"Kamu mau enggak berkeluarga sama aku?" Irgi malah membalikkan pertanyaan, dan pertanyaan tersebut membuat Uma tak mampu berkata.
Suasana hening. Hening yang dibuat-buat oleh otak jailnya Irgi dengan cara menggoda Uma. Namun, ternyata, Uma terdiam bukan karena pertanyaan tersebut.
"Heh, bercanda doang kali. Sampe diem gitu kamu," tegur Irgi dengan senyuman.
"Irgi, aku melihat sesuatu."
"Jangan mengalihkan pembicaraan."
"Serius, tadi ada sesuatu yang lewat di arah dapur. Bayangan berwarna putih."
"Dimana-mana bayangan itu hitam, Uma."
"Irgi, aku takut," ucap Uma lirih dan kemudian dia menggenggam tangan Irgi.
"Jangan takut, biarkan saja mereka." Irgi menenangkan seraya mengelus-elus pundak Uma. Berusaha untuk tetap mempertahankan situasi yang romantis agar tidak berganti menjadi horor.
"Aku mau ke gudang, mau ambil papan. Kamu ikut gak?"
"Ikut," jawab Uma.
"Kalau takut jangan jauh-jauh."
"Iya."
Mereka mulai berjalan menuju gudang. Posisi gudang berada di belakang dapur. Irgi menyalakan lampu terlebih dahulu agar suasana tidak terlalu seram dan agar ruangan terlihat lebih terang.
Tubuh Uma begitu dekat dengan Irgi, sehingga, Irgi bisa mencium wangi tubuh Uma dengan jelas. Irgi sangat suka wanginya Uma, begitu khas dan membuatnya nyaman.
"Jangan ikut masuk ke gudang, kotor."
"Kata kamu jangan jauh-jauh," ujar Uma dengan nada manja.
"Kamu masih takut?"
Uma mengangguk.
Mereka berdua masuk ke dalam gudang. Papan tersebut terletak di atas meja yang dikelilingi beberapa alat-alat pertukangan. Seperti paku, palu, obeng, dan lainnya.
"Hati-hati, takut ada paku di lantai," kata Irgi seraya menuntun Uma.
"Papannya udah ada tulisannya, kan?"
"Udah, tinggal dipasang aja."
Irgi mengambil papan tersebut dan mereka langsung bergegas meninggalkan gudang, menuju halaman depan, kemudian memasang papan tersebut di tempat yang terlihat oleh orang-orang.
"Semoga cepet ada yang ngontrak," kata Irgi sambil menepuk-nepukkan tangannya seusai memasang papan tersebut.
"Dibersihin dulu harusnya biar orang tertarik," saran Uma.
"Biasanya, rumah ini baru dibersihin kalau udah ada yang mau nyewa," jawab Irgi.
"Irgi," panggil Uma pelan.
"Kenapa?"
"Mau pipis."
"Kamu berani enggak pipis di kamar mandi rumah ini?" tanya Irgi. "Aku temenin deh."
"Aku masih takut sama yang aku lihat tadi," jawab Uma.
"Pipis di rumah aja?"
"Iya."
"Ayuk, cepat, kita pulang. Aku kunci pintu rumah ini dulu."
"Aku ke motor duluan, ya?" kata Uma seraya berjalan menuju motor.
•••
"Kamu serius mau hidup mandiri?" tanya Ibu Mila kepada anaknya. Ibu Mila adalah ibunya Beny.
"Iya Ibu. Aku serius, aku mau mencoba hidup mandiri tanpa orang tua, aku mau merasakan kerasnya hidup mulai dari sekarang," jawab Beny.
"Ibu tau kalau kamu adalah anak yang memiliki perkembangan otak yang lebih cepat daripada anak-anak yang lainnya. Tapi, untuk hal ini, Ibu masih ragu dengan keputusanmu. Ibu masih khawatir."
"Apa yang Ibu khawatirkan? Tenang saja, aku sudah mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Aku juga akan mengikuti norma-norma dalam bergaul agar aku tidak tersesat."
"Rumah ini pasti akan sepi kalau kamu pergi," ucap Ibu Mila.
"Aku akan pulang kok, Bu. Mungkin seminggu sekali," balas Beny seraya tersenyum kepada ibunya.
"Kapan kamu akan memulainya?"
"Mungkin Minggu besok, Bu. Soalnya Minggu ini, aku akan mencari tempat yang bisa kutinggali."
"Kalau kamu ngontrak, biar Ibu yang bayar kontrakannya."
"Iya, Bu. Kalau urusan itu, mungkin aku belum bisa membayarnya sendiri."
"Gaya banget lu, Nyok, mau hidup sendiri segala," ledek Tara, kakaknya Beny.
~to be continued~
Besok kita serius lagi, ya? Konflik sudah menunggu, hehehe. Maaf bagian 22-nya cuma begini.
Jangan lupa vote dan komentarnya. Stay terus ya sampai ending? Muach.
Instagram: @gaktaudahlupa
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)
Romance#1 teen fiction (26/05/18) #1 komedi (01/12/18) #1 drama (23/12/18) Genre : Action, Drama, Komedi, Romantis, Sekolah. "Sahabat kok romantis?" Begitulah kata teman-teman Irgi dan Uma. Persahabatan antara Irgi dan Uma memiliki rasa sayang yang luar bi...