Bag.54 - Rapat besar

76.9K 3.7K 121
                                    

Malam Minggu ini, seluruh anggota Kurab aktif berkumpul di markas untuk menghadiri rapat besar. Bukan hanya anggota yang aktif saja, namun, anggota-anggota Kurab terdahulu juga turut hadir untuk mengikuti rapat besar tersebut.

Mereka semua datang berkat undangan yang dikirimkan via daring oleh sang pendiri, Tara Alfian.

Malam ini, kondisi markas benar-benar sangat ramai. Reuni Akbar serta rapat besar yang diadakan oleh sang pendiri menjadi penyebab dari timbulnya keramaian tersebut. Banyak juga anggota-anggota Kurab yang sengaja membawa pujaan hatinya ke markas. Sehingga gemuruh suara yang terdengar di sana, bukan hanya gemuruh suara pejantan saja.

Pada awalnya, rapat akan diadakan di rumah kontrakan yang ditinggali Beny, namun pada akhirnya, lokasi dipindahkan menjadi ke markas dengan alasan tempat tersebut tidak cukup luas.

Rapat akan dimulai pada pukul delapan malam. Selama menunggu rapat dimulai, para sesepuh Kurab berbaur dengan junior-junior mereka seraya berbagi pengalaman semasa dulu ketika mereka masih di Kurab dan menjadi panglima tempur. Mereka bercerita tentang perjuangan, solidaritas, rasa sakit, dan juga kisah pahit-manisnya cinta.

Ketika rapat akan dimulai, seluruh anggota yang hadir mulai berkumpul di ruang utama. Rapat diadakan dengan sangat sederhana. Makanan yang disediakan pun dari hasil patungan, dan duduknya di lantai tanpa alas. Rapat dipimpin oleh ketua-ketua Kurab. Selama masa perjalanannya, Kurab sudah memiliki empat ketua, yaitu: Tara, Bendot, Mahendra, dan Beny.

Ada tiga ketua yang duduk di depan ruang utama dengan posisi menghadap ke seluruh anggota yang hadir pada malam itu. Rapat dibuka oleh sang pendiri Kurab.

"Selamat malam, semuanya. Terima kasih karena sudah datang ke rapat besar nan penting ini. Malam ini, gua ingin menyampaikan sesuatu ke kalian. Suatu keputusan yang udah gua pikirin matang-matang, yang udah gua wanti-wanti baik-buruknya.

Selama enam tahun, Kurab sudah mengalami banyak hal. Mulai dari yang menyenangkan hingga yang mengerikan. Empat orang ketua juga sudah menjabat dengan sangat baik pada eranya masing-masing.

Langsung aja, maksud gua mengadakan rapat besar ini adalah untuk menyampaikan kepada kalian tentang keputusan gua yang amat berat.

Keputusan gua ini bukan berdasar karena insiden yang baru aja terjadi pada ketua termuda kita. Keputusan ini udah gua pikirin dari dulu ketika Kurab mulai mengalami banyak hal-hal mengerikan. Terutama adalah ketika masuknya Toro dan masalah-masalah yang timbul karenanya.

Di sini, malam ini, gua pengen menyatakan dan meresmikan keputusan gua di depan kalian semua. Sebagai pendiri kumpulan remaja bar-bar, gua putuskan kalau malam ini Kurab akan dibubarkan.

Mohon maaf, keputusan ini tidak bisa disanggah. Sebelumnya, gua juga udah membicarakan hal ini ke Bendot dan Mahendra. Walaupun pada awalnya kami sempat cekcok, tapi pada akhirnya, mereka menerima keputusan gua. Terima kasih atas pengertiannya, Bendot, Hendra." Pidato Tara ditutup tanpa salam, dan kemudian pidato dilanjutkan oleh Mahendra, ketua Kurab yang ketiga.

"Kekuatan seorang pemimpin terletak di dalam diri anggotanya. Oleh karena itu, kalian sebagai anggota Kurab, harus mendukung keputusan pimpinan kalian.

Gua paham, beberapa dari kalian pasti banyak yang kecewa dan sedih dengan keputusan yang dibuat oleh Bang Tara. Tapi, gua yakin, ini adalah keputusan terbaiknya.

Gua tahu, di antara kalian, pasti, ada yang menganggap Kurab sebagai rumah kedua. Ketika keluarga kalian sedang ada masalah, kalian pasti akan datang kemari untuk menyegarkan pikiran, menghilangkan beban dengan menghisap sebatang rokok dan bercengkrama bersama anggota lainnya di lantai dua. Gua tahu banget apa yang kalian rasain. Karena gua juga dulu, menganggap Kurab seperti apa yang udah gua bilang tadi." Mahendra hanya bicara sedikit saja, dan tugas Bendot adalah menutup pidato rapat.

Cuap-cuap, basa-basi, disampaikan oleh Bendot dalam penutupan rapat besar ini. Dan, rapat ditutup saat Bendot mengetukkan palu sebanyak tiga kali ke atas ubin seraya berkata, "Dengan ditutupnya rapat ini, itu berarti Kurab sudah resmi dibubarkan." Tok tok tok.

Palu sudah diketukkan. Keputusan sudah tidak bisa diubah lagi. Malam ini adalah malam terakhir Kurab.

Sebelum rapat ditutup sepenuhnya, Bendot mengadakan sesi tanya-jawab terlebih dahulu, "Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya!"

Seusai Bendot berkata begitu, dengan sigap salah satu anggota Kurab mengacungkan tangannya dan kemudian dia berdiri.

"Kalau Kurab bubar, apakah markas ini akan dikosongkan?" tanya Hans.

Seperti yang kalian tahu, Hans sudah sangat betah di markas ini. Bahkan, ketika dirinya sedang tidak ada mata kuliah, dia bisa berada di markas selama seharian penuh.

"Markas akan tetap gua buka. Tapi, seluruh hiasan yang berkaitan dengan Kurab seperti foto-foto ketua, tulisan-tulisan yang mengandung kata Kurab, atau hal lain yang berkaitan, bakal gua tanggalkan.

Bubarnya Kurab, bukan berarti hubungan kalian juga ikut bubar. Silahkan tetap bercengkrama, bercerita, dan menikmati semuanya di sini. Markas ini sekarang hanyalah markas biasa, tongkrongan tanpa nama dan tanpa ketua. Mulai detik ini, nama Kurab hanyalah kenangan," jawab Tara lantang.

Beberapa pertanyaan-pertanyaan lain pun ikut menyusul. Hingga pada pukul sembilan malam, akhirnya rapat benar-benar ditutup.

Satu-persatu anggota mulai meninggalkan ruang utama dengan perasaan kecewa dan tidak terima. Namun, apa daya, keputusan bubarnya Kurab sudah bulat.

Seusai rapat, seluruh anggota yang hadir memutuskan untuk berfoto bersama di depan markas. Mulai dari angkatan paling awal hingga angkatan paling baru akan berada di dalam satu frame foto. Ada lebih dari seratus orang yang hadir pada malam itu, tentunya, wajah-wajah tidak akan terlihat jelas di hasil foto tersebut.

Walau malam ini Kurab dibubarkan, mereka tetap berfoto seraya tersenyum. Fotografer yang bertindak adalah seorang wanita yang mengenakan dress selutut. Wanita tersebut adalah kekasihnya Tara.

Malam terus berlanjut, semakin malam udara dingin semakin menusuk. Pada malam itu, di markas yang penuh kenangan, diisi dengan tawa, diskusi ringan, kopi panas, dan camilan gurih.

"Gua senang pernah punya mereka," ucap Tara ke Bendot seraya menatap ke kerumunan anggotanya.

"Gua juga senang pernah menjadi pemimpin di geng ini, walaupun sekarang cuma tinggal kenangan," balas Bendot. "Oh iya, gua turut berduka atas peristiwa yang dialami adik lu. Semoga dia cepet sembuh."

"Aamiin."

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA! Komentar yang banyak, ya?

Jangan pernah kapok, ya? Tunggu terus kelanjutannya!

Maaf ya, bagian ini gak ada Irgi dan Umanya. Fokus ke penyelesaian konflik dulu hehe.

Jika ada kesalahan, langsung saja beritahu.

Follow my Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang