Buat part ini boleh dundss minta vote sama komen sebanyak-banyaknya😚
°°°
DALAM kamar, Zion kecil mengurung diri di balik selimut. Menutup telinga. Memejamkan mata. Usaha yang sengaja dilakukan agar suara teriakan dan bentakan di bawah tak terdengar. Sayang, yang dilakukannya sia-sia. Suara mama-papa masih terdengar jelas. Menggema dalam kamar. Begitu keras. Begitu menimbulkan sesak di dada.
Zion semakin memojokan diri bersama selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Dia takut. Dia ingin mereka berhenti saling berteriak dan membentak seperti itu, tapi Zion tak punya nyali untuk berbicara, cuma air mata yang menunjukkan ketakutannya.
Pembahasan mereka masih hal yang sama. Mama ingin berpisah dan Papa yang berusaha untuk mempertahankan rumah tangga mereka. Dan Mama sekali lagi membahas Zion yang adalah awal bencana baginya. Zion adalah masalah.
Entah berapa lama pertengkaran mereka terjadi. Yang pasti karena kesedihan yang mengikatnya begitu kuat, membuat Zion tak mampu lagi mengeluarkan air mata dan justru terjatuh tidur bersama pilu yang dirasakan.
Kemudian karena bunyi sentakan dari jendela, membangunkan Zion begitu saja. Dia mengusap mata yang membengkak. Memandang sekeliling. Sebelum sadar jika itu hanya suara ranting pohon yang mengetuk jendela karena angin kencang.
Karena haus, Zion turun dari ranjang. Berniat mengambil minum di bawah. Dituruninya tangga dengan pelan tanpa menimbulkan suara. Sampai di dapur, anak berusia tujuh tahun itu mengambil air dingin di kulkas. Menuang di gelas. Lantas meminumnya.
Saat hendak balik ke kamar, langkah kecilnya terhenti. Di bawah tangga, ruangan kerja Papa yang masih menyala mengambil perhatian Zion. Tanda jika Papanya masih bekerja di tengah malam seperti ini. Niatnya Zion hanya ingin melongok sebentar, tapi dia justru membeku saat melihat Zafar bukan sedang mengetik di laptop untuk bekerja, namun sedang meneguk botol di tangan.
Zion mengernyit. Itu botol minuman apa?
Zafar tampak sedih. Matanya memerah. Dan sepertinya karena pengaruh minuman itu papanya terlihat hilang sadar.
Sebab tak mau menganggu, Zion beranjak pergi menuju kamarnya.
Dalam kamar dengan kesendirian, Zion merenung.
Apa Papa sedih karena Mama?
Selama tujuh tahun kehidupannya, Zion tahu seberapa besar Papa menyayangi Mama. Bisa diambil bukti dari, Papa yang sering membuatkan makanan spesial untuk Mama disaat hari pekan. Papanya tak pernah terlihat marah saat mendapatkan sikap cuek sang Mama. Justru menggoda dan berusaha melempar guyonan lucu hanya untuk membuat Mama tertawa.
Dan selama itu juga, Zion sekali pun tak pernah melihat Mama menunjukkan perasaannya pada Papa. Mamanya terlalu cuek dan lebih suka mendekam di ruang kerja bersama dokumen.
Jadi Apa Mama menyayangi Papa?
Sepertinya pertanyaan itu sudah dijawab seminggu lalu saat mereka bertengkar untuk pertama kali.
Mama tidak pernah sayang Papa.
Keesokan harinya. Di pagi yang begitu cerah. Zion tengah bermain robot-robotan yang dihadiahi mama di ruang tamu. Senyumnya mengurai dengan tangan yang bergerak di atas remote control. Kemudian tiba-tiba dia harus berhenti bermain saat melihat sang mama turun tangga bersama koper yang dibawanya.
Lalu di belakang, papa berusaha menghentikan mama. "Ra dengerin aku dulu. Kita bisa omongin semuanya baik-baik."
Mamanya berhenti di anak tangga terakhir dan menoleh menatap papa. "Nggak ada yang harus diomongin lagi, Mas. Aku udah gak bisa tinggal sama kamu. Aku mau pisah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Teen Fiction[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...