Banyak orang lebih suka menghakimi, tanpa tahu alasan dibaliknya.
°°°°°
WARNA cokelat susu itu menghiasi setiap dinding kamar milik sahabatnya. Lemari berisi buku-buku novel dan beberapa buku antalogi berbaris rapi di sana. Suasana sunyi tercipta karena dua manusia yang berbaring di atas ranjang tampak sibuk dengan dunianya sendiri.
Namun, sesekali suara obrolan terdengar mengisi kamar. Di ranjang bersprei putih itu, Linzy berbaring menelungkup sambil memainkan jarinya di atas keyboard laptop milik sahabatnya. Mencari resensi film yang ingin mereka tonton.
Di pinggir ranjang, Retta tampak tentram bersandar di kepala ranjang sambil membaca buku bacaannya. Dan tak lupa, sebatang cokelat tergenggam di tangannya.
Seperti hari minggu yang biasanya. Dua minggu sekali Linzy akan melakukan quality time bersama kedua sahabatnya. Menonton film yang ingin mereka tonton setiap minggu. Home theater yang berada di lantai bawah akan mereka pergunakan untuk menghabiskan waktu bersama.
Dan seperti biasa juga, di antara mereka Shena yang paling suka datang terlambat. Anak itu selalu saja tidak pernah tepat waktu. Memberi berbagai alasan setiap kali ditanya kenapa bisa telat datang. Linzy terkadang mencoba mengerti, walau itu terasa menjengkelkan.
Tangan Linzy berhenti mengetik. Kesabaran mulai menipis. Dia meraih ponsel dan mengetikan pesan ke sahabat ngaret-nya itu.
Linzy. L: Lo dimana sih?!!!!
Menunggu diam. Tak lama, ponsel Linzy bergetar. Membuka pesan balasan sahabatnya.
Shenana: Tanda serunya kurang banyak mbaknya, tambahin lagi biar panjang kayak jalan tol. Nggak nyantai banget sih. Lagi OTW ini.
On the way, dia bilang?! Astaga sejak sejam lalu, perempuan itu selalu mengatakan on the way. Tapi lihatlah sampai sekarang raganya pun belum tiba.
Linzy. L: OTW OTW LO BILANG GITU DARI SEJAM YANG LALU YA! TAPI SAMPE SEKARANG BATANG HIDUNG LO PUN BELUM NONGOL JUGA!
Shenana: Capslock jebol woy, jari lo jempol semua atau keyboard lo lagi rusak? Tunggu aja kenapa? Udah biasa nunggu kan?
Shit! Lagi-lagi Shena merusak mood-nya dengan balasan terakhirnya itu.
Linzy. L: Bodo shen, bodo! -______-
Setelah mengetikkan balasan. Linzy melempar sembarangan ponselnya di atas ranjang. Kenapa kata menunggu selalu disanding-sandingkan dengannya? Arghhh!! Shena sudah merusak mood hari minggu Linzy yang menyenangkan.
Dapat dipastikan saat Shena datang nanti, dia akan melemparkan seluruh kekesalannya pada perempuan itu.
"Shena udah dimana?" Retta menutup buku bacaannya.
Linzy hanya mengangkat bahu tak peduli. "Nggak tau! Diculik tante-tante girang di jalan mungkin!"
"Gila aja!" Tawa Retta terdengar. "Lo udah tau mau nonton apa kita nanti?"
"Entah, gue masih bingung." Linzy terdiam, tiba-tiba ide jail itu menelusup di pikiran, membuat senyum jail juga ikut tersemat. "Kalo horor aja gimana, Ta?"
Sukses kalimat tanya Linzy mendapat lemparan bantal dari Retta. "Gila lo, nggak mau gue!"
"Penakut!" cibir Linzy.
Retta memelotot, merasa tak terima. "Gue bukannya penakut. Gue cuma nggak biasa nonton horor. Setiap gue nonton film berbau horor gue bakalan mimpi hantu yang gue tonton."
KAMU SEDANG MEMBACA
|2| Falsity ✓
Genç Kurgu[SELESAI] [Follow terlebih dahulu untuk membaca] Seri kedua dari trilogi Regha-Zion-Arven ❝Terkadang butuh kepalsuan untuk menutupi seluruh luka yang menganga.❞ Cinta butuh kejujuran. Persahabatan pun terkait dengan kata itu. Lalu bagaimana dengan l...