Bag.1 - Drama kehidupan

330K 21.2K 472
                                    

21 OKTOBER 2000 adalah tanggal dimana banyak orang datang ke rumahku. Keluarga besarku, tetangga-tetanggaku dan teman-temanku. Semuanya berkumpul.

Mereka datang bukan untuk bertamu, melainkan untuk mengirimkan do'a dan surat Yasin untuk ayah dan ibuku. Banyak sekali orang yang melayat pada saat itu, dan banyak orang yang berkata kepadaku dengan perkataan yang sama.

"Irgi, yang sabar ya? Ikhlasin kepergian ayah dan ibumu." Pada hari itu, aku mendengar perkataan tersebut hampir seratus kali.

Aku muak mendengarnya, ingin rasanya teriak, tapi tidak bisa. Karena suaraku telah habis oleh tangis.

Saat orang-orang mulai meninggalkan rumahku untuk menghantarkan kedua orang tuaku ke tempat peristirahatan terakhirnya, aku tidak diperkenankan untuk ikut. Karena memang kondisiku tidak memungkinkan.

Satu hari sebelumnya, kami, aku dan orang tuaku mengalami kecelakaan. Mobil truk yang berjalan ugal-ugalan menyerempet mobil kami hingga terpental.

Ayahku meninggal di tempat, dan ibuku meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit. Namun, sialnya, aku selamat, aku tidak ikut pergi bersama mereka. Aku ditinggal, sendirian.

Aku selamat dengan banyak luka di tubuhku. Selain itu, aku juga mengalami patah kaki di sebelah kiri dan gangguan penglihatan sementara.

Dokter bilang sementara, tapi, gangguan penglihatan itu masih berlangsung hingga aku remaja.

•••

Semenjak orang tuaku pergi, aku tinggal di rumah paman Ata dan bibi Hesti. Rumah orang tuaku disewakan ke orang lain. Harusnya rumah itu dijual, tapi aku tidak setuju.

Paman dan bibi menganggapku sebagai anaknya sendiri. Bibi tidak punya anak, dan memang tidak akan pernah, karena rahim bibi telah diangkat karena suatu penyakit.

Bibi pernah bercerita kepadaku, katanya, sebelum ada aku, bibi pernah menganggap anak tetangganya seperti anaknya sendiri. Bibi suka membelikan dia mainan, makanan, dan boneka. Namanya Uma Natalya Putri.

Sore itu, aku diajak keluar rumah oleh bibiku. Aku naik kursi roda dan bibi mendorongnya. Dia mengajakku ke rumah tetangganya. Rumahnya tepat di depan rumah bibi.

Sore itu adalah sore yang indah. Sore dimana aku bertemu dengan seorang gadis kecil yang cantik yang mengenalkan namanya terlebih dahulu kepadaku sambil mengulurkan tangan.

Namanya Uma, nama yang lucu, bukan? Waktu itu, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, karena penglihatanku masih kabur akibat kecelakaan.

Dia mengajakku bermain, tapi, kala itu, aku tidak menikmatinya. Aku sedang tidak mood, karena perasaanku masih penuh duka.

"Irgi, kamu tau enggak? Aku suka buat orang tersenyum. Percaya, deh," ucap Uma dengan suara imutnya.

Aku menanggapi ucapan Uma hanya dengan lirikan, mengisyaratkan bahwa aku sedikit percaya dengan ucapannya.

"Kata bibi Hesti, kamu punya masalah penglihatan, ya?" tanya Uma.

"I..iya, tapi, cuma sementara aja, kok."

"Kalau gitu, selama kamu punya masalah penglihatan, izinkan aku untuk menjadi matamu, ya? Aku janji, aku akan selalu menuntunmu ke tempat yang indah. Kamu mau, kan?"

Sepertinya, saat Uma bicara begitu, aku tersipu dan sedikit tersenyum, pipiku memerah karena perkataannya. Benar-benar gadis kecil yang lucu.

"Asyik, Irgi senyum. Bener, kan? Aku suka buat orang senyum, hehehe," ucap Uma dengan sangat bahagia. Dia seperti sangat puas saat aku menunjukkan senyumku.

•••

Satu bulan kemudian, patah kaki yang aku alami sudah membaik. Aku mulai belajar berjalan. Berjalan dengan penglihatan yang kurang jelas.

Tapi, untungnya, ada Uma yang bersedia untuk menjadi mataku. Dia selalu merangkulku, menuntunku, dan membicarakan hal yang indah di telingaku.

Aku sangat bersyukur bisa bertemu dan mengenal Uma. Gadis 4 tahun berhati malaikat.

Ternyata, ungkapan-ungkapan yang pernah aku baca, ada benarnya. Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada tawa setelah air mata, akan ada kebahagiaan setelah kesulitan, dan akan ada hikmah di balik setiap cobaan.

•••

Itulah kisahku, dan selanjutnya, biar sang penulis yang menceritakan.
-Irgi

~to be continued~

Saya sangat mengharapkan vote dan komentar kalian sebagai ungkapan apresiasi terhadap karya saya. Semoga kalian suka dengan ceritanya. Terimakasih.

Instagram : gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang