Bag.66 - Dukungan di masa sulit

71K 4.3K 416
                                    

Selama masa kehamilan, Uma terus mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Mereka yang pada awalnya merasa kaget mendengar berita tersebut, kini menjadi sama-sama ikut menyambut kehamilan yang tidak direstui itu.

Kedua orang tua Uma mengambil peran penting dalam dukungan nutrisi dan kesehatannya. Sedangkan Irgi, Kuro, dan Shafa berperan dalam dukungan emosional.

Para tetangga yang ketika itu pertama kali mendengar bahwa Uma sedang mengandung, langsung saja membuat stigma nakal mengenai putri dari Bapak Fahri dan Ibu Ruri. Namun, saat mereka tahu kalau kandungan tersebut tercipta dari peristiwa buruk yang tidak seorangpun menginginkannya, mereka langsung menarik pikiran negatif itu dan meminta maaf kepada keluarga Fahri serta turut berprihatin.

Usia kandungan Uma mulai mendekati masa-masa melahirkan. Belakangan ini, Kuro dan Shafa selalu membawakan jus alpukat ketika ingin bertamu ke rumah Uma.

Alpukat banyak mengandung asam folat, dan vitamin B9. Vitamin ini akan membantu tubuh dalam memproduksi dan menjaga kesempurnaan DNA dan RNA. Kandungan asam folat dapat mencegah cacat saraf pada janin.

Mereka ingin Uma dan bayinya lahir dengan selamat. Shafa mulai memberikan beberapa bacaan dan materi penting untuk wanita hamil. Kuro juga ikut-ikutan memberikan bacaan untuk Uma, dia memberikan buku kumpulan nama-nama anak modern.

Ruri selalu membawa Uma untuk memeriksakan kandungannya pada dokter Siska setiap bulan. Pertumbuhan calon bayi selalu terkontrol dengan baik. Hingga pada akhirnya, jenis kelamin calon bayi tersebut mulai terlihat. Calon bayi yang Uma kandung berjenis kelamin perempuan.

Ketika jenis kelamin sudah diketahui, Uma mulai memikirkan nama untuk calon bayinya. Saat itu, ia memanggil Irgi untuk mendiskusikan bersama mengenai hal ini.

Seraya membuka buku pemberian dari Kuro, mereka mencari nama beserta artinya yang cocok.

"Bagaimana kalau Ayunindya Clarissa Putri? Gadis cantik yang diberi kelebihan berupa kepandaian," saran Irgi.

"Bagus," balas Uma dengan senyum.

"Kamu punya saran nama, gak?"

"Kyra Fidelya. Wanita terhormat yang dapat dipercaya. Gimana?"

"Bagus. Aku suka arti namanya. Mirip dasa dharma."

"Ih, kamu mah."

"Hahaha."

"Ada lagi nih, Anindira Maheswari. Perempuan pemberani secantik bidadari. Walau dia perempuan, aku ingin dia tidak lemah. Ada kekuatan di dalam namanya." Uma memberikan pendapat lagi.

"Yang Anindira keren. Aku setuju. Aku harap kalau namanya Anindira Maheswari, dia bisa menjadi perempuan yang kuat seperti ibunya," balas Irgi.

"Semoga sifat-sifat baik pada ibumu, menurun padamu. Anin, ibumu hebat," tambah Irgi seraya mengelus-elus perut Uma. Dia bicara kepada janin yang dikandung sahabatnya. Ini adalah pertama kalinya Irgi melakukan hal itu. Dia melakukannya tanpa sadar.

Saat Irgi mengelus perutnya, Uma tidak mengelak, pipinya memerah, jantungnya berdegup lebih cepat. Uma senang.

Ketika ucapannya selesai, Irgi menyadari apa yang dia lakukan. Irgi langsung menghentikan kegiatannya, ekspresi wajahnya berubah menjadi malu dan berwarna merah, sikapnya menjadi gugup sekaligus salah tingkah.

"Ma...maaf Uma," ucapnya seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Uma hanya membalas dengan senyuman.

"Jadi, nanti namanya Anindira Maheswari?"

"Hmm, terserah kamu deh," jawab Irgi yang masih salah tingkah.

•••

Malam itu, sekitar pukul delapan, terdengar rintihan samar-samar di telinga Ruri. Mendengar hal tersebut, Ruri langsung bergegas menuju sumber suara. Suara itu berasal dari kamar Uma.

Saat dilihat, ternyata Uma sedang menahan sakit sambil mengigit bibirnya. Ruri panik, dia langsung memanggil suaminya dan menghubungi Irgi.

Uma langsung dibopong menuju ke mobil. Fahri mengendarai mobil secepat yang ia bisa. Irgi dan Ruri berada di jok belakang, mereka berusaha untuk menenangkan Uma selama di perjalanan.

Keadaan jalan pada malam itu sangat ramai, malam itu adalah malam Minggu. Kecepatan yang bisa Fahri pacu dengan mobilnya sangatlah terbatas.

"Minggir woy! Darurat nih!" Fahri berteriak tegas.

Uma terus merintih, dia sudah tidak kuat. Hari di mana dia akan melahirkan benar-benar di luar perkiraan, sehingga persiapan yang dilakukan masih belum matang.

Untungnya lokasi rumah bersalin tidak terlalu jauh. Sesampainya di sana, Uma langsung ditangani oleh tim dokter kandungan dan berusaha mencari jalan sebaik mungkin.

Uma akan melahirkan dengan cara operasi caesar tanpa bisa ditawar. Operasi caesar terpaksa harus dilakukan karena disproporsi cephalopelvic atau kondisi panggul yang terlalu kecil untuk melahirkan.

Selama Uma menjalani operasi, di luar ruang bedah, Ruri terus berdoa bersama Bibi Hesti dan juga suaminya. Irgi duduk di bagian kursi yang berbeda, dia bersama Kuro dan Shafa yang baru saja datang.

Paman Ata tidak hadir kala itu, karena dia sudah harus kembali menjalani tugas negara.

Suasana hening, semua mendoakan hasil yang terbaik untuk Uma. Mereka berharap Uma baik-baik saja dan bayinya dapat dilahirkan dengan selamat.

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA ya? Komentar yang banyak hehehe.

Tunggu terus kelanjutannya.

Follow Instagram: @kbbkay dan @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang