Bag.40 - Rapat pencarian

93K 5.2K 339
                                    

"Habis ini kamu makan, aku udah menyiapkan makanan manis untukmu," lanjut Toro. Dia sangat tidak cocok berbicara menggunakan bahasa lembut seperti itu apalagi suaranya sangatlah berat.

"Aku tidak bisa menemanimu, ada hal yang masih harus aku lakukan." Bahasanya begitu formal, terdengar aneh dan agak jijik mendengar kalimat itu dari orang yang mempunyai sifat kejam. "Makanan untukmu akan segera diantarkan."

Toro kembali meninggalkan Uma, dia keluar ruangan dan mengunci pintu.

Kini, Uma sendiri lagi di ruangan itu. Dia terbaring di atas ranjang yang dilapisi kasur berukuran 160X200 cm. Ruangan itu dicat berwarna merah, catnya masih terlihat sangat baru, kemungkinan Toro merenovasi ulang ruangan tersebut.

Ada sebuah meja kecil dengan lampu tidur di atasnya di sisi kanan ranjang, dan di sisi kiri terdapat sebuah kipas angin lantai yang disediakan oleh Toro agar Uma tidak kepanasan.

Terdapat sebuah pengharum ruangan otomatis yang menempel di dinding dekat pintu. Aroma yang dikeluarkan dari pengharum ruangan itu adalah aroma floral untuk menghadirkan kesan romantis.

Ruangan pabrik kosong tempat Uma berada, jauh dari kata seram. Padahal, kalau dia melihat keluar ruangan itu, dia akan disuguhkan dengan pemandangan yang gelap dan kotor.

"Irgi, tolong! Aku takut." Uma menangis sambil menarik selimut, menutupi wajahnya yang baru saja dihiasi air mata.

Uma mulai sadar dengan apa yang terjadi. Dia mulai tahu bagaimana dia bisa sampai ke ruangan ini. Hal terakhir yang mampu Uma ingat sebelum dia tidak sadarkan diri adalah dia disekap oleh seseorang.

Uma bukan takut dengan ruangannya, dia takut dengan Toro. Apalagi, Uma sudah mendengar banyak tentang kejahatan dan kekejaman Toro dari teman-teman dan kakak kelasnya.

•••

Pukul setengah delapan malam, Irgi sedang di jalan untuk membuka pintu rumahnya sekaligus ikut melakukan pencarian bersama Kurab.

Kondisi Irgi memang belum pulih, namun, dia memaksakan diri untuk ikut serta dalam pencarian tersebut. Irgi datang ke sana bersama Paman Ata dan ayahnya Uma menggunakan mobil. Kuro dan Shafa juga ikut serta, namun mereka ada di mobil yang berbeda. Shafa menjadi satu-satunya wanita yang ikut dalam pencarian itu.

Sebagian besar anggota Kurab sudah tiba, menunggu Irgi yang belum datang jua. Di sana, mereka menunggu di halaman depan, ada yang sambil merokok, mengobrol, dan bertanya-tanya kepada Ocit serta Jepri mengenai peristiwa yang terjadi tadi sore.

Lima menit kemudian, Irgi pun tiba diikuti dengan Kuro.

Tanpa banyak basa-basi, Irgi langsung turun dari mobil dan bergegas membuka pintu.

"Silahkan masuk!" kata Irgi kepada semua anggota Kurab yang hadir.

Setelah Irgi mempersilahkan, semua orang yang ada langsung mengambil tempat masing-masing, mereka duduk mengelilingi ruang tamu.

Kurab memiliki 34 anggota, dan yang hadir malam ini hanya 23. Ada beberapa orang yang tidak kebagian tempat dan memutuskan untuk duduk di teras.

Rapat pun dimulai ketika semua sudah siap. Rapat kali ini dipimpin oleh Hans selaku penanggung jawab informasi.

Hans membuka rapat dengan sopan, walaupun nama geng mereka mengandung kata bar-bar, tapi untuk beberapa kegiatan, mereka tetap sopan dan bicara menggunakan bahasa formal untuk menunjukkan keseriusan.

"Posisi terakhir Beny dan Uma yang bisa saya dapatkan adalah di jalan Lavender tepatnya di gang pabrik. Gang ini memiliki banyak tikungan, jadi kemungkinan saat kita sampai di sana, kita akan berpencar," jelas Hans sambil menunjukkan lokasi yang dimaksud di laptopnya yang terhubung dengan proyektor.

"Lokasi yang akan kita tuju, berjarak lebih dari 30 KM. Estimasi waktu yang saya dapatkan untuk sampai ke sana adalah 80 menit dalam keadaan lancar. Himbauan dari saya, hati-hati dan teruslah bersama rombongan walaupun nanti kita akan berpisah di beberapa tikungan, karena tidak menutup kemungkinan anak buah Toro berjaga di sekitar gang tersebut," lanjut Hans. "Sekian dari saya, mungkin Irgi sebagai sahabat terbaiknya Uma atau kedua Om yang ada di sana ingin menambahkan?"

Mendapatkan kesempatan dari anggota Kurab untuk berbicara, ayahnya Uma langsung mengambil kesempatan tersebut, "Adik-adik yang hadir di sini, terima kasih atas kepedulian kalian kepada anak saya, Uma. Menurut saya, pencarian lebih baik dilakukan pada siang hari. Apalagi, jarak yang akan kita tempuh cukup jauh. Jam segini, tol menuju Tangerang sedang macet-macetnya. Kalian bisa lihat sendiri di aplikasi maps, ada banyak titik yang diwarnai merah.

Bukan saya tidak sayang dengan anak saya, tapi, ini demi keselamatan kalian juga. Sekarang sudah hampir pukul setengah sembilan, kemungkinan kalian akan pulang lewat dari tengah malam jika kalian tetap ingin melakukan pencarian. Lagipula, besok adik-adik pada sekolah, kan?"

Sekedar informasi, ada beberapa anggota Kurab yang sudah menyelesaikan masa sekolahnya. Beberapa dari mereka juga ada yang sudah menjadi mahasiswa.

"Maaf Om, kami akan tetap melakukan pencarian. Karena kami, Kurab, tidak takut dengan apapun," ucap Hans dengan tegas. "Dan beberapa dari kami juga bukan anak sekolahan lagi. Jadi, jangan panggil kami adik-adik."

~to be continued~

Nama jalan yang saya sebutkan adalah nama fiktif. Jika memang benar ada, bukan jalan itu yang saya maksud.

PERHATIAN: JIKA KALIAN MENEMUKAN KEJANGGALAN DI DALAM CERITA INI, SEGERA BERITAHU SAYA.

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA. 200 komen lagi sampai gak, ya?

Stalk aja dulu Instagram saya, siapa tau cinta: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang