Bag.64 - Nama baik

73.7K 4K 507
                                    

Hari terus berlalu, peristiwa-peristiwa yang ditakutkan Uma mulai terjadi satu-persatu. Hari ini Uma dan orang tuanya dipanggil ke sekolah untuk menghadap ke kepala sekolah dan guru BP.

Uma tahu apa yang akan dibicarakan oleh kepala sekolah nantinya. Uma juga sudah siap untuk menerima ini. Dia akan segera dikeluarkan dari sekolah.

"Sebenarnya berat bagi kami untuk melepas siswi yang pintar dan berprestasi seperti Uma. Tapi, kita harus mematuhi kebijakan demi menjaga nama baik sekolah ini. Maaf Uma, kamu kami kembalikan kepada orang tuamu," ujar Bapak kepala sekolah.

Usai menyampaikan keputusannya, Bapak kepala sekolah menyiapkan dokumen-dokumen milik Uma untuk dikembalikan kepada orang tuanya.

Saat kepala sekolah sedang menyiapkan dokumen tersebut, dengan sopan ayahnya Uma bertanya, "Pak, ada hal yang ingin saya tanyakan."

"Tanya apa, Pak? Silahkan!"

"Mengapa siswi yang hamil harus dikeluarkan dari sekolah? Apakah peraturan ini hanya dibuat untuk menjaga nama baik? Bukankah pendidikan adalah hak semua warga negara tanpa kecuali? Lagipula kehamilan bukanlah tindakan kriminal dan tidak melanggar pasal-pasal di dalam kitab undang-undang hukum pidana. Justru, menggugurkan kehamilan lah yang merupakan tindak kriminal. Kalau peraturan sekolah harus mengeluarkan siswi yang hamil, bukankah itu termasuk diskriminasi? Dan hal itu tidak sesuai dengan UU no.20 tahun 2003 pasal 4," ucap Fahri, ayahnya Uma. Dirinya merasa tidak terima jika anaknya harus dikeluarkan dari sekolah.

"Biar saya yang menjawabnya, Pak." Ibu Nia mengajukan diri. "Begini Bapak Fahri, pihak sekolah mengembalikan siswi hamil kepada orang tuanya bukan semata-mata untuk menjaga nama baik sekolah. Tetapi, kami juga mempertimbangkan hal-hal lain, seperti kondisi psikologis siswi tersebut. Terlebih stigma negatif masyarakat tentang siswi hamil saat di bangku sekolah membuat siswi yang bersangkutan semakin tertekan kondisi psikologisnya, sementara siswi tersebut masih harus mejalani proses kehamilan yang tidak mudah. Bukannya kami tidak mengikuti aturan undang-undang, tetapi, hal ini lebih menyangkut kepada nilai moral. Bayangkan jika siswi hamil tetap diperkenankan pergi ke sekolah, apakah pantas siswi SMA datang ke sekolah dengan perut yang didalamnya terkandung bayi?"

"Oke, saya paham."

"Setelah Uma melahirkan, saya menyarankan Bapak untuk melanjutkan sekolahnya Uma. Entah itu homeschooling atau sekolah paket," tambah Bapak kepala sekolah. "Ini Bapak Fahri, dokumen-dokumen milik Uma. Terima kasih sudah pernah mempercayai sekolah ini."

"Sama-sama, Pak. Kami permisi."

•••

Setelah Uma dikeluarkan dari sekolah, Irgi merasa kehidupan sekolahnya tidak lagi seseru dulu. Walau Irgi punya banyak teman dan disenangi oleh teman-temannya, tetap saja, di dalam hatinya Irgi masih merasakan kekosongan.

Banyak siswi yang suka dengan Irgi. Irgi juga seringkali mendapat salam dan surat dari siswi-siswi yang suka padanya, namun, Irgi menyikapi hal itu dengan biasa saja. Ada hati yang harus dia jaga. Uma memang bukan kekasihnya, namun hatinya hanya untuk Uma.

Terselip harapan dalam dirinya untuk menikahi wanita terdekatnya itu. Ucapan dan nasihat Paman Ata membuat Irgi menjadi lebih giat belajar agar ia mampu mendapat perguruan tinggi ternama dan mampu mendapatkan pekerjaaan yang bisa membahagiakan keluarganya nanti.

Di kelas yang baru, Irgi untungnya masih dipersatukan dengan teman terbaiknya: Kuro dan Shafa. Hanya mereka berdua lah orang yang selalu bersedia membuka telinganya untuk mendengar curahan hati Irgi dan yang selalu ikut serta memberi solusi dalam setiap masalah Irgi.

Mereka juga sering berkunjung ke rumah Uma walau hanya sekedar mengajaknya bicara. Uma tentunya butuh teman, khususnya teman wanita yang secara emosional lebih mengerti perasaannya. Shafa adalah satu-satunya teman wanita yang membuatnya merasa nyaman untuk diajak bicara, baik secara langsung maupun lewat telepon.

Hari itu, Uma bercerita kepada Shafa kalau Irgi akhirnya mengatakan perasaannya. Shafa tersenyum mendengar hal itu. Selain merasa senang karena Irgi berhasil membuat Uma bahagia, Shafa juga merasa bangga kalau prinsip yang selama ini dia pegang, ternyata benar. Persahabatan lawan jenis yang murni tidak akan pernah ada.

"Jadi, sekarang kalian saling jatuh cinta?" tanya Shafa mengambil kesimpulan.

"Hmmm," jawab Uma mendengung seraya melirik ke atas dan tersenyum manis. Wajahnya sangat imut dan menyebalkan ketika dia melakukan hal itu.

"Cieee." Shafa meledek bertujuan untuk membalas. "Tapi mau pacaran gak, nih?"

"Irgi gak suka pacaran."

"Asyik, kayaknya mau langsung dihalalin aja ya nanti sama Abang Irgi? Hahaha," ledek Shafa.

Selain Irgi; Kuro dan Shafa juga datang membawa kebahagiaan, ketenangan, dan keceriaan untuk Uma.

Teman tidak perlu banyak, karena yang kita cari bukanlah banyaknya, tetapi kesetiaan dan kesediaannya.

Ingatlah, orang yang datang disaat kondisi sedih dan terpuruk, adalah orang yang pantas disebut sahabat.

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA! Komentar yang banyak, ya?

Maaf nih banyak narasi. Tunggu terus kelanjutannya ya?

 Tunggu terus kelanjutannya ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shafa

Follow Instagram saya: @kbbkay dan
@gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang