Bag.36 - Bantuan program

90.2K 5K 395
                                    

"Halo, Hans, lu lagi di mana?" tanya Ocit.

"Di markas. Nada bicara lu kenapa panik gitu?"

"Beny diculik Toro. Gua sama Jepri lagi ngikutin dia dari belakang, coba lu pantengin terus posisi Beny lewat program lu. Takutnya kita kehilangan jejak."

"Ngapain Toro nyulik Beny?" tanya Hans sambil membuka program yang diminta.

"Mana gua tau!"

Hans mulai melakukan apa yang Ocit perintahkan. Tangannya bergerak dengan cepat, membuka data-data, dan mencoba mengamati posisi Beny lewat programnya.

Program tersebut sedang memproses perintah, dan saat selesai, ternyata posisi Beny tidak dapat ditemukan.

"Cit, posisi Beny gak bisa ditemukan di program gua. Kayaknya Toro udah non-aktifin handphonenya si Beny."

"Dasar, Toro sialan!" geram Ocit.

"Tapi sekarang, yang kelihatan di sini, posisi lu dan Jepri deket sama Uma. Apa Uma juga ikut diculik?" lanjut Hans.

"Iya, Uma juga diculik. Tapi, tunggu, kenapa posisi Uma bisa terdeteksi di program lu? Bukannya program itu diciptakan khusus untuk mengintai posisi anak-anak Kurab?"

"Cit, jangan nanya hal yang gak penting. Mending sekarang, suruh Jepri buat terus ikutin mereka. Selama posisi Uma masih bisa kelihatan di sini, gua jamin kita bisa bawa mereka balik."

"Awasi terus, Hans! Jangan sampai kehilangan jejak."

"Oke. Oh iya Cit, tolong bikin pengumuman buat anak-anak Kurab. Suruh mereka ngumpul nanti malam di rumah kontrakannya Beny. Kita akan rapat!"

"Iya, nanti gua bikin. Sekarang, gua fokus sama ini dulu."

Seusai berkata begitu, Ocit menutup telepon secara sepihak.

"Cit, di depan kawasan wajib helm! Malah kita gak pake helm lagi. Bisa-bisa ditilang, nih," kata Jepri memperingatkan.

"Yaelah Jep, lu masuk Kurab pake orang dalem, ya? Masa sama peraturan gitu doang takut," rutuk Ocit. "Terobos terus! Kita kan remaja bar-bar."

Jepri dan Ocit mulai memasuki kawasan wajib helm, hanya dengan modal nekat, mereka berani melanggar peraturan.

Jepri mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, dia berusaha mensejajarkan posisi motornya dengan mobil Toro agar Ocit bisa berteriak sekaligus menyampaikan makian.

Seperti yang kalian tau, di ibu kota, mobil tidak bisa selalu bergerak secara bebas. Ada titik-titik di mana mobil harus berhenti untuk menikmati kemacetan yang sudah menjadi tradisi.

Dengan skill berkendara yang cukup mumpuni, akhirnya, Jepri mampu mensejajarkan posisi motornya dengan mobil Toro.

"Woi, Badak! Mau jalanin rencana apaan lu? Ngapain lu nyulik Beny?" teriak Ocit. Hal tersebut langsung menjadi perhatian bagi pengendara lain.

Jepri dan Ocit memang pernah menjadi anak buahnya Toro, namun, sebenarnya, untuk beberapa alasan, mereka tidak suka dengan Toro karena dia selalu menangani semua masalah dengan emosi dan kekerasan.

Mengetahui ada yang berteriak ke arahnya, Toro langsung membuka kaca mobil dan menengok ke arah Jepri dan Ocit.

"Cuih." Toro membuang ludah ke arah mereka. Ludah terbawa angin dan berhasil mendarat di pipi sebelah kanan Jepri. Seusai membuang ludah, Toro kembali menutup kaca mobil.

"Anjing!" maki Jepri sambil menyeka ludah Toro dari wajahnya.

Ketika menyeka ludah, Jepri memutuskan untuk memperlambat motornya agar keseimbangan tetap terjaga. Untungnya, di jalan yang sedang mereka lewati, kendaraan cukup ramai, jadi, tidak terlalu menjadi masalah ketika Jepri memperlambat kecepatannya.

Dilihat dari rute yang dilalui Toro dan anak buahnya, sudah tidak salah lagi, mereka akan masuk tol, dan hal itu membuat Jepri harus berhenti melakukan tugasnya.

"Cit, satu kilometer lagi masuk tol. Dan di depan sana ada pos polisi. Kalau kita terusin, pasti kena tilang. Kayaknya, biar Hans aja yang melanjutkan pekerjaan ini lewat programnya. Cepet, hubungin dia lagi!" kata Jepri sambil menepi di bahu jalan. "Kita balik, dan jangan lupa dengan cimolnya."

•••

Teman-teman sekelas Uma sudah mulai mendekorasi kamar Uma dengan hiasan-hiasan ulang tahun. Semua hiasan itu, dibiayai oleh Beny.

Kuro menjadi mandor dalam hal ini. Dia menjadi mandor atas inisiatifnya sendiri.

Ketika teman-temannya sedang sibuk mendekor, Kuro hanya berdiri di batas pintu kamar sambil berkacak pinggang dan berkata, "Ayo, semangat! Dikit lagi Uma pulang."

"Ro," tiba-tiba Irgi datang dan memanggil.

"Waduh, Irgi!" Kuro menyambut dengan menepuk pundak Irgi.

"Gua khawatir sama Uma."

"Tenang aja, Uma lagi senang-senang kok sama Beny," ucap Kuro dengan sangat yakin.

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA.

Komentar yang banyak, ya? Saya paling suka kalau kalian memberikan tanggapan. Karena hal itu membuat saya semangat dan jadi punya keinginan untuk update cepat.

Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang