Bag.29 - Demam

102K 7.8K 309
                                    

Ulang tahun Uma tinggal dua hari lagi. Multi chat tanpa Uma sudah dibuat sejak beberapa hari yang lalu. Multi chat tersebut membicarakan tentang rencana yang akan dibuat oleh teman-temannya Uma di hari ulang tahunnya nanti.

Teman-teman sekelas Uma, berniat ingin mengerjai sekaligus memberi Uma kejutan.

Besok adalah tanggal merah, tanggal tersebut akan digunakan untuk merundingkan sekaligus mempersiapkan kematangan rencana yang dibuat agar tidak gagal ataupun berantakan.

Namun, malam ini, Irgi muncul di multi chat seraya membawa kabar yang kurang baik.

Irgi: Temen-temen, kayaknya besok gua gak ikut dah. Badan gua tiba-tiba gak enak.

Kuro: Yah, masa pemeran pentingnya gak ikut.

Beny: Kalau kayak begini sih, kita harus buat rencana B. Rencana yang gak terlalu ngelibatin Irgi.

Irgi: Atur aja dah Ben. Gua percaya sama lu.

Malam ini, Irgi merasa tidak enak badan. Tubuhnya menggigil, berkeringat dingin, sakit kepala, dan barusan dia habis muntah-muntah.

Tante Hesti sudah memberikan obat kepada Irgi, walaupun baru sebatas obat warung.

"Besok kita ke dokter, ya?" kata Tante Hesti dengan lembut sambil menyelimuti Irgi yang terbaring lemas di kasurnya. "Sekarang kamu istirahat, jangan main hp aja!"

"Iya, Tante."

Tante Hesti berjalan keluar kamar seraya mematikan lampu, "Selamat malam." Kemudian, dia menutup pintu.

"Meong," suara Pau terdengar dari balik jendela.

"Pau, sini! Tidur sama orang ganteng," panggil Irgi.

Setelah Irgi memanggil, Pau berjalan dengan langkah malas, sepertinya, hewan peliharaannya pun tidak setuju dengan perkataan majikannya kalau majikannya itu ganteng. Mungkin, dalam hati Pau berkata, "Gantengan juga gua."

Irgi mulai memejamkan mata, mencoba pulas sambil mengelus-elus bulu halus Pau.

•••

"Tante, Irgi mana?" tanya Uma ke Tante Hesti yang sedang mengoreksi tugas-tugas anak muridnya. Tante Hesti adalah seorang guru SD.

"Di kamar, lagi demam dia," jawab Tante Hesti.

"Demam? Perasaan tadi sehat-sehat aja."

"Kalau kamu mau tengok Irgi, silahkan. Tapi, kalau dia udah tidur, biarin, jangan dibangunin," kata Tante Hesti sambil tetap fokus ke pekerjaannya.

"Iya, Tante," ujar Uma. "Aku izin ke Irgi dulu, ya?"

•••

"Pau, pusing, enggak bisa tidur." Irgi curhat ke kucingnya dengan suara yang lemas.

Ketika Irgi sedang curhat, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan seorang gadis cantik yang rambutnya dikuncir kuda pada malam itu.

Uma mulai berjalan masuk ke kamar. Dia tidak menyalakan lampu, karena takut Irgi akan terbangun dari tidurnya akibat silau.

"Uma?" kata Irgi dengan suara yang lemas.

"Kamu belum tidur?" tanya Uma seraya memegang kening dan leher Irgi untuk mengecek suhu tubuh.

"Ya ampun, panas banget. Kamu udah minum obat?" tanya Uma lagi dengan nada khawatir.

"Udah."

"Aku kompres pakai air hangat, ya?"

"Enggak usah Uma, ngerepotin."

Uma tidak mendengarkan apa kata Irgi. Dia bergegas keluar kamar dan langsung membuat air kompresan.

Beberapa menit kemudian, Uma kembali sambil membawa sebaskom kecil air hangat dan sebuah handuk. Uma mencelupkan handuk tersebut, memerasnya hingga tidak ada lagi air yang menetes dan kemudian dia menempelkannya di kening Irgi seraya berkata,  "Jagoanku sakit, akunya khawatir. Cepat sembuh, aku ingin dilindungi kamu lagi."

"Kamu masih punya satu jagoan lagi, Uma."

"Siapa?" tanya Uma bingung.

"Udah, enggak usah dibahas."

"Pau pulas?"

"Iya, cepet banget dia pulasnya."

"Dasar kucing!"

"Uma, aku ingin kamu yang tidur di sampingku, bukan Pau."

"Irgi, istirahatlah, kamu mulai ngawur," kata Uma seraya mengelus-elus rambut Irgi.

"Besok temani aku ke dokter, ya? Aku mau ada kamu di sampingku saat dokter memeriksaku nanti."

"Iya."

"Udah malam, Uma, enggak baik ada di kamar cowok."

"Yaudah, aku pulang, ya?" kata Uma seraya bangun dari duduknya. Sedari tadi, Uma duduk di tepi ranjang Irgi.

"Iya, selamat malam, sayang." Irgi mengucapkan selamat malam sebelum Uma pergi. Namun, kata sayang, hanya dapat dia ucapkan dalam batinnya.

"Selamat malam, cepat sembuh, ya, Jagoanku?"

Irgi tersenyum dan kemudian dia berkata, "Enggak dicium?"

"Mau?"

"Iya."

Uma kembali mendekati Irgi, membungkukkan tubuhnya dan mencium salah satu sisi dari pipi Irgi dengan lembut.

"Have a nice dream, tonight. Aku pulang." Uma mulai melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Irgi, menutup pintu kamar dan pergi.

"Terimakasih, Uma, bidadariku yang tak bersayap," gumam Irgi seraya memejamkan matanya.

~to be continued~

Cerita ini kekurangan vote, bagi kalian yang belum memberikan vote silahkan tekan tombol bintang pada bagian pojok kiri bawah atau bisa dispam vote dari bagian awal.

Share cerita ini ke teman-teman kalian, ya? Siapa tau mereka suka dan ikut-ikutan baper hehehe.

Jangan lupa vote & KOMENTARNYA.

Follow my Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang