Bag.61 - Aku obatmu

80.4K 4.4K 660
                                    

Dokter Siska mulai menanyakan beberapa hal mengenai gejala-gejala awal yang dialami oleh Uma. Dugaan masuk angin mulai mereka tinggalkan.

Uma menceritakan semuanya. Dokter Siska bilang, jangan ada yang ditutup-tutupi. Hal ini bertujuan agar memudahkan dirinya memberikan solusi.

Dokter Siska terkejut ketika mendengar cerita Uma. Uma menangis saat dia menceritakan kembali peristiwa itu. Peristiwa yang diduga menjadi penyebab dari gejala-gejala yang dianggap sebagai tanda awal kehamilan.

"Ya Tuhan, orang yang melakukan itu benar-benar tidak punya pikiran!" reaksi Dokter Siska lirih namun kesal sekaligus prihatin. Dia pun sempat meneteskan air mata begitu tahu anak dari teman SMP-nya mengalami hal biadab tersebut.

Seusai mendengar cerita Uma, Dokter Siska langsung mengambil alat tes kehamilan berbentuk stik, atau yang biasa disebut dengan test pack, dan sebuah wadah untuk menampung urine.

"Uma sayang, silahkan kamu ke toilet," kata Dokter Siska seraya memberikan dua benda tersebut. "Saya bukannya menduga hal yang tidak-tidak, tapi, ini untuk memastikan, Ibumu juga pasti ingin tahu keadaanmu yang sebenarnya dari gejala-gejala tersebut. Jika nanti sudah selesai, saya mohon terima saja apapun hasilnya. Kalau semisal alat uji kehamilan itu menampilkan dua garis, saya dan Ibumu siap untuk memberikan dukungan dan motivasi."

Uma menerima benda berbentuk stik tersebut, dia mulai melangkah menuju toilet dengan langkah yang pelan. Dia takut dengan hasilnya, dia takut jika alat itu memberikan dua garis untuknya.

Test pack bekerja dengan cara mendeteksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG) di dalam urine. Hormon ini diproduksi setelah sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim. Umumnya terjadi sekitar enam hari setelah pembuahan.

Lima menit kemudian, Uma keluar dari toilet. Dia menutupi wajahnya dan langsung berlari memeluk ibunya. Test pack itu masih dia genggam.

Dokter Siska meminta alat itu, dia penasaran dengan hasilnya.

"Biarkan dia tenang dulu," ucap Ruri seraya mengelus-elus punggung putrinya.

Uma memberikan test pack itu ke ibunya seraya meminta maaf.

"Maafin Uma, Bu."

Ruri langsung mengalihkan pandangannya pada test pack yang kini ada di tangannya. "Positif."

Usai mengetahui hal tersebut, Ruri merasa terguncang. Anak gadis semata wayangnya kini harus menanggung beban yang berat.

Berbagai emosi menyelimuti perasaan Ruri. Ada sedih, jengkel, marah, dan takut. Pikirannya juga mulai dipenuhi oleh dugaan-dugaan hal sulit yang akan terjadi.

Emosi yang dirasakan Uma setelah tahu hal tersebut lebih parah dari Ruri. Dia merasa semuanya telah berakhir. Masa mudanya, masa depannya, mimpi-mimpinya.

Semangat hidupnya pun hilang seketika. Prestasi dan mimpi yang ia tuai sedari kecil, akan segera sirna. Hancur hanya karena sebuah peristiwa. Uma berpikir, cepat atau lambat dia akan segera dikeluarkan dari sekolahnya.

"Diskusikan hal ini pada keluarga kecilmu, Ri. Apa yang akan kalian lakukan ke depannya? Pastikan semuanya akan baik-baik saja."

"Terima kasih atas nasihatmu, Siska."

"Iya, Ri, sama-sama. Terus berikan semangat untuk Uma. Jangan sampai mentalnya terganggu. Dia butuh dukungan. Selesaikanlah masalah ini secara kekeluargaan."

•••

Irgi, Kuro, dan Shafa sama-sama sedang menuju jalan pulang. Pada awalnya, Kuro dan Shafa berniat mampir ke rumah Irgi dengan tujuan menjenguk Uma. Namun karena suatu alasan, mereka mengurungkan niat itu.

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang