Bag.35 - Bukan sekedar perasaan

95.3K 5K 342
                                    

"Pau, kok perasaan gua enggak enak, ya?"

Tiba-tiba saja sore itu Irgi merasa gelisah. Perasaannya tidak karuan. Seperti khawatir, namun, dia tidak tau khawatir dengan siapa dan apa penyebabnya.

Kegelisahan tersebut membuatnya tidak nyaman dalam melakukan apapun. Moodnya kosong serta kebingungan.

Ingin rasanya Irgi mondar-mandir di kamarnya, memikirkan apa yang salah dengan perasaannya, namun sayangnya dia tidak bisa, kepalanya sedang pusing dan dia tidak mungkin mondar-mandir.

Akhirnya, untuk menyegarkan tubuh, perasaan, dan pikirannya. Irgi memutuskan untuk turun ke bawah dan duduk di teras. Kebetulan, di sana, ada Paman Ata yang sedang bersantai sambil minum kopi.

"Paman, kok perasaanku gelisah gini, ya?"

"Mungkin kamu kurang ibadah, Gi. Coba sana berdoa, curhat sama Tuhan. Biar perasaanmu lebih tenang," jawab Paman Ata seraya menyeruput kopinya.

•••

Ketika bel pulang SMA Nusa Angkasa berbunyi, Toro dan anak buahnya bersiap untuk beraksi. Mata dari masing-masing personilnya, dipasang tajam ke arah pintu gerbang.

Satu-persatu siswa-siswi SMA Nusa Angkasa mulai berjalan keluar. Mereka berjalan secara bergerombol, membuat anak-anak buahnya Toro kesulitan dalam mencari target.

"Perhatikan baik-baik!" perintah Toro.

Tidak lama setelah bel berbunyi, akhirnya Uma melewati pintu gerbang. Dengan matanya yang tajam, tentu saja Toro melihat sosok perempuan cantik tersebut dan dia langsung memberikan aba-aba kepada anak buahnya untuk beraksi.

"Itu Uma, ikuti dia!" Mobil mulai berjalan secara perlahan, mengikuti Uma yang sedang bersama Beny.

"Wah, pas banget, ada si Beny juga," lanjut Toro seraya tersenyum sungging.

•••

"Kamu tumben jalan kaki?" tanya Uma dengan nada lembut.

"Sekali-kali kena matahari. Jangan kena AC mobil terus," jawab Beny. "Uma, kita ke minimarket dulu, ya?"

Beny mengajak Uma ke minimarket bukan tanpa alasan, dia mengajak Uma ke sana, agar Uma tidak melihat rombongan teman-teman sekelasnya pergi menuju ke arah rumahnya.

Minimarket terletak tidak jauh dari sekolah, hanya sekitar 150 meter ke arah selatan, kemudian menyebrang.

•••

"Bang, pedes, ya?"

Di sebelah minimarket, terdapat tukang cimol yang terkenal enak. Kebetulan, saat Beny dan Uma berada di minimarket, Jepri dan Ocit sedang jajan cimol di tempat tersebut.

Ocit memesan cimol, dan Jepri menunggu di motor. Saat sedang menunggu, dia melihat Toro keluar dari mobil dengan empat anak buahnya.

"Toro? Ngapain dia?" gumam Jepri. "Wah, ada temen-temennya juga. Gak beres, nih."

Waktu itu, minimarket yang didatangi Beny dan Uma sedang sepi pengunjung. Bahkan, tukang parkir yang biasanya mangkal, sedang tidak ada di tempatnya. Tentu saja, hal itu menjadi kesempatan bagi Toro untuk melakukan aksi utamanya.

"Cit, ada Toro." Jepri bilang ke Ocit dengan nada berbisik panik.

"Ya biarin."

Mendengar jawaban Ocit yang biasa, membuat Jepri geram dan memaksa Ocit untuk melihat Toro yang kelihatannya sedang menjalankan sebuah rencana.

"Lihat sini!"

Akhirnya Ocit menghampiri Jepri dan ikut memperhatikan Toro.

Satu menit kemudian, Beny dan Uma keluar dari minimarket sambil membawa sekantung plastik makanan ringan. Mereka keluar sambil bercanda, dan hal itu membuat mereka tidak sadar kalau ada yang sedang mengintai mereka.

Ketika Beny dan Uma ingin menyebrang, tiba-tiba, Uma disekap dari belakang, dia tak mampu bernapas. Hanya meronta sekuat tenaga.

Beny yang melihat hal tersebut, langsung meninju wajah orang yang menyekap Uma, namun, belum sempat pukulan Beny mengenai wajah orang itu, tangannya sudah terhenti, tertahan oleh genggaman yang cukup besar.

"Hai, ketua?" kata Toro sambil meninju wajah Beny dan kemudian dia tersungkur.

Uma dibawa masuk ke dalam mobil, dia pingsan, obat bius bekerja dengan cepat.

Begitupun dengan Beny, dia juga dibawa masuk dengan keadaan tangan yang diikat dan mulut yang diplester.

Toro beserta anak buahnya beraksi dengan sangat cepat dan kompak.

"Cit, gawat!" kata Jepri panik.

Toro mulai memberikan perintah ke anak buahnya untuk segera pergi. "Rega, ayo!"

Mobil Toro mulai menjauh, tentu saja, Jepri dan Ocit yang melihat ketuanya ditangkap, tidak tinggal diam. Dia langsung mengikuti Toro dengan cepat.

"Cit, cepet naik!" kata Jepri yang sudah siap mengebut dengan motornya.

"WOI, INI CIMOLNYA!" teriak tukang cimol saat Jepri dan Ocit tiba-tiba pergi.

"Titip dulu, Bang!" balas Ocit.

Mobil Toro meliuk-liuk dengan cepat di jalanan, Rega benar-benar ahli dalam menjalankan tugasnya.

"Cit, hubungi Hans! Suruh dia buat intai terus posisi Beny. Takutnya kita kehilangan jejak," perintah Jepri.

~to be continued~

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA. 150 komen update cepet, hehe.

Tunggu terus kelanjutannya!

Follow Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang