Bag.6 - Canggung dan rindu

197K 11.7K 738
                                    

"Hai, namaku Uma. Aku murid baru di sini."

"Bukankah kita semua murid baru?" tanya Shafa dengan ekspresi bingung.

"Dia sedang berusaha membuatmu tersenyum, Shafa," sahut Irgi sok kenal.

"Kamu siapa?" tanya Shafa dengan halus.

"Gue Irgi, sahabatnya Uma."

"Kalian bersahabat? Serius? Emangnya bisa, ya?"

"Iya. Bisa. Kalau kamu pikir enggak, mungkin kamu salah pilih sahabat, atau sahabatmu aja yang baperan," jawab Irgi.

"Kamu ngomongnya pakai gue-lo atau aku-kamu, sih? Bingung," tanya Shafa.

"Tergantung lawan bicaranya. Menyesuaikan aja," jawab Irgi.

"Oh."

"Tapi kalau ngomong sama Uma sebenarnya pakai aku-kamu, terus dia bilang kalau di sekolah pakai lo-gue aja."

"Nyaman enggak?"

"Enggak," jawab Irgi terus terang.

"Yaudah, kalau enggak nyaman mah enggak usah."

"Tuh, Uma, denger."

"Iya deh, terserah kamu aja," kata Uma.

Di tengah obrolan mereka, Kuro pun kembali ke kelas. Saat dia masuk kelas, betapa terkejutnya dia melihat seorang wanita yang dulu pernah begitu dekat dengannya.

Shafa pun merasa begitu saat dia melihat Kuro.

"Afa?" begitulah cara Kuro memanggil Shafa.

"Buaya?" dan begitulah cara Shafa memanggil Kuro.

"Dia kembali, Kuro," kata Irgi kepada Kuro.

"Aku tidak tau kamu sekolah di sini," Shafa memulai pembicaraan.

"Sekarang kamu tau, kan?"

"Iya."

"Senang?"

"Iya," jawab Shafa dengan senyuman.

Saat Shafa tersenyum, Kuro pun ikut tersenyum.

"Aku rindu kamu, Buaya."

"Sama."

Hari ini mereka melepas rindu di kelas baru. Murid-murid yang lain hanya memperhatikan sekilas percakapan mereka.

"Katanya hubungan kalian jadi canggung dan menjauh karena persahabatan kalian udah main perasaan? Kok sekarang kalian malah kaya begini?" tanya Irgi penasaran.

"Irgi, canggung akan kalah dengan rindu," jawab Kuro.

"Irgi, Uma, kalian tau enggak? Dulu tuh, waktu SMP kelas tujuh, Buaya pernah nyatain cinta sama aku. Tapi, sampai sekarang, belum aku jawab." Shafa bercerita secara singkat.

"Jahat kamu," repet Uma.

"Hahaha, lagi bilangnya sahabat. Tapi ujung-ujungnya jatuh cinta," kata Shafa dengan nada meledek.

"Dan sejak saat itu, aku memiliki prinsip kalau persahabatan lawan jenis yang murni tidak akan pernah ada," sahut Kuro.

"Aku yakin, salah satu dari kalian, pasti punya perasaan cinta," kata Shafa kepada Irgi dan Uma.

Ketika Shafa berkata seperti itu, Irgi mengalihkan pembicaraan, "Kenapa Kuro dipanggil Buaya?"

"Nama lengkap Kuro kan Kurokodil, dan itu bahasa Inggrisnya Buaya," jawab Shafa.

"Namamu aneh Kuro," kata Uma.

"Ayahku suka buaya, tapi, untungnya dia bukan lelaki buaya."

•••

Singkat cerita, bel pulang sekolah telah berbunyi. Irgi dan Uma pulang naik angkot, Kuro pulang dengan motor sportnya dan Shafa masih bingung mau pulang naik apa.

Ketika melihat hal itu, Irgi mencoba merayu Kuro agar Shafa diajak pulang bersama. "Kuro, Shafa ajak pulang bareng tuh!"

"Iya, kamu udah enggak canggung kan sama Shafa?" Uma melanjutkan.

"Canggung sih enggak, cuma takut."

"Takut kenapa?"

"Takut dia udah punya pacar. Dia kan cantik, pasti banyak yang mau sama dia."

"Tanya aja dulu," saran Uma.

"Gimana nanyanya?"

"Ajak dia pulang bareng, kalau dia mau, nanti kamu tanya di motor," jawab Uma.

"Kalau dia enggak mau, kemungkinan udah punya," lanjut Irgi.

"Hmm oke-oke."

Kuro pun langsung menuju parkiran dan menunggu Shafa di depan gerbang.

Ketika sudah sampai gerbang, Irgi dan Uma izin untuk pulang duluan.

"Besok kabarin jawaban Shafa ya?" kata Irgi sambil berjalan menjauh dari Kuro.

"Oke."

Beberapa menit menunggu, akhirnya orang yang Kuro tunggu datang.

"Mau melakukan hal yang sama kaya dulu?" tanya Kuro kepada Shafa.

"Hal apa?" Shafa bertanya kembali dengan halus.

"Pulang bareng, hehe. Dulu naik sepeda, sekarang naik motor," tawar Kuro seraya tersenyum.

Shafa berpikir terlebih dahulu sebelum menerima tawaran Kuro.

"Gimana?" Kuro bertanya lagi karena sudah tidak sabar menunggu jawaban Shafa.

"Hmm, boleh deh." Shafa menerima tawaran Kuro seraya tersenyum.

Shafa naik ke motor Kuro. Motor berjalan menembus angin senja, menemani dua sahabat yang salah satunya telah luluh dalam rasa cinta.

Saat motor melewati jalanan yang di tepinya banyak siswa yang sedang berjalan, salah satu dari siswa tersebut berteriak.

"Sahabat kok romantis?" teriak Irgi dan kemudian Shafa menengok ke mereka tanpa respon.

"Kata-kata itu kan buat kita," protes Uma.

"Mereka juga berhak mendapatkan perkataan itu. Hahaha."

~to be continued~

Please vote dan komentarnya dong!

Instagram : gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang