Bag.21 - Perintah Paman Ata

118K 6.5K 181
                                    

Hari ini, di hari Minggu yang cerah, Irgi diperintahkan oleh pamannya untuk pergi ke rumah milik orang tuanya.

Rumah yang biasa disewakan tersebut, sudah kosong selama lebih dari satu bulan. Irgi diperintahkan ke sana dengan tujuan untuk menempelkan tulisan "Dikontrakkan" beserta nomor telepon yang dapat dihubungi.

Seusai mendapatkan perintah tersebut, Irgi langsung memanaskan mesin motornya. Motor yang biasa ia gunakan. Vespa merah tahun 90-an milik pamannya yang terlihat begitu klasik.

 Vespa merah tahun 90-an milik pamannya yang terlihat begitu klasik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu gak ngajak Uma?" tanya Paman Ata.

"Ajak, lagi mandi dia," jawab Irgi.

"Yaudah, nanti hati-hati ya? Paman mau olahraga dulu di belakang."

"Iya, Paman."

Selama menunggu mesin motornya panas, Irgi pergi ke halaman depan untuk menghirup udara pagi menjelang siang yang masih terasa segar seraya menggerak-gerakkan sedikit tubuhnya.

Lima menit kemudian, Uma datang. Hari ini, dia mengenakkan pakaian santai. Kaus putih dengan lengan pendek dan celana yoga hitam yang panjangnya sebetis dilengkapi dengan sepatu kets berwarna putih.

"Mau olahraga kemana, Neng?" tanya Irgi bercanda saat melihat penampilan Uma.

"Kemana aja, asal sama kamu," jawab Uma sambil menahan tawa, karena dia sadar jawabannya sedikit melantur.

"Ke KUA, mau?"

"Belum cukup umur."

"Hahaha," Irgi tertawa.

"Ayo!" ajak Uma.

"Ke KUA?"

"Ke rumah kamu, lah," jawab Uma dengan nada kesal.

Saat di jalan, Irgi mengendarai motornya dengan begitu santai. Dia benar-benar menikmati perjalanan. Tidak lupa, mereka juga mengutamakan keselamatan dengan menggunakan helm. Irgi menggunakan helm bogo gaya retro, dan Uma hanya menggunakan helm biasa.

Jarak dari rumah Paman Ata ke rumah orang tuanya Irgi sekitar delapan kilometer.

Karena ini hari Minggu, selama di perjalanan, mereka melihat banyak sekali orang-orang yang sedang joging dan beberapa akses jalan ditutup untuk car free day.

15 menit kemudian mereka sampai. Rumah orang tuanya Irgi hanya memiliki satu lantai namun cukup luas. Letak rumah orang tuanya pun hanya ada di kompleks perumahan biasa. Ada beberapa tanaman yang menghiasi halaman depan rumah tersebut. Rumah itu di cat warna abu-abu dengan pagar berwarna coklat.

"Kita sampai," ucap Irgi sambil turun dari motor dan melepas helmnya.

"Kotor ih rumahnya."

"Wajar Uma, udah satu bulan enggak ada yang tinggal di sini," jawab Irgi sambil membuka pintu depan rumah tersebut. "Ayo masuk!"

"Aku di luar aja," Uma menolak.

"Kenapa?"

"Aku takut."

"Aku enggak akan ngapa-ngapain."

"Bukan itu, aku takut ada hantunya. Hantu kan suka main di tempat yang kotor," kata Uma.

"Kamu gak usah takut, kan ada aku. Lagipula hantu takut kok sama orang cantik, hehehe," balas Irgi seraya tertawa. "Yuk!"

Dengan sedikit bujukan dari Irgi, akhirnya Uma mau ikut masuk. Dulu waktu SMP, Uma pernah mengunjungi rumah orang tuanya Irgi. Tapi, pada saat itu, rumahnya bersih, karena baru saja ditinggal oleh penyewa.

"Ini ruang tamu," kata Irgi memberitahu saat Uma masuk ke dalam rumahnya.

"Udah tau."

"Ngasih tau lagi aja, siapa tau kamu lupa."

"Ini ruang keluarga, kan?" tanya Uma memastikan.

"Iya, tapi enggak berfungsi."

"Kenapa?"

"Karena aku belum berkeluarga. Nanti, kalau aku sudah punya keluarga, rumah ini akan aku tinggali dan ruang keluarga ini akan berfungsi untukku," jawab Irgi.

"Kamu mau berkeluarga sama siapa?" tanya Uma tanpa maksud memberikan kode.

"Kamu mau enggak berkeluarga sama aku?" Irgi malah membalikkan pertanyaan, dan pertanyaan tersebut membuat Uma tak mampu berkata.

~to be continued~


Jangan lupa vote dan komentarnya, semakin banyak semakin cepat update.

Instagram: @gaktaudahlupa







SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang