Bag.17 - Sang ketua

121K 7.3K 134
                                    

Divote yuk!

Untuk mempercepat waktu, sepulang sekolah, Irgi langsung menghampiri Beny ke tempat duduknya untuk membicarakan hal mengenai Kurab dan Toro.

"Uma, kamu duluan aja, tunggu di lobby!" perintah Irgi.

"Jangan lama-lama, ya?"

"Iya," jawabnya sambil mengelus rambut Uma. "Hati-hati."

Suasana kelas mulai sepi, satu-persatu siswa mulai meninggalkan kelas. Kini, di kelas hanya tersisa lima orang saja termasuk Beny dan Irgi.

"Kuro udah cerita belom tentang informasi yang dia dapet dari gua?" tanya Beny.

"Udah."

"Gua tau, lu pasti mau nanyain hal-hal tentang Kurab, kan?"

"Ben, gimana bisa lu jadi ketua geng? Gua kira ketuanya Toro."

"Toro tidak mungkin jadi ketua. Dia egois. Walaupun kami bar-bar, yang namanya ketua, harus mengerti bagaimana kemauan anggotanya. Menerima pendapat dan penolakan ide. Ketua juga harus cerdas dalam menyusun rencana, menjalankan misi, dan mengatur kekompakan.

Bukan hanya itu, ketua Kurab juga harus kuat, tapi, bukan juga yang terkuat. Toro jelas lebih kuat daripada gua, tapi Toro tidak lebih cerdas dari gua."

"Jadi, untuk menjadi ketua Kurab, yang diprioritaskan adalah kecerdasannya?" tanya Irgi.

"Kecerdasan, pengertian dan kekuatan."

"Pengertian?"

"Iya, lu bisa tes seberapa pengertian gua. Uma mau apa juga gua ngerti kalo dia ngode. Makanya, menurut gua, gua itu cowok yang paling cocok buat dia," canda Beny.

"Kalau lu cowok baik-baik, mungkin gua bisa aja ngizinin lu buat jadi kekasihnya Uma," balas Irgi. "Oh iya, tolong jangan bawa-bawa Uma."

"Hahaha, dasar sang pelindung."

"Ben, gua mau ketemu Toro."

"Bukannya lu mau pergi sama Uma?"

"Maksudnya kapan-kapan."

"Oh, yaudah, kapan-kapan, gua bakal ngajak lu ke markas," kata Beny sambil bangun dari tempat duduknya. "Udah dulu, gua mau pergi, ada urusan geng yang harus diselesain."

"Gua masih enggak nyangka, orang sebaik dan seramah dia, bisa jadi ketua geng terkenal di kota ini," batin Irgi.

"Gua duluan," ucap Beny sambil berjalan meninggalkan kelas.

•••

Di lobby, Uma duduk sendirian. Dan tanpa sengaja, Uma melihat Beny melewati dirinya.

"Beny," panggil Uma.

"Apa, Beb?" kata Beny menghentikan langkahnya sambil menengok ke belakang.

"Irgi mana?"

"Lagi sama cewek lain," jawab Beny dengan santai.

"Seriuus!"

"Bohonglah, hahaha, mana mungkin dia berpaling dari cewek secantik kamu," lanjutnya. "Dia lagi di jalan, mau ke kamu. Tunggu aja, paling sebentar lagi sampe."

"Ih, enggak lucu tau."

"Cemburu ya, kalau Irgi sama cewek lain?" ledek Beny.

"Bawel! Udah sana," kata Uma dengan nada kesal.

"Yaudah, aku duluan ya, Beb."

Tidak lama kemudian Irgi datang.

"Yuk!" ajaknya sambil tersenyum.

"Yuk!" balas Uma dan kemudian dia bangun dari duduknya.

"Mau pegangan tangan, enggak?" Irgi menawarkan.

"Skip." Uma menolak. "Eh, tapi nanti aja, kalau perlu."

"Uh, kamuu, dasar labil," kata Irgi gemas sambil merangkul Uma.

"Mau nonton film apa kita?" tanya Uma.

"Film horor aja biar kamu meluk aku."

"Enggak mau. Nanti kamu modus."

"Tenang, aku enggak mesum, kok."

"Enggak mesum tapi modus," balas Uma.

"Target locked," ucap salah seorang anggota Kurab dari kejauhan yang ditugaskan untuk mengintai Irgi dan Uma.

~to be continued~

Ada pengintai, hati-hati. Tunggu kelanjutannya, ya?

Jangan lupa berkomentar, karena semakin banyak komentar, semakin semangat saya nulisnya. Apalagi komentar pujian, hehehe.

Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang