Bag.41 - Mulai beraksi

91.9K 5.2K 417
                                    

Selama Beny tidak ada, Hans-lah yang mengambil alih kekuasaan sebagai ketua Kurab. Dan dengan tegas, Hans menolak saran ayahnya Uma.

"Kepada semuanya, rapat saya tutup, dan pencarian akan dilakukan malam ini," ujar Hans dengan lantang sambil menutup laptopnya.

Seusai rapat ditutup, ayahnya Uma bergumam, "Yaudah kalau memang itu mau mereka."

"Anak muda memang susah untuk dinasehati, biasakanlah," timpal Paman Ata.

Semua orang yang hadir, mulai meninggalkan tempat rapat dan berjalan menuju kendaraannya masing-masing.

Hans sudah memberikan catatan tambahan di dalam informasi yang dikirimnya, dia meminta para anggota Kurab diusahakan membawa mobil agar mereka bisa langsung mengantarkan Beny dan Uma pulang jika pencarian malam ini berhasil.

Sebelum berangkat, Hans berbicara, "Untuk yang ke sini naik motor, kalian menumpang saja, masih banyak mobil yang kosong, dan motor kalian taruh saja di sini."

"Oke, Hans," sahut Jepri.

"Irgi, tolong pimpin do'a," ucap Hans dengan sopan.

"Teman-teman, sebelum kita berangkat dan melakukan pencarian ini, mari kita berdoa terlebih dahulu. Dan semoga, Beny dan Uma baik-baik saja di sana. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing, dimulai!" Irgi memimpin doa pada malam itu, suasana hening sejenak, semua khusyuk berdoa dan berharap pencarian malam ini langsung membuahkan hasil. "Selesai."

Setelah berdoa, semuanya langsung naik ke kendaraan. Total mobil yang ikut dalam pencarian ini ada 11. Sembilan milik anggota Kurab, dan dua lagi mobil milik Paman Ata dan mobil Beny yang dititipkan ke Kuro.

"Gi, sama gua dong. Gak enak gua berdua doang sama Afa," kata Kuro.

Tanpa banyak bicara, Irgi langsung meminta izin ke pamannya dan masuk ke mobil Kuro. "Fa, kamu gak dicariin sama orang tua kamu?" tanya Irgi.

"Aku izin kok lewat telepon, soalnya kedua orang tuaku lagi gak ada di rumah. Dan kadang, kalau aku sendiri di rumah kayak gini, aku suka pulang malam. Main ke rumah teman," jawab Shafa.

"Jangan nakal, Shafa! Kalau kamu hilang, Kuro dan orang tuamu pasti akan merasa sedih dan khawatir. Sama seperti yang sedang aku alami sekarang."

•••

"Ini bayaran kalian," kata Toro sambil memberikan sebuah amplop coklat yang berisi segepok uang kepada anak buahnya. "Bagi rata, ya?"

"Terima kasih, Tor," ucap salah satu anak buah itu dengan senyum senang. "Tunggu, dimana Rega?"

"Rega lagi gua suruh beli kue buat Uma. Paling lima menit lagi balik."

"Tor, habis ini kan kita semua pulang, lu gak takut kalau tiba-tiba ada teman-teman dari sandraan lu datang?"

"Apa kalian pernah melihat seorang Toro ketakutan?" Toro malah balik bertanya, mengisyaratkan dirinya bahwa dia tidak takut dengan apapun.

"Oh iya, kalian masih memiliki satu tugas lagi. Untuk antisipasi malam ini, tolong kalian sebarkan paku-paku hitam yang nanti bakal gua berikan saat kalian akan pulang. Sebarkan paku-paku itu di sepanjang gang pabrik dan di setiap tikungan yang ada. Jangan sampai ada yang terlewat. Mengerti!" lanjut Toro dengan nada memerintah.

"Mengerti, Tor," jawab anak-anak buahnya dengan serentak.

"Bagus, sekarang gua mau ke dalam gudang. Gua mau lihat keadaan Beny sekaligus mengambil paku."

Toro berjalan menuju gudang. Langkahnya begitu tegak, badannya begitu kekar, menunjukkan wibawanya sebagai penjahat muda psikopat berbakat.

"Lama tidak berjumpa, mantan ketuaku. Bagaimana kabarmu? Sehat?" ucap Toro dengan nada tengil.

"Sebenarnya apa mau lu?" tanya Beny.

"Balas dendam dan melampiaskan nafsu yang sudah tidak tertahankan," jawab Toro seraya berjalan untuk mengambil paku. "Lu selalu ngegagalin rencana gua di Kurab, selalu menghalangi gua buat ngelakuin sesuatu, lu itu cuma anak SMA kelas satu. Tapi kenapa gaya lu tengil banget sama gua?"

"Gua ketua lu! Gua punya visi dan misi supaya Kurab bisa lebih baik," balas Beny dengan emosi.

Toro sudah memegang sekantung plastik paku di tangan kirinya. Tangan yang satu lagi, dia gunakan untuk mengambil salah satu paku dari kantung plastik tersebut. Ketika pakunya sudah dapat, dia melihat-lihat paku itu, dan dengan rasa penasaran, dia ingin mencoba ketajaman paku yang digenggamnya.

"Kira-kira paku ini tajam gak, ya?" ucapnya dengan santai sambil mendekat ke arah Beny.

"Lu mau ngapain?" tanya Beny dengan ekspresi yang mulai ketakutan.

"Mau ngetes aja. Tenang, gak sakit kok," jawab Toro dengan senyuman sambil mengarahkan paku tersebut ke lengan kanan Beny.

Toro memulai aksinya, pada awalnya dia mengelus-elus dengan lembut bagian lengan yang akan ditusukkan paku, dan ketika dia rasa cukup, dia mulai menusukkan paku itu dengan kencang ke lengan kanan Beny.

"AAAW!" Beny menjerit kesakitan saat paku tersebut ditusukkan ke lengannya. Cairan merah kental mulai mengalir keluar kulitnya dengan deras diiringi dengan rasa nyeri yang tidak tertahankan.

"Ini masih belum apa-apa, Beny," batin Toro.

~to be continued~

Kira-kira cerita ini harus dikasih rating 17+ gak, ya?

Kalian lebih suka scene yang mana?

Scene Irgi dan anggota Kurab

Atau

Scene yang ada di pabrik

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA. 200 komen, oke?

Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang