jangan mau dipeluk-peluk sama titisan setan!" Ricky minta ditonjok.

"Hamba gak kuat ya Allah. Berasa ngeliat bidadari pas Linzy lewat." Justin lebih lebay.

"Kalau gini mah Aa' siap ngelamar neng Linzy. Sekarang juga Aa' bawa ke KUA. Hayuk!" Ini lagi Raka ikut-ikutan.

Bagai pawang, Zion memelotot sambil mendekat. "Mata lo semua pengin gue colok rasanya!"

"Dih ... jadi Zion yang galak!" Erika mengernyit.

"Calm down mas Bro," Ricky tergelak. "Digodain dikit aja, calonnya. Udah ngonggong kayak anjing penjaga!"

Apa-apaan Ricky! Linzy mulai merasa pipinya memanas lagi.

"Linzy udah punya calonnya sendiri Ricky sayang." Shena muncul dari belakang. Membawa kamera di tangan. "Dan itu jelas bukan Zion." Lalu saat di depan Linzy, senyum Shena mengembang lebar. "Foto yuk, Zi?"

"Eh kalo foto gue juga maulah!" Anak cowok berebutan. Melupakan begitu saja ucapan Shena barusan. Padahal tampaknya begitu besar. Untuk dua sosok yang kini memakai baju samaan.

"Eh-eh," Bu Santi keluar dari tenda belakang panggung. "Kalo mau foto nanti, kalo mereka udah selesai tampil," ucap gurunya yang dibalas seruan kecewa. "Ayo Zion- Linzy. Sebentar lagi kalian."

Di backstage, tak ada hentinya Linzy mengusap tangannya berulang kali. Bukan karena kedinginan, ini jelas karena gugup. Entah bagaimana bisa dia menghilangkan rasa nerveous. Membayangkan ditatap ratusan orang di atas panggung saja bikin nyalinya ciut.

Kelas 11-IPA1 telah selesai sejak tadi. Sekarang kelas 11-IPA2, menampilkan drama musikal. Di belakang panggung ini, Linzy bisa mendengar dialog setiap tokoh. Tentang Romeo and Juliet. Tentu saja terdengar tidak asing lagi.

Zion tiba-tiba tergelak. Linzy menoleh. "Kenapa lo?"

"Lucu gue denger dialog-nya," Tawa Zion tak berhenti juga. "Oh Juliet ... betapa cantiknya dirimu," Zion meniru sambil mengulurkan tangan menyentuh pipi Linzy. Yang cewek sontak memukulnya kencang.

Tidak ada alasan yang bagus untuk Linzy baper sekarang. Zion cuma menirukan adegan. Bukan benar-benar memujinya. Lalu kenapa demam panggungnya hilang dan berganti dag-dig-dug?

°°°°

Ini saatnya.

Mereka duduk di kursi tinggi yang telah diletakan. Stand mic pun telah siap di depan. Zion mengalungkan tali gitarnya lewat kepala. Beberapa anggota osis membantu memasang mikrofon tempel di gitar Zion. Saat semuanya ready, mereka mengucapkan salam pembukaan lebih dulu.

Karena suasana sedikit tegang, Zion mencairkannya dengan lelucon. Untungnya tidak garing, sebagian orang tertawa mendengarnya.

Di depan panggung. Ada Retta yang mengangkat tangan figthing. Regha tersenyum sambil mengangkat kamera. Shena melambai-lambai sambil senyum lebar. Dan sisa anak kelasnya yang heboh.

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang