Bag.46 - Malam terburuk Uma

100K 4.4K 536
                                    

Toro duduk di depan pabrik. Menikmati angin malam terlebih dahulu sebelum tidur.

Seraya menikmati angin malam, Toro merogoh saku celananya, mengambil sebatang rokok dan memantikkan korek api ke rokoknya.

Toro mengisap rokok itu dalam-dalam, dadanya terasa hangat di tengah dinginnya hembusan angin malam.

Toro menatap ke depan, tepatnya ke arah jalanan kosong yang dihiasi pepohonan dan rumput-rumput yang tinggi. Suara-suara jangkrik yang bersahutan mengisi kesunyian malam itu.

"Semua rencana gua, berjalan dengan lancar hari ini," gumamnya seraya menghembuskan asap rokok dengan suasana hati yang senang.

Toro menghabiskan rokoknya dengan cepat. Setelah rokok itu habis, Toro masuk ke dalam pabrik, dia kembali masuk ke ruangan di mana Uma berada dan berniat tidur bersamanya.

Jam menunjukkan pukul setengah sebelas. Ketika Toro masuk ke ruangan itu, dia melihat Uma sudah tertidur pulas. Kepala yang terasa pusing akibat obat bius mungkin menjadi penyebab utama Uma kembali tertidur.

"Wanita ini hanya butuh waktu setengah jam untuk tertidur pulas," kata Toro seraya menatap Uma.

Toro mulai melepas sepatunya, bersiap untuk naik ke atas ranjang dan tidur bersama Uma.

"Aku akan menemani malammu, sayang," ucapnya seraya mengangkat selimut yang menutupi tubuh Uma.

Ketika Toro mengangkat selimut tersebut, ternyata, rok sekolah Uma tersingkap. Menampilkan celana dalamnya dan hal itu membuat nafsu Toro bangkit.

Seperti halnya karnivora yang kelaparan, Toro tidak bisa menahan nafsunya. Sifat liar dan cabulnya pun keluar.

Malam itu adalah malam yang malang bagi Uma, karena pada malam itu, Uma diperkosa.

•••

Irgi dan para anggota Kurab sudah keluar dari tol, suasana jalan di kota industri mulai lengang.

Pimpinan rombongan menyalakan lampu sein kiri dan kemudian berbelok ke arah sebuah warung kopi dengan lahan parkir yang cukup luas.

Warung kopi itu sepertinya memang dikhususkan sebagai tempat istirahat bagi para pengemudi.

Sebagai pemimpin, Hans turun paling awal dan mengomandoi semua orang agar keluar dari mobil untuk beristirahat sejenak.

"Sebelum menyelamatkan orang, setidaknya, selamatkanlah diri sendiri," ujar Hans. "Mari kita minum kopi untuk menghilangkan atau mencegah kantuk dan beristirahat sebentar sebelum kita melanjutkan pencarian. Semua anggota diharap keluar dari mobil."

Hans memerintah dengan suara yang lantang, satu-persatu dari anggota Kurab mulai keluar dari mobil dan berjalan menuju warung kopi tersebut.

"Istirahat dulu, Gi. Demi keselamatan kita semua," kata Kuro.

"Iya, Ro. Shafa bangunin dulu, tuh, ajak ke warung juga."

Kuro membangunkan Shafa. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul penuh, Shafa dipaksa untuk ikut ke warung. Langkahnya masih terhuyung, sehingga Kuro harus memegangi tangan Shafa seraya berjalan.

"Bilangnya mau bantu tapi malah tidur," ejek Kuro seraya mengelus rambut Shafa yang terlihat sedikit berantakan dengan maksud untuk merapikannya.

Melihat Kuro yang masih bisa menggenggam dan melakukan hal manis bersama sahabat wanitanya, membuat rasa rindu Irgi kepada Uma semakin bertambah.

Irgi hanya mampu tersenyum iri melihat manisnya hubungan mereka.

"Ya Tuhan, lindungilah Uma," batin Irgi.

•••

Warung kopi tersebut menerapkan konsep duduk lesehan dengan sebuah meja panjang. Dengan konsep yang seperti itu, rasa kebersamaan ketika berkumpul terasa lebih indah.

Irgi, Kuro, Shafa, Paman Ata dan Ayah Uma, duduk di bagian pojok warung. Mereka memilih posisi tersebut karena suasananya lebih tenang dan cocok untuk membicarakan hal yang tergolong pribadi.

"Semoga anak gadismu bisa kita bawa pulang dalam keadaan baik-baik saja," ujar Paman Ata seraya menyeruput kopinya.

"Aamiin." Ayahnya Uma mengaminkan dengan suara yang pelan dan juga dengan ekspresi khawatirnya yang tak kunjung padam. "Aku ingin segera berjumpa dengan anakku. Aku tidak selera untuk minum kopi, makan, dan tidur."

"Ternyata, apa yang Om rasakan, sama seperti apa yang aku rasakan," ucap Irgi.

Di tengah obrolan, tiba-tiba Hans datang dan ikut duduk bersama mereka.

"Boleh ikut duduk di sini?" tanya Hans dengan sopan.

"Silahkan," jawab Irgi singkat.

"Sebentar lagi kita akan melanjutkan perjalanan. Dan tujuan kita, yaitu, jalan Lavender hanya berjarak sekitar sepuluh kilometer dari sini," kata Hans seraya mengambil posisi duduk.

"Habis ini, rombongan akan dibagi menjadi dua. Yang satu berjalan menuju jalan Lavender dan satu lagi akan menuju ke lokasi yang baru saja muncul di dalam program saya. Posisi Beny sudah kembali terlihat di sini, sepertinya, Beny mengaktifkan fitur pintar dari handphonenya. Yaitu fitur di mana handphone akan otomatis aktif dan menyala di jam-jam tertentu selama baterainya masih ada," lanjut Hans.

"Jadi, Beny udah ketemu?" tanya Irgi.

"Ingat, posisi yang terlihat di dalam program adalah posisi ponsel milik Beny, bukan posisinya Beny. Jadi, belum tentu Beny benar-benar ada di lokasi tersebut," jawab Hans.

•••

Ponsel milik Beny dan Uma tertinggal di dalam mobil anak buahnya Toro. Saat ponsel Beny menyala secara otomatis, tidak ada satupun dari mereka yang menyadari hal tersebut. Lagipula, kini mereka sedang berpesta di rumahnya Rega.

"Mari kita puaskan malam ini, yuhuu," ucap salah satu dari anak buah Toro.

•••

~to be continued~

Tunggu terus kelanjutannya, ya?

Adegan ++ tidak ditampilkan dikarenakan ini adalah cerita untuk remaja.

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA! Komentar yang banyak ya?

Jika menemukan keanehan, kejanggalan, atau kesalahan di dalam cerita ini, silahkan langsung beritahu saya. Terima kasih.

Instagram: @gaktaudahlupa


SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang