Mumpung udah libur ye kan ... jadi lancar buat update :)))
Nih up lagi, minta vote sama komennya. Maksa aku pokoknya wkwkwk
°°°
DIBOHONGI dan dikhianati Linzy tidak mau merasakannya lagi. Cukup sang papa yang membuat Linzy membenci seluruh lelaki. Cukup sang papa yang menjebak Linzy dalam perih.
Setelah kebohongan yang papanya ciptakan, keluarganya rusak tanpa sisa. Semuanya berubah, termasuk orang-orang yang Linzy percaya. Cuma hitungan jari, sisanya dia anggap tak ada.
Itu pembalasan yang bisa dia lakukan karena tidak ingin terjebak terus-terusan. Namun ... kali ini Linzy tidak mau membiarkan ego yang maju dan membelakangi adanya kesempatan.
Setiap tindakan pasti ada alasan. Mungkin papanya saja yang melakukan kebohongan untuk bersenang-senang.
Tapi ... papa telah menyesalinya dan Linzy tidak ingin membenci, yang padahal ikut sakit hati. Kesempatan itu Linzy berikan walau rasanya tak sama lagi.
Seperti sang papa, Linzy tidak bisa langsung men-cap Lian sebagai pembohong. Karena mungkin ada penjelasan di balik kebohongan yang cowok ciptakan. Lagipula pengkhianatan itu tak sebesar yang papanya lakukan. Jika Lian menjelaskan dengan masuk akal, Linzy pasti mudah memaafkan.
Beruntung hari ini mereka punya janji jalan karena batalnya hari kemarin. Linzy telah rapi lalu keluar rumah. Berjalan menuju mobil Lian yang sudah terparkir di halaman. Clara ada di luar kota sekarang, rumahnya tampak sepi apalagi para pekerja yang berisitirahat saat siang.
"Hei," Lian senyum lebar. Tampak tampan dengan kemeja hitam yang membalut kaus abu-abunya. Apalagi snapback di kepala. "Cantik banget sih pacar aku hari ini."
Hari ini Linzy memakai baju off shoulder yang dipadukan Button Front Skirts. Dia menatap bajunya lama sebelum mendengkus. "Gombal!"
"Serius," ucap Lian yakin. "Jadi pengin cium rasanya," Wajah Lian mendekat, jika bukan karena Linzy yang membuang muka, menghindar. "Kenapa?" Lian heran.
"Nggak pa-pa." Linzy menggeleng.
Lian mengernyit, sebelum berujung mencubit pipinya saja. Kemudian melajukan mobilnya di jalan raya.
"Kemarin gimana jalan-jalannya?" Lian memulai obrolan sambil menyetir. Pandangannya lurus ke depan, tanpa tahu raut cewek di sebelahnya berubah. "Seru?"
"Seru," jawabnya. "Kalo kamu? Gimana di sana?" Linzy bertanya lalu melanjutkan dengan sedikit menyindir. "Seru ya? Apalagi banyak cewek."
Lian terdiam. Rautnya sedikit berubah. "Aku mau jujur sama kamu," Linzy menoleh, menunggu kelanjutan. Menduga jika yang akan Lian katakan adalah perihal kebohongannya. Bagus jika itu benar, karena dia tidak perlu memancingnya lebih dulu.
"Maaf ... sebenarnya aku kemarin gak reunian tapi ketemuan sama ..."
"Cewek," potong Linzy yang dibalas Lian menginjak rem mendadak. Klakson dari belakang terdengar menyusul. Bahkan Linzy hampir terantuk dashboard jika tidak menjaga keseimbangan.
Lian syok, menepikan mobilnya di pinggir jalan. "Kamu tau?"
Linzy senyum setengah hati. "Aku ada di restaurant yang sama kemarin. Kenapa kamu bohong?"
"Itu yang mau aku omongin," Lian tampak tersenyum. Seperti sebuah isyarat yang tak Linzy mengerti. "Aku bakal jelasin itu nanti."
°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Teen Fiction[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...