Bag.43 - Arti kasih sayang

95.8K 5K 327
                                    

Toro tidak menyelesaikan nyanyiannya, dia sadar, kalau suaranya sangat tidak enak didengar saat sedang bernyanyi.

"Selamat ulang tahun, Uma," ucapnya seraya duduk di tepi ranjang. "Ini makanan manis yang udah aku janjikan untukmu. Kue Red Velvet, aku yakin kamu pasti suka."

Ketika Toro duduk di tepi ranjang dan menawarkan kue, Uma malah menjauh dari Toro sekaligus menolak kue serta ucapan darinya tanpa memikirkan apa yang Toro rasakan, "Aku tidak butuh kue dan ucapan darimu. Aku mau pulang!"

"Ayolah Uma, aku ingin ulang tahunku kali ini dirayakan. Kita punya tanggal kelahiran yang sama, terimalah kuenya, makan, nikmati, dan hargai. Mari kita rayakan ulang tahun kita sama-sama," rayu Toro dengan lembut. Hampir semua psikopat memang jago merayu mangsanya.

"Hari ini kamu ulang tahun?" tanya Uma dengan ekspresi heran.

"Iya. Kalau berkenan, bisakah kamu ucapkan selamat ulang tahun untukku?"

Toro berlagak sok malang, mencoba untuk meluluhkan hati Uma agar Uma mau menerima kuenya.

Uma hanya diam tanpa memandang ke arah Toro, mengisyaratkan kalau dia tidak bersedia untuk menuruti perintahnya.

"Yaudah kalau kamu gak berkenan."

Toro mengambil sebuah pisau kue yang terbuat dari plastik. Dia menaruh kue itu di atas kasur, kemudian memotongnya.

"Makanlah! Aku yakin kamu pasti lapar," ucap Toro seraya menyodorkan sepotong kue yang sudah ia taruh di atas piring plastik.

Uma tidak bisa membohongi perutnya, dia begitu lapar, asupan nutrisi terakhir yang ia berikan ke tubuhnya adalah saat jam istirahat pertama, yaitu pukul sepuluh pagi.

"Kue ini mungkin mengandung susu, dan susu mampu menetralkan kandungan berbahaya yang terdapat dalam tubuhmu. Semoga efek dari obat biusnya bisa hilang sepenuhnya dengan kamu memakan kue ini," jelas Toro. "Tenang, kue ini aman, kok."

Setelah Toro merayu dengan segala alasan, akhirnya Uma mau menerima kue tersebut. Lagipula, pada malam itu Uma merasa lapar dan badannya pun lemas.

"Terima kasih," kata Uma seraya menerima kue.

Sebuah kesalahan bagi Uma mengucapkan kata terima kasih untuk Toro. Saat Uma berkata begitu, Toro merasa sangat senang, dia berpikir, dia sudah berhasil masuk ke dalam hatinya Uma.

"Jangan makan sambil tiduran, duduk dulu."

"Kenapa dia begitu lembut dan perhatian padaku? Apakah dia selalu memperlakukan setiap sandera wanitanya seperti ini?" batin Uma.

Toro kembali memotong kue, dan potongan kedua, dikhususkan untuk dirinya.

"Selamat makan!" ucap Toro seraya memandangi wajah Uma yang cantik dan manis.

"Terkadang, orang yang kamu anggap kejam, bisa jadi lebih peduli daripada orang yang kamu anggap baik," batin Toro.

Uma memakan kue tersebut, melakukan suapan dengan potongan yang sesuai dengan lahapan mulutnya. Uma tetap menjaga imagenya sebagai seorang wanita walaupun di depan orang yang tidak tahu rasa manusiawi.

"Enak?" tanya Toro.

Uma hanya menjawab dengan sedikit anggukan.

"Apakah semua perlakuan manis ini sudah mulai meluluhkan hatinya?"

•••

Pukul sepuluh malam, jalan tol menuju Tangerang sangatlah ramai. Di beberapa tempat, terjadi kemacetan parah.

Irgi meminta Shafa untuk bertukar tempat. Shafa duduk di belakang, sedangkan Irgi duduk di depan bersama Kuro.

Shafa terlihat begitu lelah dan mengantuk. Irgi menyuruh Shafa pindah ke belakang agar Shafa dapat tidur dengan nyenyak.

Kemacetan yang membosankan ini, membuat Kuro mengantuk juga. Irgi belum lancar mengendarai mobil, dia tidak berani mengambil resiko dengan menawarkan diri untuk menggantikan Kuro.

"Gigit lidah aja, Ro, biar gak ngantuk," saran Irgi.

"Sakit."

"Justru itu tujuannya."

"Afa pulas ya, Gi?" tanya Kuro.

"Kayaknya iya," jawab Irgi ragu.

"Gua sayang Gi sama dia." Entah kenapa Kuro tiba-tiba mengatakan hal itu.

"Iya, gua tau. Kelihatan kok dari sifat dan perlakuan lu ke dia. Jaga dia, Ro!"

"Iya, Gi."

"Semakin sayang seorang laki-laki kepada perempuan, semakin takut bagi laki-laki itu untuk merusaknya," ucap Irgi ke Kuro.

"Pantes banyak cewek yang suka sama lu, Gi. Selain ganteng, ternyata lu bijak juga," puji Kuro.

"Bijaknya kadang-kadang, Ro. Kebanyakan bejatnya gua." Irgi berusaha merendah, dia tidak mau merasa dirinya bangga hanya karena sebuah pujian.

"Gi?" panggil Kuro.

"Iya?"

"Terjebak dalam hubungan persahabatan yang romantis gak enak, ya?" tanya Kuro tiba-tiba.

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA! Komentar yang banyak, ya? Bantu sampai 200 komen hehe.

Tunggu terus kelanjutannya!

Follow my Instagram: @gaktaudahlupa







SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang