Bag.44 - Kelinci percobaan

95.7K 4.7K 319
                                    

Uma menghabiskan dua potong kue yang diberikan oleh Toro. Rasa laparnya mampu mengalahkan rasa takut dan gengsi kepada sang psikopat itu.

Selain lapar, Uma juga khawatir dengan kesehatannya jika ia telat makan. Dia tidak mau keluar dari tempat persembunyian Toro dalam keadaan sakit. Dalam batinnya, Uma berkata, "Irgi sedang sakit, dan aku tidak boleh ikut-ikutan. Kalau aku sakit, nanti, siapa yang akan menyuapi Irgi, mengingatkan dia makan, dan menyemangati hari-harinya? Aku harus tetap sehat dan juga harus segera keluar dari tempat ini. Tapi, yang menjadi pertanyaan utamaku adalah, apakah aku bisa keluar dari tempat ini dalam keadaan baik-baik saja?"

"Kamu benar-benar menyukai makanan manis, ya?" ujar Toro saat Uma sudah menghabiskan potongan kue yang kedua.

"Mau lagi?" Toro menawarkan sambil bersiap memotong kue jika Uma berkata iya atau mengangguk.

Uma menjawab hanya dengan gelengan kepala, mengisyaratkan kalau dirinya menolak untuk diberikan potongan kue yang ketiga.

"Yaudah. Kalau kamu mau lagi, potong sendiri aja, ya? Aku mau keluar sebentar," lanjut Toro.

Sebelum Toro keluar, dia kembali memotong kue, potongan kue tersebut dibawa bersamanya keluar ruangan, dan hal itu membuat Uma penasaran.

"Potongan kue yang kamu bawa itu untuk siapa?" tanya Uma.

"Ini untuk Beny," jawab Toro singkat.

"Beny? Kamu membawanya juga? Di mana dia?" Uma terkejut saat dirinya tahu kalau Beny juga ikut diculik oleh Toro.

"Uma, tenang, lebih baik kamu tidur, sekarang udah pukul sepuluh malam, lho." Toro malah menjawab dengan nada lembut yang menyebalkan seraya melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Uma tidak tahu-menahu mengenai Kurab. Irgi tidak pernah cerita tentang hal itu kepada Uma.

Uma hanya menganggap kalau Beny adalah lelaki yang baik, dia tidak pernah tahu kalau Beny tergabung dalam sebuah kelompok perkumpulan remaja nakal.

"Apa hubunganmu dengan Beny?" tanya Uma penasaran.

"Hubungan kami sangat dekat, dan karena saking dekatnya, dia menciptakan dendam padaku," jawab Toro seraya menutup pintu.

•••

Beny masih terikat di tiang itu. Tubuhnya terasa remuk dan pegal. Ingin sekali dia bergerak walau hanya sedikit.

Diikat dengan posisi salib jauh lebih menyiksa daripada diikat dengan posisi duduk di kursi.

Kaki yang tidak menapak pada tanah menambah penderitaan Beny, keram yang tidak tertahankan membuat wajahnya selalu meringis walaupun sudah ditahan.

Selain itu, luka akibat tancapan paku masih terasa nyeri. Walau begitu, Beny tetap berusaha menjernihkan pikirannya supaya akal dan jiwanya tetap sehat. Tidak ada sedikitpun di dalam pikirannya terbesit 'aku ingin mati saja.'

Pintu gudang tiba-tiba dibuka oleh seorang pria berbadan besar. Dia kembali mendekati Beny seraya membawa sepotong kue.

Kue tersebut ditaruhnya di atas meja. Toro mulai melepaskan satu-persatu tali yang mengikat tubuh Beny. Setelah semua tali dilepas, Beny terjatuh ke lantai dengan kondisi yang lemah.

Ada sebuah ranjang pasien di gudang pabrik. Ranjang pasien itu diletakkan di dekat meja-meja yang dipenuhi berbagai bahan racikan kimia yang dibuat oleh Toro.

 Ranjang pasien itu diletakkan di dekat meja-meja yang dipenuhi berbagai bahan racikan kimia yang dibuat oleh Toro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beny digendong dan kemudian dibaringkan di atas ranjang tersebut.

"Lu mau ngapain lagi?" tanya Beny.

"Lu bakal gua jadiin kelinci percobaan," jawab Toro singkat tanpa ekspresi.

"Apa maksud lu?"

"Sekarang gua lagi dalam masa pengerjaan pembuatan senjata untuk melumpuhkan musuh-musuh gua. Lu tau kan kalau gua gak bisa membuat senjata fisik? Oleh karena itu, gua mengandalkan kemampuan kimia gua untuk menciptakan sesuatu yang akan disebut sebagai senjata kimia," jelas Toro.

"Terus, lu bawa kue buat apa?"

Ketika Beny bertanya seperti itu, Toro mengambil kue tersebut dan menyuruh Beny memakannya.

"Makanlah! Gua gak mau lu mati dulu," perintah Toro seraya memberikan kue itu kepada Beny. "Lu masih bisa bangun, kan?"

"Gua bukan orang yang lemah," balas Beny dengan tegas sambil bangun dari posisi tidurnya dan mengambil kue tersebut.

"Gua tau lu lapar."

~to be continued~

Kalian rindu adegan romantis, ya? Sama, saya juga. Sebentar lagi Irgi dan Uma ketemu kok hehe. (Aduh spoiler). Tunggu terus kelanjutannya, ya? Kira-kira apa yang bakal terjadi sama Beny dan Toro nih?

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA. Disarankan untuk berkomentar yang banyak.

Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang