Bag.38 - Pesta dibatalkan

91.5K 4.7K 298
                                    

Irgi tidak langsung percaya dengan apa yang Hans katakan. Menganggap bahwa kabar tersebut hanyalah candaan belaka.

"Selera humor lu jelek, Hans," tanggap Irgi dengan sedikit kesal.

"Gua serius, Gi! Beny juga ikut diculik. Menurut Ocit dan Jepri, dua anggota Kurab yang menjadi saksi mata. Mereka diculik di depan minimarket yang ada di dekat SMA Nusa Angkasa. Nanti malam Kurab akan rapat di rumah Beny yang baru untuk mendiskusikan masalah ini sekaligus kita akan bergerak untuk mencari tempat di mana Beny dan Uma disembunyikan. Oh iya, Beny ngontrak di rumah lu, kan? Kalau begitu, gua minta nanti malam lu datang ke sana sekalian bawa kunci serep."

Hans menjelaskan dengan nada serius, tidak ada sedikitpun terdengar ucapan main-main atau bercandaan dari penjelasannya.

Di tengah kondisi kesehatannya yang tidak baik, Irgi harus menerima kabar yang tidak baik pula.

Setelah mendengar dan menganggap bahwa kabar tersebut adalah benar, Irgi langsung duduk di sofa, menyandarkan tubuhnya untuk merilekskan diri sekaligus menahan kepalanya yang terasa semakin pusing.

Ketika dia percaya kalau Uma diculik oleh Toro, hal yang pertama kali terpikirkan oleh Irgi adalah sifat kejamnya Toro yang selalu menyiksa tanpa pandang bulu. Baik kepada laki-laki maupun perempuan.

Irgi sangat khawatir kepada Uma, ternyata, perasaan tidak enak yang dirasakannya dari tadi siang bukanlah sekedar perasaan belaka. Perasaan itu merupakan tanda, tanda ada yang tidak beres dengan wanita yang disayanginya.

"Ya Tuhan, jangan Engkau ambil lagi orang yang berharga dalam hidupku," ucap Irgi dengan nada lemas dan sedih.

Shafa yang berada di samping Irgi, mendengar apa yang Irgi ucapkan. Dia langsung menoleh, melihat wajah Irgi yang kini terlihat begitu pucat dengan ekspresi khawatir bercampur sedih.

Saat itu, hanya ada Irgi dan Shafa yang duduk di sofa ruang tamu. Teman-teman yang lain sedang berada di halaman dan teras rumah sambil berharap Beny dan Uma segera pulang.

"Irgi, kamu kenapa?" tanya Shafa. "Wajahmu pucat banget, aku antar pulang, ya?"

"Shafa, tolong beritahukan pada orang tuanya Uma dan juga teman-teman...." Ucapan Irgi terputus, begitu berat baginya untuk memberitahukan kabar yang baru saja dia dapat.

"Beritahukan apa, Gi?" tanya Shafa penasaran.

"Rencana kejutan dan perayaan ulang tahun Uma dibatalkan."

"Kenapa?"

"Beny dan Uma tidak akan segera pulang. Mereka diculik."

•••

"Udah jam setengah enam, nih. Si Beny pacaran enak amat, sampai lupa waktu gini. Enggak tau yang lain pada nunggu apa?" gumam Kuro kesal.

Kuro berdiri di depan pintu pagar rumah, memperhatikan jalan sejak setengah jam yang lalu.

Teman-teman yang lain sudah mulai merasa bosan, bahkan, ada beberapa yang sudah ditelpon oleh orang tuanya untuk segera pulang dikarenakan hari mulai gelap.

"Buaya!" Shafa tiba-tiba memanggil sambil berlari ke arah Kuro.

"Kenapa Afa? Kok panik gitu?"

Shafa menjelaskan semuanya kepada Kuro, kemudian, dia meminta Kuro untuk memberitahukan berita tersebut kepada semua teman-temannya.

Kuro mulai berjalan menuju teras, mengumpulkan semua orang yang berpartisipasi dalam rencana tersebut, kecuali Irgi.

"Kepada semua teman-teman, baru saja saya mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan. Saya sangat terkejut ketika mendengar kabar tersebut, begitupun dengan Irgi dan ibunya Uma, mereka bahkan sampai menangis.

Kedua teman kita, Beny dan Uma hilang. Mereka diculik oleh seseorang. Atas terlahirnya kabar buruk ini, Irgi, sebagai orang yang paling dekat dengan Uma, meminta untuk membatalkan acara yang sudah kita rencanakan dan kita susun ini. Lagipula percuma kalau kita merayakan pesta ketika suasana dari keluarga yang bersangkutan sedang bersedih."

Saat mendengar Beny dan Uma diculik, reaksi yang ditunjukkan oleh teman-temannya Uma bermacam-macam. Ada yang teriak, kaget, bahkan ada yang masih tidak percaya.

Setelah memberi kabar kepada semua teman-temannya, Kuro meminta kepada semuanya untuk pulang ke rumah masing-masing.

Suasana yang awalnya bahagia tiba-tiba menjadi duka hanya karena sebuah kabar buruk.

Satu-persatu mulai pamit kepada tuan rumah. Hanya ayahnya Uma saja yang menanggapi pamitnya mereka, sedangkan ibunya Uma masih menangis dan khawatir dengan anak gadis semata wayangnya.

•••

"Akhirnya sampai," ucap Rega seraya turun dari mobil dan menggerak-gerakkan tubuhnya.

"Kalian bawa Beny ke dalam, ikat yang benar. Kalau Uma, biar gua sendiri yang urus," perintah Toro.

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA.

Tolong beri tanggapan mengenai bagian ini, jika ada yang salah mohon diberitahu. Terimakasih.

Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang