Bag.31 - Dokter

102K 5.7K 287
                                    

Jam menunjukkan pukul 10 lewat 35 menit. Irgi mulai menyiapkan dirinya untuk pergi ke dokter. Tantenya sudah membuat janji dengan dokter yang biasa menangani Irgi sedari kecil.

Sebelum keluar dari kamarnya, Irgi bercermin terlebih dahulu. Saat sedang bercermin, ia bergumam, mengeluarkan sedikit unak-unaknya di hadapan bayangannya sendiri.

"Sebentar lagi, momen-momen indahku dengan Uma akan berakhir. Besok adalah hari ulang tahun Uma, dan aku yakin, di hari esok, Beny akan menyatakan perasaannya sambil memberikan bunga atau hadiah romantis lainnya.

Aku tidak mau menebak-nebak jawaban Uma, karena jawaban Uma bukanlah urusanku. Itu urusan hatinya.

Aku bersyukur diberikan sakit di waktu-waktu seperti ini. Karena rasa sakit ini, aku jadi masih bisa merasakan tulusnya kasih sayang Uma."

Ketika Irgi sedang bergumam di depan cermin, tiba-tiba Tante Hesti memanggil, "Irgi, cepat! Uma udah nunggu nih di depan."

"Iya, Tante!"

Irgi berjalan menuju keluar rumah dengan memakai celana jeans hitam panjang dan jaket tebal ala orang sakit.

"Aku berangkat, Tante," kata Irgi sambil mencium tangan Tante Hesti.

"Hati-hati."

"Iya, Tante. Oh iya, Paman mana?"

"Barusan pergi mancing sama ayahnya Uma."

"Oh."

"Yaudah sana, kasian tuh Uma, udah nunggu di dalam mobil."

Tanpa banyak basa-basi lagi, Irgi langsung masuk ke dalam mobilnya Uma.

"Titip Irgi ya, Uma?" kata Tante Hesti dari luar mobil.

"Iya, Tante. Kami berangkat," jawab Uma dan dia pun mulai menjalankan mobilnya.

Tidak lama setelah mobil berjalan, Irgi berkata, "Kamu nakal, Uma."

"Nakal kenapa?" tanya Uma kaget sambil tetap fokus mengemudi.

"Belum punya SIM udah nyetir," jawab Irgi dengan nada seperti memarahi.

"Kamu juga," balas Uma. "Belum punya SIM udah mengendarai motor setiap hari."

"Yah, namanya hidup, Ma. Gak bisa selalu naatin peraturan."

"Jangan singkat-singkat nama depanku! Udah pendek."

"Biar enak, Ma." Irgi malah meledek dengan mengulanginya lagi.

"Uuuh kamu ngeselin! Untung sayang," kata Uma dengan kesal sambil sedikit memanyunkan bibirnya yang manis.

•••

10 menit kemudian, mereka sampai di klinik tempat di mana dokter yang biasa menangani Irgi berada.

Sesampainya di sana, mereka langsung menuju ke ruangan dokter tersebut dan mengetuk pintu ruangannya, "Permisi!"

Tidak lama kemudian, dokter itu membukakan pintu sambil berkata, "Eh, Irgi, silahkan masuk!"

"Sama pacarnya, ya?" lanjut Dokter Ilham sambil melihat Uma.

"Iya-in jangan?" tanya Irgi ke Uma.

"Jangan."

"Bukan, Dok, dia sahabat saya." Irgi menjawab pertanyaan Dokter Ilham.

"Yaudah, sini, tiduran, saya periksa."

Dokter mulai memeriksa Irgi, salah satunya memeriksa detak jantung. Seusai diperiksa, Dokter menanyakan keluhan-keluhan Irgi dan menyiapkan obat yang sesuai.

"Kamu demam, kecapean juga. Ini obat-obat dari saya, diminum, ya? Aturannya sudah tertulis di situ. Diminum sehabis makan," jelas Dokter Ilham.

"Iya, Dok."

"Orang sakit biasanya butuh kasih sayang. Dan obat terbaiknya adalah pelukan dari orang tersayang," lanjut Dokter Ilham.

"Tuh, Uma, denger, pelukan dari orang tersayang," ujar Irgi sambil menatap Uma.

"Iya, nanti, enggak enak kalau di depan Dokter," balas Uma dengan lembut.

"Ingat! Hanya pelukan, jangan macam-macam!" Dokter Ilham memperingatkan.

"Tenang aja, Dok. Saya tidak berani merusaknya. Dia adalah sebagian hidup saya."

"Yaudah, nih obatnya, cepat sembuh, ya?"

"Terimakasih, Dok."

Irgi dan Uma mulai meninggalkan ruangan. Namun, saat Irgi ingin keluar, Dokter Ilham kembali memanggil, "Irgi, kesini sebentar! Ada yang ingin saya bicarakan."

"Uma, kamu tunggu di luar, ya?"

"Iya."

"Ada apa, Dok?"

"Duduk!" perintah Dokter Ilham. "Saya tau ini bukan urusan saya, tapi, saya ingin menanyakan satu hal untukmu yang berhasil membuat saya penasaran."

"Apa itu, Dok? Silahkan tanya saja, selama pertanyaan itu mampu saya jawab."

"Kenapa kalian tidak pacaran?"

"Dok, jangan menanyakan pertanyaan yang membuat saya pusing. Permisi!" jawab Irgi sambil meninggalkan Dokter Ilham.

"Ternyata dia tidak mampu menjawabnya."

•••

"Teman-teman, mohon kerjasamanya dan bangunlah kekompakan kalian! Kita sukseskan rencana kita besok untuk memberi kejutan di hari spesialnya Uma. Oke?" Beny berteriak, memberikan semangat kepada semua teman-temannya untuk hari esok.

"Uma, jadilah pacarku," batin Beny.

•••

~to be continued~

Kira-kira, apa yang Beny rencanakan? Dan bagaimana dengan kabar Toro? Tunggu kelanjutannya!

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA.

Follow my Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang