FF(70) ● Berjuang atau Menyerah

4.6K 393 196
                                        

Maaf karena telat up :( Mau up kmaren cuma waktu ngetiknya gak ada. Jadi baru bisa sekarang :)

Mau liat vote komennya dunds😚

°°°

SISA pusing di kepala masih terasa. Tidak mungkin bisa Zion membawa motor di keadaan begini. Apalagi motornya tertinggal di kelab semalam. Mungkin Justin yang membawanya pulang. Kalau menelpon Justin, memintanya datang menjemput, Zion pasti sudah terlambat ke sekolah.

Akhirnya dia memilih jalur lain. Menelpon Arven.

"Kenapa gue harus jemput lo?" Tanpa melihat secara langsung, Zion sudah bisa menebak bagaimana dinginnya wajah Arven. Untungnya, dia punya alasan masuk akal agar tak menimbulkan kecurigaan.

"Motor gue sama Justin," jawabnya santai.

Diam lama di seberang sebelum gumaman Arven sebagai jawaban. Selanjutnya, memutuskan panggilan secara sepihak. Zion langsung mengumpat karenanya.

Dasar manusia es! Untung temen kalau gak Zion udah makan!

Beberapa menit Zion selesai memakai seragam. Arven menelpon. "Turun!" ucapnya lalu memutuskan panggilan begitu saja.

Zion ternganga. Entahlah Arven itu selalu sariawan atau memang hemat pulsa.

Namun, sepertinya opsi kedua lebih masuk akal. Irit ngomong. Irit pulsa. Irit berekpresi. Cih! Jin irit!

"Bego," Zion sadar. "Mana ada Jin irit. Adanya jin iprit!" Lalu dia tergelak sendiri. Menertawakan lawakannya yang garing. Dia buru-buru menyandang tas dan keluar apartemen menuju lift yang akan membawanya ke lobi.

Sepandai-pandainya kelinci melompat pasti bakal jatuh juga. Itu yang mungkin bisa diumpamakan saat Zion masuk ke dalam mobil Arven dan langsung ditatap sedemikian intensnya.

"Hati-hati lo jatuh cinta sama gue!" canda Zion sambil memakai seatbelt.

Arven tak terpengaruh. Ekspresinya datar saat mengatakan, "Lo minum?"

Bagai dilempar bom nagasaki, mata Zion melebar tak terkira. Membuat Arven berdecih karena kesimpulannya tentu benar jika melihat bagaimana terkejutnya Zion saat ditanya.

"Iya gue minum," jawabnya lalu melanjutkan. "Minum susu tadi."

"Serius!" Suara Arven mengambang tanpa nada. "Mata lo merah."

"Shit!" Zion lupa oleh dampak minuman sialan itu. Matanya jadi memerah dan sayu.

"Berarti lo ikut ke party semalam." Itu jelas pernyataan, bukan pertanyaan yang butuh jawaban.

Zion bergumam. Tidak punya alasan buat berbohong.

Lampu berubah merah, Arven menginjak rem perlahan.

"Bokap lo baru meninggal empat hari yang lalu, Yon. Bahkan bunga di kuburannya belom layu," Arven selalu pintar untuk mematikan lawan bicaranya dengan perkataan. "Dan lo tau bokap lo meninggal karena kecanduan alkohol dan lo mau ikutin jejak bokap lo yang salah? Otak lo dimana?"

Zion tahu jika yang dilakukannya salah tapi apa boleh buat. "Gue butuh pelampiasan."

"Pelampiasan?" Arven tertawa sinis. "Harus banget mabok-mabokkan?"

"Oke," Zion mengangkat tangan tanda menyerah. "Gue tau gue salah."

"Bagus kalo lo sadar," Dia mengambil sesuatu di dashboard. Saat menangkap sekaleng susu yang Arven lempar, Zion mengernyit. Gambarnya beruang. Tapi isinya susu sapi. Terus iklannya, malah naga. Tak perlu Zion sebutkan merek susu apa itu kan?

|2| Falsity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang