Bag.9 - Cerita intim

181K 9.7K 385
                                    

Masih di tempat yang sama, sesi tanya jawab Uma dan Shafa masih berlangsung. Mereka melupakan tujuan utama ke rumah Kuro dan malah asyik membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan keberlangsungan persahabatan.

Adegan romantis persahabatan lawan jenis memang tidak bisa dihindari, oleh karena itu, hindarilah persahabatan lawan jenis dan ingatlah konsekuensinya.

Shafa berkata kepada Uma dalam salah satu percakapannya, yaitu, "Menurutku, mempunyai sahabat laki-laki itu tidak bisa sepenuhnya nyaman. Karena, ketika anggota tubuhmu tersentuh olehnya, pasti akan ada rangsangan dan tekanan seksual yang mungkin akan membuatmu merasa canggung. Kamu juga tidak bisa sepenuhnya menceritakan semua masalahmu kepadanya. Seperti masalah: menstruasi, pakaian dalam, dan hal-hal intim wanita lainnya. Mungkin, kalau kamu tetap menceritakan itu, dia akan berpikiran ngeres sama kamu."

Uma membantah apa yang Shafa katakan, dia berpikir, kalau Irgi bukanlah tipe laki-laki yang akan berpikiran kotor ketika Uma menceritakan hal-hal intim.

Uma tau batas. Batas dimana dia harus menceritakan masalah-masalah seksualnya kepada sahabat laki-lakinya itu. Dan dalam pikirannya Uma berkata, "Aku tau Irgi, dia tidak begitu, bahkan, sampai sekarang, dia masih sering melihatku hanya dengan pakaian dalam."

"Dadamu pernah kesentuh sama tangan Irgi, enggak?" tanya Shafa dengan suara yang pelan hampir seperti berbisik.

"Sering. Tapi dia enggak sengaja," jawab Uma.

"Cowok tuh bilangnya enggak sengaja, padahal mah emang udah enggak tahan pengen nyentuh hahaha," Shafa tertawa. "Aku tau, karena si Buaya pernah gitu ke aku. Kadang ngeres dia."

"Enggak, kalo Irgi mah emang enggak sengaja," Uma begitu kekeh.

"Iya-iya, Irgi mah baik hahaha."

"Aku juga suka peluk Irgi. Irgi hangat, dia punya banyak peran dalam hidupku. Dia bisa sebagai kakakku, sahabatku, penyemangatku, bahkan pacarku," kata Uma dengan sedikit memelankan suaranya di akhir.

"Bahkan apa? Coba ngomong sekali lagi?" Shafa meledek perkataan Uma sebelumnya.

"Enggak ah, malu," ucap Uma sambil membuang muka dengan pipi yang memerah.

"Kamu suka sama Irgi, ya?" tanya Shafa dengan senyum menggoda sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah wajah Uma.

"ENGGAK," jawab Uma dengan suara yang agak keras.

20 menit berlalu, Irgi dan Kuro datang dengan membawa banyak camilan. Kuro berjalan menuju halaman belakang rumahnya sambil bernyanyi, dan Irgi yang membawa semua makanannya.

"I'm lucky I'm in love with my best friend...." Kuro bernyanyi dengan lantang walau suaranya tidak begitu bagus.

"Tuh, mereka udah balik," kata Shafa.

"Gi, mbak-mbak kasirnya cantik ya tadi?" tanya Kuro ke Irgi.

"Iya, tapi masih cantikan mereka," jawab Irgi sambil menatap Uma dan Shafa dengan senyuman.

"Yah pada terbang dah nih cewek," ledek Kuro.

"Kita bukan malaikat, jadi enggak bisa terbang," sahut Uma.

"You're my angel, Uma," goda Irgi.

Shafa yang mendengar godaan Irgi ke Uma, membuat dirinya menjadi yakin kalau Irgi menyukai Uma.

"Eh, udah mau Maghrib, ayo cepet kerjain! Aku enggak boleh pulang terlalu malam," kata Uma sambil mulai mengambil pensil.

"Uma, itukan pensil alis," kata Kuro.

"Oh iya, salah, hehehe."

"Siswi berprestasi kok gini?" celetuk Irgi.

Masing-masing dari mereka mulai mengerjakan, membagi tugas adalah cara yang paling efektif agar kerja kelompok bisa selesai lebih cepat dengan hasil yang maksimal.

Yang namanya kerja kelompok, setiap anggotanya harus menyumbangkan ide dan tenaga. Bukannya menitikberatkan pada salah satu anggota, dan anggota lainnya malah duduk santai atau menonton saja, alias numpang nama.

Kerja kelompok ada baiknya diselingi dengan obrolan-obrolan santai agar rasa lelah tidak terlalu terasa. Sebagai orang yang humoris, Irgi selalu mencari bahan untuk menyelingi kesibukan di antara rasa lelah.

Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Uma merasa kalau dirinya sangat lelah dan mengantuk, sehingga, dia menyandarkan kepalanya di bahu Irgi.

"Aku ngantuk," kata Uma dengan suara lelah seraya menyandarkan kepala di bahu sahabatnya.

"Kita lanjutin besok aja, ya, di sekolah?" ajak Irgi. "Kasian Uma, udah capek, ngantuk juga."

"Yaudah, tinggal dikit lagi selesai kok, kita lanjutin di sekolah aja besok," jawab Shafa.

"Uma, pulang yuk!"

Uma mengangguk.

"Kuro, gue balik, ya? Jangan lupa anterin Shafa, ntar anak orang lo inepin lagi," izin Irgi sekaligus meledek.

"Iya Gi, tenang aja, hati-hati."

Irgi dan Uma mulai membereskan barang-barangnya, berpamitan sekali lagi kepada tuan rumah, dan mulai meninggalkan Kuro dan Shafa berdua.

"Ayo, aku antar pulang," kata Kuro.

Shafa menjawab dengan anggukan dan senyuman.

•••

"Kamu kedinginan, enggak?" tanya Irgi saat di jalan.

"Enggak," jawab Uma sambil memeluk pinggang Irgi dengan erat agar tubuhnya hangat. "Hangat tubuhmu aja udah cukup, kok."

"Kalau kedinginan bilang ya? Pakai jaket aku aja nanti."

"Iya," kali ini Uma menjawab sambil menyenderkan kepalanya di punggung Irgi.

"Uma?"

"Iya, Irgi," Uma menyaut dengan halus. Suaranya begitu lembut, beriringan dengan suara angin malam.

"Kamu tau? Sahabat adalah bagian dari hidupku, dan aku sangat mencintai hidupku," ucap Irgi seraya menatap bintang, fokus pada jalannya teralihkan oleh pemandangan langit malam itu.

"Kamu mencintaiku?"

Saat Uma bertanya seperti itu, Irgi tersenyum, menatap wajah Uma dengan ekspresi penasarannya lewat kaca spion, seraya berkata, "Kamu pikir aja sendiri."


~to be continued~

Vote dan komennya ya? :)

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang