Bag.42 - Untuk Uma

97.6K 4.8K 333
                                    

"Wah, ternyata tajam. Bisa nih bikin ban kendaraan pecah. Terima kasih atas teriakan testimoninya," ucap Toro dengan senyuman.

"A ... Apa lu bakal cabut pakunya?" tanya Beny, nada bicaranya terbata, berusaha menahan sakit.

Paku yang Toro tusukkan ke lengan Beny masih tertancap. Jika paku tersebut dicabut, maka Beny harus merasakan kesakitan lagi.

Bukan hanya kesakitan yang harus dideritanya, namun efek luka pada tubuhnya juga akan semakin parah jika paku yang tertancap di tubuh dicabut secara sembarangan.

"Iya."

"Gila!" Teriak Beny bercampur dengan rasa marah dan takut. "Lu mau ngebunuh gua?"

"Berisik!" balas Toro dengan nada emosi sambil mencabut paku dari lengan Beny tanpa rasa kasihan.

"AAAW!"

Setelah melakukan tindakan sadis itu, Toro langsung keluar gudang, meninggalkan Beny yang terikat serta tergantung lemas dengan darah yang terus menetes di lengannya.

Luka pada lengan Beny dibiarkan terbuka, Toro sengaja membiarkan debu, kuman, bahkan virus masuk ke dalam tubuhnya Beny melalui luka tersebut.

"Semua orang tahu, kalau luka akibat tertusuk paku akan menyebabkan infeksi jika tidak segera diobati, dan dia, melakukan hal itu. Selain menyiksa secara fisik, dia juga bermaksud ingin menyiksa mental gua dengan memberikan luka yang terus mengeluarkan darah dari tubuh. Darah yang terus keluar, dimaksudkan untuk menciptakan trauma dan paranoid. Kebanyakan orang akan ketakutan ketika dirinya terluka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Tapi, hal itu gak berlaku buat gua. Lu gak akan bisa ngerusak akal, mental, dan kejiwaan gua, Toro," gumam Beny dengan emosi yang menggebu seraya menciptakan spekulasi mengenai tujuan dari ditusukkannya paku ke lengan kanannya.

•••

"Ini paku-pakunya, sebarkan yang benar!"

"Siap, Tor."

Toro memberikan paku-paku tersebut, dan dengan sigap salah satu anak buahnya menerima.

"Tor, apa yang habis lu lakuin sama anak yang ada di dalam gudang?"

"Cuma sedikit bereksperimen. Hitung-hitung pemanasan buat dia."

"Jeritannya keras banget, Tor," timpal yang lain.

Ketika mereka tengah asyik mengobrol, Rega kembali seraya membawa sebuah kotak yang berisikan kue.

Toro tidak tahu apa saja macam-macam kue yang biasa disajikan atau diberikan untuk orang yang ulang tahun. Itu bukanlah keahliannya, lagipula, sedari kecil Toro tidak pernah merayakan ulang tahunnya.

"Ini Tor kuenya." Rega memberikan kue itu dengan hati-hati, dia tidak mau merusak tatanan indah yang menghiasi isi dari kotak tersebut. "Pelan-pelan."

Kotak kue masih ditutup, Toro belum tahu jenis kue apa yang dibeli Rega. Dia mempercayakan hal ini sepenuhnya kepada anak buahnya yang satu itu.

"Kue apa yang lu beli?" tanya Toro.

"Red Velvet."

"Buka tutup kotaknya, gua mau lihat bentuk kue Red Velvet itu kayak gimana. Semoga enggak mengecewakan," perintah Toro.

Rega membuka tutup dari kotak kue yang baru saja dibelinya, saat tutup terbuka, di dalam kotak itu terdapat sebuah kue dengan desain yang cantik dihiasi dengan buah stroberi yang mengelilingi bagian atas kue tersebut. Dominan warna merah yang dibalut krim putih, adalah daya tarik utama dari penampilan Red Velvet itu. Dan tidak lupa, di tengah-tengah buah stroberi yang disusun melingkar, terdapat tulisan Happy Birthday Uma.

 Dan tidak lupa, di tengah-tengah buah stroberi yang disusun melingkar, terdapat tulisan Happy Birthday Uma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kerja bagus, Ga," kata Toro memuji Rega saat melihat kue tersebut.

"Terima kasih, Tor."

"Kenapa lu memutuskan buat beli Red Velvet?"

"Karena konon katanya, kue Red Velvet itu adalah kue yang biasa dikonsumsi oleh tentara Amerika Serikat. Tentara kan gagah, dan gua pikir lu juga gagah. Jadi, gua beli dah tuh kue," jawab Rega apa adanya.

Setelah mendengar jawaban dari Rega, Toro masuk ke dalam pabrik, berniat untuk menghampiri Uma dan memberikan kue tersebut.

Saat dirinya ingin masuk, para anak buahnya memanggil, "Tor, tugas kita udah selesai, kan? Kita pulang, ya?"

"Iya, jangan lupa dengan pakunya," sahut Toro.

Kelima anak buah Toro masuk ke dalam mobil, mereka mulai meninggalkan Toro bersama dua orang sanderanya.

•••

Saat tiba di depan ruangan tempat Uma dikurung, Toro menyiapkan dirinya. Membuka pintu dan kemudian dia menyanyikan lagu Happy birthday to you.

"Happy birthday Uma...." Toro bernyanyi dengan suara beratnya. Membuat Uma merasa bingung dan juga merasa aneh dengan apa yang Toro lakukan sekarang.

Tangis Uma terhenti saat melihat Toro menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dirinya. Rasa takutnya tiba-tiba tertutup oleh rasa bingung dan heran, hingga di dalam hatinya Uma bertanya, "Orang ini benar Toro, kan?"

~to be continued~

Tunggu kelanjutannya, ya?

Besok udah mulai masuk sekolah teman-teman, dan mulai besok saya udah gak bisa update setiap hari lagi. Saya mungkin akan update 3 hari sekali atau dua kali seminggu.

Tahun ini juga saya akan banyak ujian. Jadi, saya juga harus fokus ke hal itu. Mohon dimaklumi ya teman-teman.

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA. Seperti biasa, komentar yang banyak ya?

Menemukan kejanggalan plot dalam cerita ini? Silahkan DM saya.

Stalk dulu terus follow instagram saya: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang